Bag 30 (Mengintip)

361 32 0
                                    

Jam kosong kelas menjadi kesempatan semua siswa untuk melepaskan diri sejenak dari materi pelajaran. Tak terkecuali Nita yang memutar posisi duduk untuk mengajak ngobrol teman di belakang bangku kelasnya.

"Eh Dhin, si Mira beneran hamil ya?"

"Lah, maneh tahu darimana?"

"Itu loh tadi urang sama si Marsha kan lewat di depan kelasnya Kevin. Kebetulan ada temennya bilang gini ke dia 'ciee yang mau jadi bapak. Kemana aja jarang sekolah?'. Urang coba nanya sama temen sekelasnya. Katanya Mira anak kelas 11 hamil sama dia. Di kelas 11 yang namanya Mira cuma ada di kelas kita, kan?"

Pandu yang otomatis menguping pun ikut terkejut mendengar berita yang dibawa Nita. Lalu mengarahkan perhatian pada gadis di sampingnya yang malah menanggapi kabar itu dengan santai.

"Dasar, maneh mah gibah terus," Andhin menggelengkan kepala sambil tersenyum.

"Eh, beneran gak sih si Mira hamil sama Kevin?" Nita mencecar lagi.

"Iya, Mira emang hamil. Tapi, ya udah lah, mau gimana lagi."

"Gila ya itu si Kevin, masa dia selingkuh sama sahabat pacarnya sendiri. Tapi maneh udah putus kan sama Kevin?"

"Udah lah, dari awal dapet kabarnya."

"Maaf ya, Dhin. Sini." Nita mendekatkan mulut ke telinga Andhin membisikan sesuatu. "Maneh selama pacaran belum pernah diapa-apain kan sama Kevin?" Lalu kembali duduk seperti semula.

"Duh Nit, maneh mikirnya tambah aneh-aneh deh."

"Cuma nanya aja. Hati-hati yah. Cowok itu awalnya doang manis, eh pas udah dapet enaknya malah suka ninggalin."

"Gak semua cowok kayak gitu kok." Pandu tak segan menimpali pernyataan Nita

"Yakin maneh bukan cowok brengsek?" Nita menunjuk pada Pandu.

"Yakin kok. Tapi kasus MBA kadang gak bisa 100% nyalahin cowoknya. Ada teori timbal balik juga. Kalau ceweknya gak mau, pasti gak bakalan terjadi. Kalau sama-sama mau, ya mau gak mau harus terjadi. Kecuali salah satu pihak melakukan paksaan. Ngerti gak?" jelas Pandu meyakinkan tiga perempuan di dekatnya.

"Hmm, masa sih? Coba buktiin sama Andhin," Nita menggoda mereka berdua.

Pemuda yang ia tantang menoleh pada teman sebangkunya untuk mencoba meyakinkan. "Tenang Dhin, aku gak brengsek, kok."

"Apaan sih, Du." Andhin masih menanggapinya sebagai candaan sambil tersenyum malu.

***

Bunyi bell sekolah terdengar nyaring menandakan waktu kegiatan belajar mengajar telah berakhir. Seluruh siswa membereskan semua barang bawaan ke dalam tas.

Namun Pandu sedikit heran ketika sekilas melihat barang yang tersimpan di dalam tas gadis sebangkunya. Ada sebuah pakaian olahraga yang terbungkus plastik bening. Seperti jersey basket yang biasa dikenakannya. Cukup aneh, mengingat di hari selasa ini tidak ada jadwal latihan klub basket putri.

"Dhin, kok kamu bawa jersey? Bukannya hari ini gak ada jadwal latihan?"

"Emang gak ada. Aku mau latihan di tempat lain. Duluan yah, Du." Lalu pergi menyampirkan satu tali tas ranselnya ke pundak.

Rasa penasarannya kian bertambah, Pandu mempercepat memasukkan semua alat tulis ke dalam tas. Berlanjut bergegas mengikuti Andhin dari belakang. Dari sana ia melihat gadis itu telah dijemput oleh orang yang sama seperti kemarin. Segera ia berlari ke tempat dimana sepeda motornya terparkir.

About D ( Her Secret ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang