13

449 68 15
                                    

Fian’s pov

Aku bersama Sadio dan Farah berada di ruang meeting, hanya kami bertiga. Setelah kejadian tadi, Kak Chaka dan Kak Kara dipanggil ke ruangan Pak Juna. Sebenarnya aku masih kesal dengan kelakukan senior menyebalkan itu.

Ingin sekali tadi ku tampar saja saat dia berteriak, tapi aku tidak ingin menjadi bahan bullyan karena bersikap tidak sopan pada senior. Ku dengar dari Mas, senior di tempat kerja lebih kejam dari senior saat Ospek.

“Sudah ya, semua sudah baik-baik saja.” kataku memegangi tangan Farah. Ia masih menangis dan tangannya masih bergetar.

“Apa aku salah mengatakan hal itu?”

“Tidak, kau tidak salah. Dia memang keterlaluan.” Aku mengangguk setuju dengan Dio yang akhirnya angkat bicara.

“Dio benar, Kakak itu memang keterlaluan. Kau tidak salah.” Farah menatapku dan memelukku, aku mengelus punggungnya untuk menenangkannya.

“Aku mau ke kamar mandi dulu.” Farah bangkit dan berjalan menuju kamar mandi yang berada di ujung ruang meeting.

Aku memandang Dio yang juga memandangku, kami menghela napas bersamaan. “Pada akhirnya mereka akan menyalahkan Farah dan berlasan jika semua itu adalah pelatihan mental.”

“Ku pikir begitu. Tapi, yang terjadi tadi benar-benar keterlaluan.”

“Hah, aku masih tidak terima pekerjaanku dikatai sampah. Aku memikirkannya sepanjang malam dan dengan mudahnya dia mengatai seperti itu?” Dio menyadarkan punggungnya di sandaran kursi.

“Sama. Aku juga. Seharusnya dia memberikan contoh lebih dulu bagaimana hasil pekerjaan yang bukan sampah.” Dio memicingkan matanya dan mengangguk. Kami saling menatap dan tertawa beberapa detik kemudian.

“Orang-orang seperti kita hanya bicara saat tidak diperlukan seperti sekarang.”

“Benar, kita menggerutu di waktu yang salah.” aku mengangguk saja.

Farah kembali dari kamar mandi dan duduk di sampingku, keadaannya jauh lebih baik sekarang. Aku bersyukur untuk itu.

Sreek

Pintu ruang meeting bergeser, menampakkan Kak Chaka dan seseorang yang tampang tak asing. Kakak ini pasti ikut shooting kemarin, namun belum sempat berkenalan dengan kami. Atau sebenarnya sudah tapi aku tidak mengingatnya? “Maaf menunggu lama. Pertama, saya mewakili Kara meminta maaf atas yang terjadi tadi.” aku menatap Dio yang sama terkejutnya.

“Memang dalam pelatihan ada uji mental, tapi yang dilakukan Kara keterlaluan.” Aku menatap Farah yang mengalihkan pandangannya tanpa minat. Dia masih kesal rupanya.

“Untuk selanjutnya, saya akan ditemani Kak Nabila.” Kak Chaka memperkenalkan seseorang yang disampingnya.

Perempuan berjilbab itu tersenyum dan melambaikan tangan pada kami. Aku dan Dio tersenyum, sedangkan Farah hanya menatapnya. “Hari ini saya akan memberikan contoh-contoh konsep.” katanya mengeluarkan laptop yang disambungkan LCD.

Bisakah lanjut bekerja dengan mood yang buruk seperti ini?

#

17:00 WIB

Aku membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalam begitu mobil suamiku berhenti di depanku. “Bagaimana hari ini?” tanyanya dengan gummy smile, mendengarkan pertanyaannya membuatku mengingat kejadian tidak menyenangkan tadi. Bahkan hingga jam kerja berakhir, mood kami bertiga tidak juga bagus. Padahal tadi kami membuat konsep bersama dengan dampingan khusus dari Kak Chaka dan Kak Nabila.

Zalumin & Zafian Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang