About D ( Her Secret ) ✔

Bag 32 (Sepulang Sekolah)

Akhirnya Andhin memilih untuk berlari sambil menundukan kepala melewati mantan pacarnya. Kevin hanya berdiri terdiam melihat tingkah anehnya.

Hingga tiba di dalam kelas, ia langsung terduduk di bangkunya. Menyandarkan kedua sikunya di atas meja sembari menggenggam kepala. Napasnya terengah-engah seolah baru saja dikejar sesosok monster. Dalam pikiran kacau itu terbesit kehaluan. Andaikan ia bisa berubah wujud secara instan seperti di film-film fantasi-untuk sekedar menghindari pertemuan dengan makhluk-makhluk aneh tadi-pasti hidupnya akan terasa lebih tentram.

Pandu yang tengah duduk mengobrol di bangku Dito, ikut merasa heran ketika melihat teman sebangkunya terburu-buru masuk ke dalam kelas. Ia menghampiri bangkunya sendiri dan duduk di samping gadis itu. "Eh, Dhin. Kamu kenapa? Kok kaya lagi habis dikejar orang?"

"Enggak kok, aku cuma... cuma... dikejar kucing." Andhin berkata terbata-bata.

"Kucing kan gak ngejar orang. Kecuali ada orang yang nakut-nakutin kamu pake kucing."

"Nah, iya, tadi ada orang iseng nakut-nakutin aku pake kucing."

"Ah masa sih? Siapa emangnya?" Pandu langsung beranjak dari kursi dan berjalan meuju ke depan pintu kelas untuk memeriksa keadaan orang-orang yang ada di luar sana. Namun ia tak menemukan apapun yang mencurigakan di luar sana. "Mana orangnya?"

Sepanjang sisa jam pelajaran hingga kelas berakhir, Andhin sulit merasa tenang terutama saat berjalan meninggalkan kelas. Di hari itu ia menjadi lebih waspada. Kepalanya menoleh ke berbagai arah untuk memantau keadaan ketika berjalan menuju gerbang sekolah.

Baru saja melewati gerbang sekolah, tubuhnya tiba-tiba menabrak seseorang ketika fokus penglihatannya tidak mengarah ke depan. Orang itu seperti sengaja menghalangi langkahnya.

"Haii... Baby mau kemana? Pulang bareng yuk!"

Ternyata si penghalang adalah salah satu dari empat pemuda berandal yang ia lihat saat istirahat tadi. Tak jauh dari tempat itu juga terlihat tiga siswa lain berkumpul bersama sembari melihat tingkah menyebalkan dari salah satu temannya itu.

"Iiih... sana!" Andhin langsung mendorong tubuh pemuda itu, tak sabar menghampiri Dara yang sedang duduk menunggunya di atas vespa.

Dari jarak tak lebih dari lima meter, Dara terus memantau untuk memastikan kalau gadis remaja itu masih baik-baik saja hingga sampai di dekatnya. Namun pemuda sialan itu masih terus menggoda hingga melakukan hal yang tak terduga. Ia menepuk bagian belakang tubuh sensitif Andhin.

Tiba-tiba dari arah yang tak terduga, Pandu menghajar pemuda yang baru saja melecehkan seorang gadis hingga jatuh tersungkur. Ia terus menghajar tubuh lelaki yang sudah tergeletak di tanah. Kejadian itu disaksikan banyak siswa yang juga hendak pulang sekolah. Suasana sekitar menjadi menegangkan.

"Pandu, udah!!" Andhin mencoba menyentuh dan menarik tas ransel teman sebangkunya agar berhenti menyerang. Namun seketika dirinya malah terdorong hingga terjatuh oleh tiga orang siswa yang adalah teman karib lelaki yang tengah dihajar Pandu.

Bukannya mencoba memisahkan, tiga pemuda itu malah membela temannya dan menghajar balik Pandu. Mereka malah mengeroyok Pandu hingga ia terkapar tak berdaya.

"Andhin, udah! Kita pergi!" Dara menarik tangan gadis remaja itu untuk bangkit dan segera menjauh dari perkelahian. Namun Andhin masih tak tega melihat teman sebangkunya dikeroyok siswa lain.

"Panduu!"

Merasa ikut tak tega, Dara memberanikan diri menghampiri perkelahian lima siswa itu. Sekuat tenaga ia mendorong dua orang pemuda yang sedang melakukan pengeroyokan. Hingga ia bisa mencengkram dan menarik kerah seragam Pandu untuk memisahkannya dari mereka. Menyeret beberapa jarak dari para pengeroyoknya dan menjatuhkan tubuhnya ke tanah.