[ Season 2 : Eps 2]

1K 143 13
                                    

Makasih yang udah nunggu-!!

Senang banget masih banyak yang dukung ff ini<3

Jadi double up kok, tapi nanti agak maleman dikit ya soalnya author masih harus memperbaiki beberapa bagian di ff selanjutnya ehehehe, oh iya..


VOTENYA JUSEYOOO-! <3

.

.

.

"The Fate"

.

"Braaaaaakkk!!!!"

.

.

"Pranggg..!!"

"Jin, lo nggak apa-apa?"

"Aduh.. P-panas.."

"Ya lo sih, kan gue udah bilang teh nya masih panas, lo main samber aja" omel Chaeryeong sembari menyodorkan sebotol air putih pada Ryujin. Dengan cepat, Ryujin mengambil botol itu dari Chaeryeong lalu meminumnya.

"M-maaf, ya Chaeryeong" sesal Ryujin, Chaeryeong menghela nafasnya sembari menatap iba ke arah gelas nya yang sudah tak berbentuk lagi dilantai.

"G-gue bantu beresin ya" ujar Ryujin mulai memungut serpihan-serpihan gelas itu, Chaeryeong menyamakan tingginya dengan Ryujin lalu ikut membersihkan serpihan-serpihan itu.

"Nggak apa-apa, jin. Santai aja" ujar Chaeryeong tersenyum kecil.

"Gue ganti ya, gelasnya"

"Nggak usah, nggak apa-apa" tolak Chaeryeong halus, setelahnya Chaeryeong membuang serpihan gelas itu dan membersihkan lantai yang ketumpahan teh itu, sementara Ryujin masih merasa bersalah. Tak lama, Chaeryeong kembali menghampiri Ryujin yang saat ini terlihat cemas.

"Kenapa, jin?" tanya Chaeryeong cemas.

"Cher.. Entah kenapa, tapi firasat gue gak bagus.." kata Ryujin lirih, membuat Chaeryeong ikut cemas.

"R-ryujin, jangan ngomong gitu dong. Nggak akan ada hal buruk yang terjadi..!" sangkal Chaeryeong, Ryujin menepis pikirannya barusan. Ia merasa bersalah karena secara tidak langsung ia sudah berfikiran yang tidak-tidak.

"I-iya..Nggak, nggak akan ada hal buruk yang terjadi sama kita, dan teman-teman kita" tegas Ryujin meyakinkan dirinya. Tapi tetap saja, tak ada yang bisa , menghentikan kehendak Tuhan..


*** 


"Mmh.. Hng..?" rintih seorang gadis yang sudah terbaring lemah dengan perban dikepala itu. Nampaknya ia baru saja siuman setelah kurang lebih terlelap selama 2 hari.

"Yeji eonnie.. Syukurlah, kau sudah sadar" ucap gadis lainnya dengan raut bahagia. Yeji memegang kepalanya yang nyeri bukan main.

"Akh.." rintihnya.

"Y-yeji eonnie.. berbaringlah dulu, kau masih lemah" suruh gadis berambut coklat panjang itu. Ya, gadis itu adalah Yuna. Yeji kembali membaringkan tubuhnya yang masih lemas itu. Perlahan-lahan, penglihatan Yeji yang tadinya buram mulai membaik, ia mulai bisa melihat dengan jelas. Ia mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan, menyadari tempat yang asing baginya. Yeji menoleh ke kanan, menatap gadis yang sudah duduk di sebuah kursi kecil di sebelahnya dengan tangan terperban yang digantung di leher. Yeji mengernyitkan dahinya, berusaha mengingat rupa gadis yang sepertinya familiar itu.

'Hidden Love'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang