23

498 80 33
                                    

Author's pov
10:00 WIB

Bagas mengemudikan mobilnya perlahan dengan perasaan gugup, di sebelahnya ada sang kekasih Tata dan di bagian belakang ada Citra yang tak kalah gugupnya. Ketiganya berangkat menuju rumah mertua Fian setelah pagi tadi Umin meneleponnya.

Umin meminta Bagas membawa Citra dan Tata untuk menghibur Fian yang menutup diri dari semua orang sejak berhenti bekerja 3 hari yang lalu. "Jika seperti ini, lebih baik kita tinggal di Kediri saja." Tata bersuara memecah keheningan dalam mobil.

"Tidak masalah bagiku, aku akan minta pindah ke cabang Kediri. Lalu pekerjaanmu?"

"Aku akan bekerja disini dan tinggal di rumah Tante, daripada rumah Tante kosong." Bagas mengangguk saja mendengar pendapat Tata.

"Lakukan saja, Fian membutuhkan kita." sahut Citra dari kursi belakang.

"Oke. Apapun untuk anak perempuanku." Tata tersenyum menatap Bagas yang fokus ke jalanan. Dia tidak bisa mengelak, Bagas akan melakukan apapun untuk saudara perempuannya itu.

"Jangan menatapku seperti itu, aku tahu aku tampan." Tata yang mencebik menampar wajah Bagas. "Hei, aku sedang menyetir!"

"Kau terlalu percaya diri, Chef."

"Aku tidak terlalu percaya diri, aku hanya mengatakan fakta."

"Tidak, aku menolak opini itu fakta."

"Itu fak-"

Citra memutar bola matanya malas, "Hentikan pertengkaran tidak penting ini dan kita susun rencana!" suara Citra membuat keduanya bungkam seketika.

"Oke, baiklah. Seperti biasa, aku dan Alpukat akan membuatnya tertawa. Dan kau Strawberry, kau harus memancing agar Kiwi mau bercerita. Pokoknya, hari ini misi mengetahui kesedihan Kiwi harus dijalankan sesuai perintah Komandan." Tata mengangguk setuju, sedangkan Citra memegangi keningnya.

"Tidakkah kita terlalu tua untuk memainkan permainan ini?"

"Tidak, Strawberry. Agen Rahasia selalu bekerja sesuai dengan misi yang kita dapatkan. Aku sangat antusias akhirnya kita memainkan permainan ini lagi!"

"Benar, rasanya permainan ini bisa menghiburku dari kebosananku melihat bahan makanan setiap hari."

"Baiklah, baiklah. Terserah kalian. Sekarang, bagaimana caranya membuat Fian-"

"Gunakan nama samaran, Strawberry!" Citra menatap sebal Tata yang menoleh ke arahnya.

"Oke. Bagaimana cara membuat Kiwi bicara?" Citra sengaja menekankan kata 'Kiwi' untuk membuat pasangan ajaib senang.

"Aku dengan Tata akan meninggalkan kalian berdua nanti. Kau bisa membuatnya nyaman dengan obrolan dan memancingnya bicara. Siapa tahu dia mau bicara jika berdua saja denganmu. Apalagi dia tahu pekerjaanmu sebagai psikolog bagian konseling sekarang. Dia percaya denganmu dan ku yakin memancingnya sedikit akan membuatnya bicara." Tata mengangguk setuju dengan Bagas.

"Kenapa tidak kau saja?"

"Strawberry, jika aku yang mendengarkan masalahnya bukan membuat dia tenang dan masalah selesai, tapi akan menambah masalah."

"Benar. Kau tahu kan ibu tiri ini selalu memarahi Kiwi. Itu akan membuat Kiwi semakin menutup diri dan itu buruk. Setidaknya jika denganmu, kau bisa memberikan solusi padanya dengan cara yang tepat. Bukan begitu?"

Citra menghela napas panjang. Entahlah. Rasanya lebih berat dari kliennya yang lain.

Mobil yang mereka tumpangi berhenti di halaman rumah Kyai Lukman. "Serius Kiwi tinggal disini?" Citra membulatkan matanya melihat lingkungan rumah.

Zalumin & Zafian Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang