Bag 41 (Send Her 2)

331 34 1
                                    

Mobil terus berjalan pelan membuntuti seorang gadis dari belakang. Yang diikuti berbelok ke kiri menuju sebuah gang yang masih muat dimasuki mobil. Tak jauh setelah itu, si pengemudi menghentikan laju kala melihat Dara berhenti di sebuah bangunan gudang yang letaknya cukup berjarak dari rumah penduduk lain. Luasnya hampir sama seperti rumah penduduk di sekitar gang, hanya pintu berbahan baja terkunci gembok yang membedakan dari rumah lainnya.

Menunggu hingga gadis itu memasuki gudang, barulah mereka bisa keluar dari dalam mobil dan mengendap-endap mengikutinya masuk ke dalam sana. Rio mengambil alih membuka pintu secara perlahan didampingi Angga di belakangnya yang memantau keadaan.

Bayangan sinar dari celah pintu yang baru saja dibuka sontak mengejutkan Dara yang tengah berjongkok mencari-cari bagian potongan bodi kendaraan yang tersimpan dalam karung. Segera ia bangkit dan menengok cepat ke arah pintu. Matanya membelalak kaget melihat pria yang bertemu di bengkel tadi ternyata mengikutinya sampai ke dalam gudang.

"Bapak mau apa ke sini? Kan bisa tunggu aja di bengkel."

Rio menunduk seraya tersenyum simpul bersiap menjelaskan. "Kita kebetulan lagi buru-buru, abis ini mau pergi lagi. Jadi sekalian aja tadi ikutin Mbak ke sini biar bisa lihat sample catnya langsung. Boleh kan?"

Di belakangnya, Angga tampak berbisik meminta sesuatu kepada Rio hingga sang kawan memberikan barang yang ia minta secara sembunyi-sembunyi dari bawah. Berlanjut menghampiri perempuan muda itu lebih dekat. "Coba saya lihat mana contoh potongan bodi yang udah dicat. Ada gak?" ucap Rio bersahabat seolah keadaan terasa normal.

Gadis yang ia hampiri malah membawa salah satu karung dan pergi melewati dua pria yang semakin membuatnya tak nyaman. "Maaf, bapak lihat-lihat barangnya di luar aja ya."

Dara terperanjat kala seorang pria bermasker yang sedari tadi tak banyak berbicara tiba-tiba menyergapnya dari belakang. Tangan kiri pria itu mengunci melingkar kuat di bawah lehernya. Rasa takut kian menjadi setelah merasakan ujung pistol menempel di kepalanya. "Eh, ada apa ini?"

Berdiri di hadapannya, Rio tersenyum teduh menampakkan raut tenang. Berjalan satu langkah semakin dekat dengan gadis yang tengah gemetar menahan panik.

"Dara, maaf, apa kamu gak kangen sama mama kamu? Kasihan, dia udah nyari kamu ke mana-mana. Pulang yuk ke rumah mama. Kita anterin," bujuk Rio lembut.

"Salah orang! Saya bukan Dara, saya Nadia!" Dara berucap keras seolah menegaskan jawaban.

Pria yang memiting lehernya menurunkan masker untuk mengendus-endus rambut hingga menurun ke tengkuk targetnya. Dara kian panik sekaligus risih dengan apa yang dilakukan pria misterius itu.

"Kamu gak bisa bohong lagi Dara, saya tahu aroma kamu kaya gimana. Sekarang balikin laptop sama Hp saya yang waktu itu kamu curi!" ancam Angga semakin menekan ujung pistol ke kepalanya.

Raut wajah panik itu tiba-tiba berganti dengan seringai senyum sinis. "Hahahaha, Angga... Angga. Ternyata masih aja nyariin itu sampe sekarang. Mendingan kepala saya ditembak daripada harus balikin laptop sama Hp sia!" Dara menantangnya balik.

"Ayo balikin! Dimana kamu nyimpen itu semua!"

"Gak mau! Mendingan maneh pergi dari sini atau tembak kepala saya sekarang juga! Ayo pilih salah satu?!" tantangnya lagi.

"Ayo balikin, saya cuma butuh semua file yang ada didalamnya. Atau jangan harap kamu bisa selamat dari sini!"

"Bodo amat. Langkahin dulu mayat saya, baru bisa ngambil."

Tantangan itu malah menurunkan adrenalin Angga yang terdiam tak mampu menjawab. Sementara gadis yang tengah ia piting menyeringai remeh menaikan salah satu ujung bibirnya. "Kenapa? Pistolnya bohongan?"

Seketika mengatakan itu, Dara melepaskan kuncian dari satu tangan Angga yang sedang lengah. Dengan cepat juga ia juga memukulkan karung berisi berbagai potongan bodi kendaraan ke kepala pria itu hingga terjatuh. Pistol yang semula berada di tangan Angga terlempar beberapa jarak.

Pria yang baru saja ia hajar tampak terduduk kesakitan memegangi bagian kepalanya yang baru saja terhantam sebuah karung berisi benda-benda keras.

Dengan karung yang ia genggam juga, Dara berkali-kali menghantamkannya ke tubuh Rio yang mencoba menghalanginya pergi. Pada pukulan terakhir, ia melemparkan karung pada pria bertubuh tinggi itu hingga semua isinya berserakan di lantai.

Berlanjut mengambil salah satu benda dari dalam karung yang berserakan. Mengambil shockbreaker motor untuk untuk mengantisipasi serangan selanjutnya.

Namun seorang pria yang baru saja ia lumpuhkan tiba-tiba memanggil. "Dara! Adik kamu itu masih hidup!"

Kalimat yang ia dengar membuatnya terkecoh dan berbalik badan kembali menghadapnya.

DUARRR!!

Namun seketika suara tembakan menggema menggetarkan ruangan.

Angga yang masih terduduk menembakkan peluru.

Shockbreaker motor yang gadis itu pegang terjatuh ke lantai. Begitu juga dirinya yang jatuh meringkuk di atas lantai sambil menahan sakit memegangi luka tembak di perut kirinya. Darah mulai bercucur membasahi pakaian dan telapak tangan.

"Bang kenapa kamu tembak?!" Rio berteriak panik.

"Itu cuma satu-satunya cara!"

"Kan udah aku bilang, alat itu cuma buat nakut-nakutin!"

Mereka melongo sejenak melihat seorang gadis yang menahan sakit memegangi luka tembak. Dengan sigap Angga langsung bangkit dan berlari keluar untuk mencari-cari sesuatu di dalam mobil sedan yang terparkir di depan gudang. Lalu berlari kembali membawa segulung lakban, gunting dan beberapa helai kain perca.

"Rio! Tolong pegangin dia! Angkat badannya sedikit!" Angga meminta sang kawan mengangkat posisi tubuh Dara lebih tinggi. Sementara ia menempelkan kain perca di luka tembak gadis itu dan melingkarkan lakban ke sekeliling perutnya agar menghentikan pendarahan.

Dara masih mencoba memberontak saat mereka bekerjasama untuk membalut luka tembaknya. Tetapi tubuhnya yang kian lemas menahan rasa sakit membuat mereka berhasil melakukan pertolongan pertama.

"Sekarang kamu bawa dia ke mobil! Aku bukakan pintu mobilnya!" perintahnya lagi pada Rio.

"Kita harus bawa dia ke rumah sakit, Bang!"

"Udah, bawa dulu aja!"

Yang disuruh segera berlari menggendong tubuh Dara ke dalam mobil. Sedangkan Angga berlari di depannya untuk membukakan pintu mobil. Setelah membuka pintu mobil, ia kembali berlari ke belakang untuk menutupkan pintu gudang.

Baru saja tiba di depan pintu mobil yang terbuka, seorang pria berteriak sembari menarik-narik tubuh Dara dalam gendongannya.

"Teh, Teeeh! Mau dibawa ke mana dia?!" Ucok yang baru saja tiba untuk memeriksa keadaan kakaknya di gudang---berteriak panik kala menghampiri Rio yang sedang menggendong tubuh tak berdaya itu di depan pintu mobilnya.

Seketika juga suara tembakan kembali terdengar ketika peluru menembus punggung pemuda itu. Sambil bersiap pergi, Angga menyimpan lagi pistol di tangannya ke dalam saku jaket.

Sementara Rio berhasil membaringkan tubuh Dara di kursi penumpang belakang mobil. Dua pria itu langsung bergegas memasuki mobil dan duduk di kursi penumpang depan. Sang pemilik mobil segera menginjak pedal gas dan melaju kencang meninggalkan lokasi.

Sementara Ucok yang tertembak di bagian punggung hanya terbaring kesakitan di atas tanah melihat mobil dua pria misterius tadi melaju pergi membawa sang kakak. Penglihatannya semakin kabur, lalu sedikit demi sedikit menjadi gelap.

Next Chapter 🔽

About D ( Her Secret ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang