Petualangan

543 62 33
                                    

Sebelumnya, buat yang masih bingung siapa anak siapa akan ku jelaskan.

Umin – Fian:
Salman
Olive
Khanza
Musa

Fahri – Arin:
Zakia (Yaya)
Zaky (Kyky)
Mirza

Bagas – Tata:
Nadia (Dia)
Bima

Sahal – Citra:
Satria
Nova
Nakula

Sandi – Zahra:
Hilal
Kanaya (Naya)

###

Umin’s pov
17:00 WIB

“Keluar kelas Mbak pusing dan sangat lemas. Bahkan sarapan tadi pagi menguap begitu saja entah kemana.” Aku tersenyum memandang Khanza yang berkeluh kesah, hari ini seluruh mata pelajaran ulangan harian. Mulutnya penuh dengan roti selai strawberry kesukaannya membuatku gemas. Tangannya melingkar di tangan kiriku dan ia bersandar di bahuku.

Aku dan Khanza ada di kantor pondok sekarang, rutinitas setiap sore putri kecilku ini bercerita. “Tapi Mbak bisa mengerjakannya dengan baik, kan?” kataku mengusap kepalanya yang tertutup jilbab.

“Tentu saja. Mbak kan pintar.” Aku terkekeh melihat ekspresi sombongnya. “Benar kan, Abi?”

“Iya, Mbak Sasa pintar.” senyum Khanza mengembang, ia masih asyik mengunyah roti sobek yang ia habiskan sendiri. 

Tidak heran melihatnya banyak makan, sejak kecil dia suka sekali makan. Anehnya, dia tidak gendut sama sekali walau pipinya tembam. Apa semua makanan yang ia makan lari ke pipinya?

Khanza tidak bisa hidup tanpa makanan, setiap kali aku dan istriku berbelanja bulanan dia pasti ikut dan merengek minta dibelikan cemilan. Di setiap sudut kamarnya selalu tersimpan makanan, entah itu cokelat, roti, wafer, dan sebagainya. Pernah sekali aku menemukan lima bungkus keripik kentang yang masih utuh di keranjang yang berisi boneka-bonekanya.

“Abi.”

“Ya, sayang?” Khanza tersenyum ke arahku dan mengecup pipiku, ia memelukku sangat erat dan tersenyum manis. “Kenapa, hmm?”

“Tidak, Mbak sayang Abi.” Aku tak bisa menahan senyumku, ku hujani ciuman ke kedua pipinya.

Sejujurnya aku tidak ingin dia tumbuh dewasa dan menikah. Aku tidak ingin putri kecilku ini jauh dariku walau hanya satu hari saja. Seperti saat dia menginap di rumah Oma dan Opanya, setiap jam aku mengiriminya pesan dan menanyakan keadaannya.

“Bi, tadi Mbak Yaya telepon.”

“O ya? Kenapa?”

“Mbak Yaya mengajak Mbak, Mas, dan Adek berlibur di villa besok. Boleh ya?” Khanza menatapku penuh harap.

“Selain Mbak Yaya, Mas Kiky, dan Mas Jaja siapa lagi yang ikut?”

“Mbak Dia, Bima, Om Hilal, Tante Naya ada Mas Satria, Nova, Nakula. Semuanya ikut. Boleh ya Bi? Mbak janji akan membalas pesan dari Abi dan menurut dengan Mas. Ya ya yaa?” Aku menghela napas panjang, tidak mungkin aku menghancurkan harapannya.

“Ya boleh.”

“Yeaayy!” Aku tersenyum lebar melihat putri cantikku bersorak.

“Sepertinya ada yang senang sekali.” aku menoleh ke arah istriku yang menghempaskan duduknya di sofa depanku.

“Siapa yang tidak senang pergi berlibur ke villa?” Fian tersenyum memandang Khanza.

“Lebih bagus jika Pak Puh Fahri, Abi, dan Baba ikut.” Senyuman Khanza luntur, ia menatap Ummanya datar.

“Tidak, tidak. Tidak perlu ikut.”

“Kenapa?”

“Umma, Mas dan Adek saja sudah cukup. Jangan lagi ditambah Abi.” Khanza menatapku membuatku mengerutkan kening.

Zalumin & Zafian Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang