Sejujurnya aku kangen kalian. Kangen komenan-komenan kalian yang nano nano. Tapi kalo project baru aku ga bisa. Sementara biasanya cerpen-cerpen gitu.
Oh ya, ga cuma di Z&Z tapi di work lain usahakan jangan dihapus dulu ya. Sapa tau kan ya aku tiba-tiba up kayak ginian.
He he he
#
Kita flashback ya gaes
Fian’s pov
Aku menatap Salman yang sudah tidur lelap. Dia sangat senang hari ini karena mendapatkan bintang 5 saat pelajaran menghitung, senyumku mengembang saat mengingatnya melompat-lompat dan memelukku erat. Dia memamerkan itu ke semua orang, bahkan memintaku untuk menelepon Yaya. Senyumku luntur saat kembali mengingat permintaannya untuk hadiah.
Bukannya aku tidak mau memberikan, hanya saja ini tidak mudah.
“Masih memikirkan permintaan Salman?” aku menoleh ke arah suamiku yang meletakkan pecinya di meja kerja.
“Ya, Kak.” Kak Umin duduk di depanku, kedua tangannya menggenggam tanganku. “Kita sudah berusaha dan tidak lupa berdo’a. Tapi kenapa Allah belum juga mengabulkan keinginan kita? Bukan hanya kita, tapi semua orang menginginkan adik Salman.”
“Sayang, anak itu rezeki. Dan rezeki tidak pernah salah alamat. Kau tahu, sekarang Allah mengajarkan kita bagaimana itu sabar.” Aku memejamkan mataku dan beristihfar berulang kali. Kedua mataku terbuka saat merasakan elusan lembut di rambutku.
“Tapi aku takut, Kak.”
“Takut kenapa?”
“Aku takut jika aku tidak bisa-” Kak Umin menyentuh bibirku dengan jari telunjuknya.
“Jangan pernah berpikiran buruk, Umma.”
“Kak, jika sampai akhir tahun ini tidak jadi juga. Bagaimana jika kita program bayi tabung?” Kak Umin membulatkan kedua matanya terkejut, jika aku jadi Kak Umin aku juga akan terkejut.
Sungguh, aku benar-benar frustasi dengan keadaanku sekarang.
Setahun sejak aku mengalami keguguran, kami berusaha keras agar memiliki adik Salman. Namun, sampai sekarang belum juga terwujud. Pembahasan mengenai adik Salman sering ku dengar dari ibu-ibu pengajian yang biasa hadir saat Umi menjadi penceramah. Mereka menanyaiku banyak hal mengenai Olive, bahkan menanyaiku sudah hamil atau belum.
Tentu saja hal itu membuatku tertekan.
“Sayang.”
“Jika Kakak tidak setuju, tidak apa.” Aku melepas genggaman tangan Kak Umin dan berjalan keluar dari kamar Salman.
Sejak ulangtahunnya yang ke 4, Salman meminta untuk tidur sendiri seperti teman-temannya di sekolah. Tentu saja permintaannya ini disetujui oleh seluruh anggota rumah, bahkan Umi dan Abi yang mendesain kamar Salman yang didominasi warna kuning dan biru.
Minions.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zalumin & Zafian Season 2
RomanceZalumin & Zafian Marriage Story Kulakukan apapun untuk membuatnya bahagia. -Adnan Basyar Zalumin- Sepertinya, ambisiku datang disaat yang tidak tepat. -Zafian Ruqayyah Imran- Manman tayang Mma, tayang Abi uga! Tayang teeemuanyaa. -Salman Furqo...