"Lo haus gak?" tanya Ryujin pada Yeji setelah mereka menuruni tangga eskalator.
"Hmm.. Sedikit" ujar Yeji.
"Beli minuman yuk, ada kafe langganan gue dibawah" tawar Ryujin, Yeji mengangguk menerima tawaran Ryujin itu. Akhirnya mereka menuju ke kafe itu dan memesan minuman. Setelah selesai memesan minuman itu, Ryujin langsung mengantar Yeji pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul 5.48 p.m. Setelah beberapa waktu, akhirnya mereka tiba diapartemen Yeji pada 6.10 p.m. Yeji dan Ryujin keluar dari mobil, Ryujin masih ingin mengantar Yeji terlebih dahulu.
"Maaf ya, gara-gara gue ngajak lo nonton lo jadi kemalaman pulang kerumah" ujar Yeji merasa bersalah, Ryujin menggeleng dengan senyumnya.
"Nggak kok, gue malah merasa senang hari ini berkat lo. Makasih ya huat hari ini, dan maaf.. Gue nggak bakal bikin lo kecewa lagi" ujar Ryujin.
"Iya.. Maafin gue juga yang terlalu moody-an. Gue malah bikin lo tambah repot" ujar Yeji.
"Iya. Nggak apa-apa. Dan btw, Yeji.. Soal Yuna.. Itu.. Gue.. "
"Ryuddaeng.. " panggil Yeji menyela membuat Ryujin menatapnya.
"Kalo lo belum siap cerita.. Gue siap nunggu kok. Gue nggak mau malah maksa lo. Gue bakal tunggu sampai lo siap cerita gue bukan karena gue yang nyuruh lo. Sampai hari itu datang, gue bakal terus nunggu lo. Jadi, kabari gue kapan saja ya" ujar Yeji dengan senyumnya. Tanpa sadar, Ryujin berjalan mendekati Yeji lalu memeluknya erat. Yeji merasa terkejut, tapi ia segera mengontrol sikapnya.
"Makasih ya.. Lo udah mau ngertiin gue. Dari dulu, lo memang sahabat gue yang paling pengertian" ujar Ryujin tulus.
"Sahabat ya.. ?" pikir Yeji, ia menahan air matanya agar tak tumpah dan terlihat lemah dihadapan Ryujin saat ini. Yeji membalas pelukan Ryujin dengan senyuman pahitnya.
"Nampaknya sampai saat ini pun, cuma gue yang masih ada perasaan ke lo. Bukan kah gue terlalu bodoh untuk menjadi sahabat lo..?"
"Emh.. Ryujin. Kayaknya lo harus pulang deh, u-udah malam.. " ujar Yeji mulai melepaskan pelukan Ryujin darinya. Ia melakukan itu karena ia sudah tak mampu menahan tangisnya lebih lama lagi.
"Oh o-oke. Selamat malam.. " pamit Ryujin, Yeji mengangguk dengan senyum tipis.
"S-selamat malam" ujar Yeji melambaikan tangan pada Ryujin. Ryujin langsung membalas singkat lambaian itu lalu mulai menyalakan mobilnya dan meninggalkan Yeji. Yeji merasa dirinya langsung 'ambruk' ia langsung memasuki apartemen dengan lemas. Belum sampai dikamarnya, Yeji pun akhirnya terduduk di lorong yang kosong melompong itu. Nampaknya orang-orang sedang berada dikamar mereka atau melakukan aktifitas masing-masing diluar apartemen.
"Ukh.. Kenapa rasanya sakit..? Sesak.." lirih Yeji, ia menjambak rambutnya depresi. Air matanya mengalir begitu saja tanpa ia sadari. Ya.. Gadis bernama Shin Ryujin itu berhasil membuatnya sakit lagi.
"Kenapa.. Gue nggak pernah bisa jadi lebih dari seorang sahabat buat lo..?! Kenapa cuma gue yang selalu berharap lebih ke lo..? Kenapa disaat gue ninggalin lo dan berharap bisa ngelupain lo, lo malah ngasuh gue harapan..? Gue bingung.. Shin Ryujin" gumam Yeji di sela tangisnya. Ternyata, saat Yeji sedang menangis dilorong, tanpa sengaja seorang wanita melihatnya. Ia langsung bersimpati lalu mengusap rambut Yeji, membuatnya menoleh kearah wanita itu.
"Menangis tak bisa memperbaiki masalahmu, walau kini aku tak mengetahui apa sebab dari permasalahanmu dan bahkan aku tak mengenalmu, tapi aku yakin kau sedang dalam masalah. Tapi apa menurutmu air mata yang kau sia-siakan itu bisa memperbaiki masalahmu? Bukankah akan lebih baik bila kau menyelesaikannya dengan tindakan nyata yang lebih baik?" tanya wanita itu. Yeji seketika tersadar. Yang dikatakan oleh wanita itu benar. Ia langsung menghapus air matanya, menatap ke arah wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Hidden Love'
Romance"Lo nggak akan pernah nyangka, se-dalam apa kekuatan cinta sampai bisa mempengaruhi pola pikir seseorang." Start : 10Apr20 End : -