Bag 55 (Kronologi 2)

370 47 3
                                    

Semakin aktif bergerak, rasa sakit semakin menjalar ke seluruh tubuh. Terlebih kaki kanannya yang tak mampu digerakkan dan terus digeser ketika merangkak. "Pergi!"

"Dara, kamu gak akan pulang sama Angga." Wildan langsung menghalangi.

"Tinggalin saya sendiri," ucapnya lirih dalam napas yang masih berat.

Lelaki di hadapannya dibuat semakin kebingungan hingga tak bisa fokus memandang ke satu arah. "Tinggalin gimana? Cuma saya yang ada di sini. Kamu gak usah takut." Menengok ke belakang dan memandang jauh mencari lokasi perkampungan terdekat. Lalu menyodorkan salah satu tangannya. "Ayo Dara, kita cari pertolongan buat kamu."

Yang diajak masih enggan menerima ajakan. Beralih duduk meluruskan kaki kanannya yang tak tertahan lagi rasa sakitnya. Terasa ada yang tidak beres pada tulang dan otot kaki kanannya setelah terkena benturan yang cukup keras. "Aww... Apa di sini bisa datangin ambulans?"

Wildan memeriksa sinyal di ponsel yang ternyata sangat lemah. Ia nyaris tak bisa menghubungi siapapun di tengah pepohonan rimbun. "Maaf, kita harus jalan dulu ke sana." Lalu meraih satu tangan Dara dan dikaitkan ke pundaknya. Ketika hendak mengangkat tubuh itu untuk memapahnya berjalan, Dara mengerang merasakan tarikan pada luka jahitan serta kaki kanannya yang semakin sakit ketika digerakkan.

"Aduh... Aww!"

"Kamu gak kuat berdiri? Aduh, bentar ya. Tunggu di sini, nanti saya balik lagi."

Usai membiarkan Dara duduk pada posisi semula, segera Wildan berlari kencang meninggalkannya. Menuju perkampungan terdekat untuk mencari pertolongan. Jaraknya tak begitu jauh meski cukup menguras tenaga. Tiba di lokasi pemukiman warga, ia menanyakan di mana puskesmas ataupun kantor regu penyelamat terdekat. Seorang warga memberitahukan lokasi puskesmas terdekat yang harus dilalui dengan Medan jalan yang cukup menantang. Ia harus melewati jalan yang menanjak untuk sampai di sana.

Meski napasnya masih terengah-engah menahan lelah, Wildan kembali berlari ke tempat yang dituju. Hingga lokasi pusat kesehatan masyarakat daerah tampak di hadapannya, ia langsung menghadang kerumunan antrian warga desa yang tengah menunggu antrian berobat. Menuju ke sebuah ruangan dan menemui salah satu staf bagian administrasi puskesmas.

"Pak, tolong. Ada orang jatuh di jurang jalan tol sana. Harus ditolong sekarang juga."

Staf bagian pendaftaran pasien langsung meneruskan informasi tersebut pada petugas puskesmas lainnya. Sebanyak 5 orang petugas kesehatan dikerahkan untuk mempersiapkan semua peralatan akan dibawa. Wildan ikut bersama sekelompok tenaga kesehatan itu menaiki mobil ambulans yang siap melaju menuju lokasi kecelakaan. Hingga ambulans mereka tiba di hadapan sebuah hutan kecil namun penuh pepohonan rindang.

Empat orang awak ambulans keluar mobil sembari membawa tandu, koper berisi peralatan P3K dan alat penunjang medis lainnya. Wildan ikut berlari mengikuti mereka sekaligus menunjukkan titik lokasi kecelakaan.

Pada lokasi yang ditunjuk, mereka melihat seorang gadis berpakaian lusuh dengan tubuh penuh luka lecet duduk menyandar di salah satu pohon. Lima orang pria itu berlari lebih cepat. Menyiapkan tandu dan memindahkan tubuh gadis itu ke atas tandu yang telah siap untuk mereka angkat.

Kendati masih merasakan sakit di seluruh tubuh, Dara merasa lega setelah sekelompok tenaga medis menandu dirinya ke mobil ambulans. Berlanjut mengantarkannya ke puskesmas untuk mendapatkan pertolongan pertama. Sementara Wildan menunggu di dekat pintu ruang penanganan.

Ponsel miliknya tiba-tiba bersuara berkali-kali. Ternyata sinyal baru saja terdeteksi lagi dan melihat puluhan pesan masuk yang belum terbaca. Membuka semua pesan yang masuk, ternyata Angga telah menanti kabar darinya. Saat hendak mengetik untuk membalas pesan, Wildan tiba-tiba termenung. Pandangannya beralih pada pintu ruangan yang tertutup berisi seorang pasien kecelakaan yang tengah ditangani dokter. Lalu melihat lagi layar ponsel di tangannya.

About D ( Her Secret ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang