25

605 78 46
                                    

1 Bulan Kemudian

Fian’s pov
-Golden Kediri, 2nd Floor-
17:00 WIB

Aku menyusuri rak berisi baju-baju bayi baru lahir. Semuanya terlihat lucu dan menggemaskan sehingga aku bingung memilih, belum lagi sepatu, topi, dan lainnya. Ingin sekali rasanya aku memborong semuanya.

Sungguh, melihat baju-baju bayi dan peralatannya membuatku ingin secepatnya memiliki bayi. Tapi sayang, hingga sekarang belum ada tanda-tanda. Padahal sudah berusaha dan berdo’a, tak lupa kami berkonsultasi dengan Dokter Hasna.

Apa usaha yang kami lakukan belum maksimal, ya? Padahal kami sudah pergi jauh hingga Korea Selatan satu bulan lalu.

“Belum memilih?” aku menengok ke arah Kak Umin yang berdiri di sampingku.

“Belum, Kak. Semuanya bagus.” kataku mengambil salah satu baju dengan gambar binatang-binatang lucu.

“Ya, kamu benar.” Kak Umin tersenyum memandang sepatu bayi di tangannya. Apakah perasaan Kak Umin sekarang seperti yang ku tafsirkan? “Sepatu ini bagus ya?” aku mengangguk memandang sepatu bergambar ulat dengan warna hijau cerah.

“Kita pilih saja yang netral, bagaimana?” Kak Umin mengangguk setuju, aku memilih beberapa stel baju dan beberapa kaus kaki.

“Apa Bu Halimah belum memberitahu nama putrinya?”

“Belum ada 1 minggu.”

Ya juga sih.

Aku dan Kak Umin berencana datang melihat bayi Bu Halimah dan Pak Hasan yang baru lahir kemarin lusa. Kami memutuskan mengunjungi beliau hanya berdua, tidak bersama rombongan dosen yang lain setelah tahu ada Tata disana. Jadi suasana tidak terlalu kaku.

Aku sendiri tidak bisa membayangkan berada di situasi yang hanya ada aku juga Bu Halimah. Walau perasaanku tidak seperti dulu, tapi tetap saja canggung ditambah aku tidak terlalu dekat dengan dosen perempuan lain selain Bu Salma.

Sejak aku menerima undangan Bu Halimah dengan rekan kerja Kak Umin yang bernama Pak Hasan, aku sudah tidak cemburu lagi padanya. Walau sebenarnya rasa cemburu itu tidak ada gunanya.

“Bagas tidak ikut besok?”

“Tidak, Kak. Dia bilang mau mengurus kepindahan di cabang Kediri.”

“Mereka yakin pindah ke Kediri?” Kak Umin memsukkan sepatu yang sejak tadi dipegangnya ke keranjang belanja yang ku bawa.

“Ya, Tata sudah diterima bekerja di SD sebelah rumah Bu Halimah dulu. Dia menetap disana sekarang.” Kak Umin mengangguk.

Kami selesai memilih dan berjalan menuju kasir. Setelah selesai kami memutuskan langsung pulang dan membungkus kado di rumah saja. “Kenapa?” tanya Kak Umin menyadari sejak tadi aku melamun.

“Tidak.”

Kak Umin kembali fokus menyetir, aku memandang ke luar jendela. Ku lihat sebuah keluarga kecil duduk di pinggir jalan dan menikmati es kelapa muda bersama. Mereka bercanda membuatku tersenyum. Pemandangan seperti itu akan terjadi padaku, kan?

“Nanti biar Kakak saja yang membungkus kadonya. Kamu dengan Ania saja setelah makan malam.” Aku mengangguk. Ania meminta bantuanku membungkus poster-poster A4 yang baru kami dapatkan dari toko K-Pop Stuff tadi siang.

#

19:30 WIB

Suara dari laptop Ania yang memutar video musik EXO di youtube terdengar lumayan keras. Bukannya menonton, kami sibuk membungkus poster-poster EXO dengan plastik bening, tujuan utamanya agar tidak berdebu saat dipajang. Ku yakin tidak hanya kami yang melakukan perlindungan seperti ini.

Zalumin & Zafian Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang