19

535 71 39
                                    

Hai

~Zalumin&Zafian~

Author’s pov
05:30 WIB

Seperti biasa, sejak setelah sholat Subuh berjama’ah Aning, Dewi, dan Zaza menyiapkan sarapan di dapur. Hari ini mereka memilih menu yang simple, yaitu nasi goreng dan sekarang sudah hampir siap. Hubungan ketiganya belum bisa dikatakan membaik, walau berkali-kali Aning menunjukkan perubahan menjadi lebih baik namun Dewi dan Zaza belum sepenuhnya percaya dengan itu.


“Semuanya sudah siap?”

“Sebentar lagi, Umi. Tinggal menggoreng beberapa telur dan menunggu nasi tercampur rata.”

Umi Najwa mengangguk menanggapi jawaban, ia memilih duduk di meja makan. Tangannya terulur mengambil pisang yang tersedia dan hanya menatapnya. Pikirannya tertuju pada menantunya yang kemarin mendapat telepon dari atasannya kembali ke kantor.

Hal yang tidak lagi bisa diterimanya, menantunya pulang pukul 2 pagi. Ia tidak paham benar apa yang dikerjakan menantunya hingga menghabiskan banyak waktunya di kantor. Yang ia tahu, menantunya sedang sibuk menyiapkan acara anniversary programnya.

Aning yang sejak tadi memperhatikan Umi Najwa hanya berdiam diri di depan kompor. Ia tak berani lagi lancang bertanya atau meminta Umi bercerita dengannya, ia sadar dengan kondisinya sekarang. Kembali menjadi pengurus rumah saja sudah bersyukur dan ia berjanji untuk tidak banyak tingkah.

“Jangan melamun, gosong!” Aning tersentak bahu Dewi dengan sengaja menyenggol bahunya. Aning kembali fokus dengan kompor dihadapannya dan mencoba mengabaikan pemikirannya tentang masalah yang dihadapi pemilik rumah.

Apa urusannya memang?

Kembali ke Umi Najwa, ia sedang menimbang apakah pemikirannya yang paling tepat? Ia terpikirkan untuk mengobrol dengan menantunya untuk membahas mengenai pekerjaannya yang semakin tak terkendali. Tapi, bukankah artinya dia mencampuri urusan rumah tangga mereka?


Ceklek

Pintu kamar Umin terbuka, terlihat Fian keluar lengkap dengan seragam kerjanya. “Sarapan dulu, sayang.” Umin berjalan di belakangnya.

“Tidak sempat, Kak. Sekarang sudah terlambat.”

Suara keduanya tentu saja menjadi pusat perhatian beberapa orang yang berada di dapur, tak terkecuali Umi Najwa. 

“Tapi sejak kemarin belum makan nasi.”

“Nanti di kantor.” Umin menghela napas panjang, ia tak tega menatap wajah istrinya. Lingkaran hitam terlihat jelas di bawah kedua matanya.

“Ya, tapi minum susu dulu.” Fian mengangguk saja, ia memutuskan menuruti suaminya daripada mengulur waktu semakin lama. “Zaza, ambilkan susu.”

“Ya, Mas!” Zaza yang menata meja makan mengambil susu di kulkas dan memberikannya pada Fian.

“Terimakasih.” kata Fian menerima susu dari Zaza.

“Sama-sama, Mbak.” Zaza segera berbalik dan kembali ke pekerjaannya.

“Mbak berangkat kerja sepagi ini?” Umi Najwa berjalan menghampiri keduanya.

Zalumin & Zafian Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang