Special Edition 1

727 81 42
                                    

Hello everyone, welcome to Z&Z S2 Special Edition. Edisi spesial ini tidak saling menyambung walau masih berhubungan. Latar waktu yang digunakan tidak sama dan jaraknya cukup jauh. Semoga tidak bingung yaa.

Ready to meet our lovely Salman?

~Z&Z Special Edition 1~



Umin's pov

04:15 WIB

Aku membuka pintu kamar mandi dan berjalan menuju cermin untuk menyisir rambutku dan mengganti baju. Seperti biasa aku bersiap ke masjid untuk mengumandangkan adzan Subuh. Cahaya kamar remang-remang, hanya lampu tidur yang menyala karena istriku tidak bisa tidur dengan banyak cahaya.

"Dol!"

Aku berjingkat terkejut saat tiba-tiba mendengar teriakan melengking dibarengi sesosok yang melompat ke arahku. "Astagfirullahaladzim, Salman!" bukannya takut, bocah berusia 3 tahun itu tertawa. Aku menatap tempat tidur, Fian masih tidur dengan nyenyaknya.

"Sssst, jangan berisik. Nanti Umma bangun." Salman berhenti tertawa dan menutup mulutnya dengan tangan mungilnya.

"Te majit? (ke masjid?)" bisiknya di telingaku.

"Ya."

"Manman itut!" Salman menaikkan kedua tangannya, minta ku gendong.

"Oke, sekarang cuci muka dulu lalu ganti baju."

"Ote."

Aku terkekeh mendengar suaranya. Ku kecup pipi gembulnya berkali-kali, aroma khas bayi bangun tidur tercium. Salman tertawa dan memeluk leherku membuat hatiku menghangat. "Cuci cuci!" teriaknya penuh semangat saat aku menyalakan kran wastafel.

"Iya. Pejamkan matamu."

Salman memejamkan matanya, aku mengusap wajahnya dengan air dari kran menggunakan tanganku. Tiba-tiba ia meringis dan badannya bergetar. "Dinin, Bi."

"Airnya dingin ya?" Salman mengangguk dengan bibir mencebik. Aku mengusap wajahnya dengan handuk bergambar minion kesukaannya.

"Dah?"

"Belum. Ganti baju dulu ya." Aku menggendong Salman keluar kamar mandi menuju lemarinya.

Aku mengambil setelan baju koko mini berwarna biru dongker yang baru dipakainya kemarin. "Lepas dulu piyamanya dan ganti dengan ini." kataku menurunkannya. Tanpa kata Salman melepas piyama yang di kenakannya, walau dengan susah payah.

"Pintarnya anak Abi." Salman tersenyum lebar membuatku gemas.

"Manman pintal." katanya mengambil celana yang ku sodorkan, ia duduk dan memakainya.

"Kaki kanan dulu."

"Ote."

Tak lama, Salman sudah berganti baju. Aku memasangkan peci di kepalanya. "Kita berangkat!" Salman bertepuk tangan senang, ia meraih tanganku yang terulur padanya dan menggenggamnya.

"Mma dak itut?"

"Tidak, sayang."

"Napa?"

Aku menatap Salman yang mendongak menatapku. Bagaimana aku menjelaskan padanya jika Ummanya sedang udzur? "Mma atit?" tatapan matanya berubah sendu.

"Tidak, Umma hanya lelah. Umma baik-baik saja. Hari ini berdua saja, ya?" Salman mengangguk.

Alhamdulillah dia tidak bertanya lebih lanjut. Aku membuka pintu dan kami keluar kamar.

Zalumin & Zafian Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang