14

459 71 47
                                    

2 Tahun Kemudian


Umin’s pov

Puk

Puk

Aku menoleh ke arah berlawanan saat merasakan tepukan di pipiku. Bukannya berhenti, tepukan itu semakin lama semakin keras dan sangat mengganggu tidurku. Sebenarnya aku sudah tahu siapa yang melakukan ini padaku, kali ini aku tidak akan terbangun karena dia.

“Om~~” suara jeritan bayi terdengar, sebisa mungkin aku menahan senyum dan masih pura-pura tidur.

Beberapa saat kemudian aku merasakan tubuhku memberat, tidak salah lagi pasti bayi ini menaiki tubuhku. “Om.” suara pelannya membuatku membuka mata, senyumku mengembang melihatnya tiduran di atasku dengan kepala bersandar di dadaku. Kedua tangan mungilnya melingkar di pinggangku, menggenggam piyama yang ku kenakan.

Aku menarik tubuhnya membuat lengkingan panjang keluar dari mulutnya. Ia tertawa saat melihat wajahku tersenyum ke arahnya. “Om!!” teriaknya membuatku gemas. Ku tidurkan dia di sebelahku dan mendekapnya erat. Aku mengecup pipi gembulnya beberapa kali, aroma bayi baru bangun tercium.

Ceklek

Aku memejamkan mata begitu pintu kamar mandi terbuka. “Bangun, Kak. Jangan malas walau hari Minggu.” Aku merasakan tepukan-tepukan di pipiku, bayi di sampingku ini benar-benar berada di tim istriku.

“Kak, Kia saja sudah bangun dari tadi.”

“Dia baru bangun dan belum mandi.” aku menatap Kia yang juga menatapku dengan senyuman yang membuat gigi-giginya terlihat.

“Tiii~~” Fian berjalan ke tempat tidur dan menggendong Kia yang tangannya terulur ke arahnya.

“Lapar? Kia mandi dulu, ya. Biar Om juga mandi. Oke?”

“Ke.” Fian tersenyum dan mencium kedua pipi gembul Kia. Ia berjalan keluar kamar, ku yakin menyerahkan bayi berusia 18 bulan itu pada ibunya.

Zakia Salsabila Fahrin. Keponakan pertamaku itu selalu datang ke kamar Fian begitu bangun tidur saat aku dan Fian menginap di rumah Mama dan Papa. Kemarin kami menginap disini menikmat hari libur kerja yang datang tidak pasti. Satu-satunya hiburan kami adalah Kia. Itulah alasan utama kenapa kami memilih rumah Mama dan Papa untuk beristirahat.

Aku menatap Fian yang kembali ke kamar dan masih menggendong Kia, kali ini dengan alat-alat mandi Kia juga baju gantinya. “Mama dan Papamu pasti senang ya Om dan Tante datang.”

Aku menerima Kia yang diulurkan Fian padaku. “Mereka masih tidur?”

“Hmm, Mbak dengan seenaknya memintaku memandikan putrinya. Dimana rasa tanggungjawabnya?” Aku memandang Kia yang berkedip beberapa kali melihat Ontynya menggerutu.

“Kia mandi bersama Om dan Onty ya?”

“Ke.” Aku tertawa mendengar jawabannya, bayi ini sangat menggemaskan.

“Sepertinya kita harus memikirkan tarif mengasuh mulai sekarang, Kak.” Fian keluar kamar mandi dan memandangku dengan tatapan dinginnya. Aku tersenyum memandangnya, kedua pipi chubbynya sudah menghilang karena pekerjaannya yang banyak. Ia bahkan beberapa kali lembur dan pulang dini hari.

“Ide bagus. Kita hitung per detik.” Ia mengangguk setuju.

“Ayo, Kia lepas bajunya. Kita mandi bersama!”

“Mandi!” Kia melompat turun dari pangkuanku dan berlari menuju Ontynya.

“Kakak lihat ini!” aku menatap Kia yang berusaha melepas kaos yang dipakainya.

Zalumin & Zafian Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang