"Dara udah lama tinggal di sini, Pak?"
"Iya, Dara udah 6 tahun tinggal di sini. Dia suka bantu-bantu kerjaan saya. Dulu bengkel kita itu kecil, cuma ada tambal ban, cuci motor, sama servis kecil-kecilan. Sekarang udah lumayan maju. Semua berkat kerja keras Dara juga. Dia rajin banget kalau bantuin kerjaan saya." Pak Monang menceritakannya dengan antusias.
Wanita yang ia ajak bicara turut merasa terharu. Seolah yakin jika pria tambun paruh baya itu benar-benar orang baik.
"Terimakasih Pak, selama ini udah jagain anak saya. Tanpa Bapak, saya gak tau Dara akan seperti apa di kota ini."
Pak Monang menunduk sejenak tersipu malu. "Iya sama-sama, Dara pun sudah banyak bantu saya."
Ia pun merasa terharu dengan ucapan penghargaan yang di diucapkan Rani. Ternyata bagaimanapun bentuk niat baik, pasti akan ada balasan yang setimpal pada waktu yang telah ditentukan. Semua yang ada di sana tersenyum teduh mendengar perbincangan mereka berdua.
"Bapak!"
Suara seorang perempuan yang memanggil tiba-tiba mendistrak perhatian mereka.
Spontan semuanya menoleh ke arah sumber suara. Mereka melihat Dara berdiri tersenyum di depan pintu rumah yang terbuka. Sontak semuanya terperanjat kala melihat sosok yang tak mereka duga.
Gadis itu menyangga satu tongkat kruk ketiak di tangan kanannya sebagai alat bantu berjalan. Bagian tulang kering di kaki kanannya terbalut gips sebagai penyangga tulang yang retak. Luka di pelipis kanan terbalut perban. Terdapat juga beberapa luka lecet di tangan yang sudah terbalut plester.
Rani yang melihat ekspresi mereka semua hanya menyunggingkan senyuman seolah sudah tahu bahwa Dara akan memberikan mereka sebuah kejutan.
"Nadi!"
Pak Monang melongo sejenak, tubuh tambunnya bangkit dan langsung berlari menghampiri. Ia memeluk erat gadis itu kala melepaskan segala kegundahan yang ada. "Kau ke mana aja, hah?! Kenapa gak ngabarin?" Lalu memegang kedua pundaknya sembari memerhatikan wujud Dara dari ujung rambut hingga ujung kaki untuk memastikan bahwa di hadapannya benar-benar seorang gadis yang ia nantikan.
"Maaf Pak, waktu itu Hp aku dibuang sama Angga. Mama juga gak bolehin aku ketemu banyak orang dulu biar gak diancam sama orang suruhannya Angga."
Pria tambun itu mengusap kepalanya, lalu menuntunnya untuk bergabung bersama semua rekan yang sudah berkumpul. "Ayo sini."
Dengan tongkat kruk di satu tangan, Dara melangkah tertatih ke dalam rumah. Saras dan Ivan lebih dahulu bangkit mendekati untuk menyambut. "Nadi, apa kabar?"
Sejenak Dara menatap canggung pada pasangan itu, senyumnya lalu merekah dan menyambut pelukan mereka berdua. "Secepatnya pasti baik lagi."
"Cepet sembuh ya, Di." Saras menjawab.
Giliran Ihsan, Ian, dan Doni yang adalah tiga orang karyawan bengkel menyalaminya dengan wajah sumringah. Dengan hati-hati, mereka membantu Dara untuk duduk di samping sang ibu sambil meluruskan kaki kanan yang masih terbalut gip. Atmosfer yang semula penuh keresahan berubah jadi hangat.
"Kau ini gimana ceritanya bisa lompat keluar mobil sampai masuk jurang? Udah gitu langsung ngilang lagi, bikin stress saja." Pak Monang berucap frontal dengan logat Batak meski bermaksud bercanda.
"Iya, Pak, aku waktu itu hampir mati lah. Bangun-bangun udah ada di rumah orang. Pas kabur ke jurang, kirain mau mati. Kepalaku sampai bocor tapi masih bangun juga, bingung aku." Nadi bercerita menirukan logat sang ayah angkat.
"Kok bingung? Coba sana, ulang lagi biar gak bingung!"
"Makin remuklah badanku."
Semua tertawa bersama mendengar keduanya saling melempar candaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
About D ( Her Secret ) ✔
Genç KurguCerita Wattpad dengan visual ilustrasi di dalamnya. Andhini tak menyangka, di masa remajanya ia akan dipertemukan kembali dengan seseorang yang sempat datang di masa kecilnya. Dia adalah Dara, yang kini bersembunyi di balik nama barunya, Nadi. Nadi...