Bag 50 (FB 4)

299 30 0
                                    

Suara teriakan dirinya saat itu terngiang berdengung di telinga. Matanya terbuka kembali. Ia menemukan ide baru. Mata pisau yang menempel ia lepaskan lagi di kulit yang membalut urat nadinya. Pisau pemotong kertas disimpan lagi dan beranjak bangkit meninggalkan kamar. Sorot matanya datar kala berjalan menuju dapur. Mengambil pisau yang berukuran paling besar, melangkah menuju kamar lain dan membuka pintunya yang ternyata tak terkunci.

Sang ibu dan seorang pria yang menjadi suaminya saat ini sudah tertidur lelap di atas ranjang mereka. Dara mengangkat pisau dapur yang ia genggam dan mengarahkan ujung pisau ke dada sang ayah tiri. Bersiap untuk melakukan beberapa tusukan yang menyakitkan. Ia harus melenyapkan sumber penderitaannya.

Namun di samping pria itu, sang ibu sedikit bergerak mengubah posisi tidur yang spontan membuat Dara langsung berjongkok. Berharap ibunya tak melihat keberadaanya di sana. Perlahan ia berdiri lagi memastikan keduanya benar-benar telah tertidur pulas.

Dara memeriksa keadaan di sekelilingnya, pandangannya lalu terhenti pada laptop dan ponsel milik Angga di atas meja kamar. Ia yakin semua rekaman kejahatan ayah tirinya tersimpan di dalam perangkat itu. Pisau yang ia genggam disimpan di atas meja dan mengambil dua benda itu dengan kedua tangan.

Lalu berjalan mengendap-endap meninggalkan kamar sepasang suami istri itu menuju kamarnya sendiri. Dara mengambil tas ransel untuk memasukkan laptop dan ponsel milik Angga. Ia mulai mempersiapkan barang-barang lain yang akan dibawa. Juga beberapa helai pakaian dan kebutuhan lainnya. Memakai jaket dan menggendong tas ransel untuk bersiap pergi

Keluar dari kamar, ia mencari lagi benda lain di rak yang ada di ruang tengah rumah. Mencari di setiap celah hingga menemukan sebuah kunci. Lalu segera mencari satu per satu jendela rumah yang bisa dibuka untuk kabur. Satu dari empat jendela yang ada berhasil dibuka, Dara melompati jendela dan berlari meninggalkan rumah.

Dalam gelap malam, ia berjalan sendirian menuju apotek milik ibunya. Kunci yang berhasil ia temukan tadi digunakan untuk membuka pintu apotek. Di dalam sana, Dara mencari-cari produk obat yang selalu ia perlukan. Butuh waktu yang cukup lama untuk mencarinya hingga menemukan setumpuk pil yang sudah dikemas dalam beberapa toples kecil. Obat antidepresan jenis benzo yang saat ini selalu ia konsumsi. Ia mengambil semua obat itu tanpa ada satu butir pun yang tersisa.

Usai mendapatkan semua stok kebutuhannya, gadis itu pergi meninggalkan apotek yang telah ia kunci rapat lagi. Berlari menuju ke pertigaan jalan untuk menunggu bus malam. Setelah bus sesuai rute tujuannya tiba, ia menaiki angkutan itu menuju ke daerah perkotaan yang lebih padat.

Dini hari ia tiba di sebuah kota yang tak terlalu jauh dari daerah asalnya. Menuruni bus dan langsung berjalan menyusuri sebuah daerah hingga terhenti di depan sebuah rumah. Namun, rumah yang ia lihat sekarang tak sesuai bayangannya. Ada sebuah spanduk bertuliskan keterangan bahwa rumah sedang dijual oleh pemiliknya. Dara masih mencoba membunyikan besi pagar yang terkunci sembari memanggil-manggil nama si pemilik rumah dari depan pagar.

"Permisii tante! Tante Dewi... Tante...!"

Sudah beberapa kali ia memanggil namun tidak ada tanda keberadaan siapapun di dalam rumah itu. Rasa lelah dan kantuknya membuat Dara memilih beristirahat dan duduk di dekat pagar berharap seseorang akan mendatangi rumah.

Hingga berjam-jam kemudian, ia terbangun dalam posisi berjongkok dan menunduk. Keadaan rumah masih sama seperti tadi---tak ada tanda-tanda penghuninya. Lalu bangkit dan kembali berdiri melihat ke arah rumah. Dara baru terpikir untuk menelepon nomor yang terpasang di dekat pagar.

Telepon diangkat oleh seorang pria yang mengaku sebagai developer penjual rumah. Napasnya lebih lega kala developer itu memberi nomor telepon pribadi si pemilik rumah. Dan ternyata benar, nomor yang ia dapatkan adalah milik tantenya.

About D ( Her Secret ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang