Chapter special terakhir gaes. Semoga memuaskan.
~Zalumin&Zafian Special~
Author’s pov
Salman memasuki kamarnya setelah selesai sholat dhuhur di Masjid pondok. Tadinya ia berniat tidur siang bersama kedua adiknya, namun diurungkan. Moodnya buruk tiba-tiba, hatinya sedih karena suatu hal. Ia mau menyendiri hingga perasaannya membaik, setidaknya dengan menyendiri saat menangis tidak membuat Ummanya khawatir.
Salman membuka laci meja belajarnya, ia mengeluarkan sesuatu dari sana. Ia duduk lesehan di karpet, punggungnya bersandar di tempat tidur. Tangannya mengelus cover sebuah album bertuliskan ‘Miracles’, Salman menggigit bibir bawahnya menahan air mata yang hendak jatuh.
Ia membuka halaman pertama, terlihat fotonya saat baru lahir lengkap dengan namanya. Mata Salman terbuka saat itu dan menatap kamera. Salman tersenyum menatap fotonya, tampan sekali katanya.
Tangannya terulur membuka halaman kedua, tampak bayi putih pucat dan matanya tertutup. Hanya matanya yang tertutup, tidak seperti kakak dan kedua adiknya. Ya, mata itu tidak pernah terbuka. Padahal Salman sangat ingin melihat kedua mata cantik itu terbuka. Tangan Salman mengelus foto itu, air matanya tak lagi bisa ia tahan sekarang.
“Liflif lagi apa sekarang? Mas kangen.” Salman memeluk foto itu, ia menunduk dan menangis. Ia sangat merindukan adiknya itu, adik kecil yang hanya bisa ia cium sekali. Salman tidak pernah melupakan Olive, dia selalu mengingatnya dan tak pernah lupa berdo’a untuknya.
“Maaa!! Maa!!!” Khanza yang memegang botol susu di tangan kanannya berteriak dan berlari masuk kamar Salman, niatnya ingin mengganggu kakaknya itu.
Khanza terdiam saat melihat kakaknya menangis, ia berjalan mendekati kakaknya dan berjongkok di dekatnya. Bibirnya manyun melihat air mata kakaknya turun membasahi pipinya.
“Papa?” tangan gemuknya terulur menghapus air mata Salman asal. Bibirnya mencebik, matanya mulai berair saat tangisan Salman semakin keras.
“Liflif. Mas kangen Liflif, Sa.” katanya pada Khanza, ia tidak tahu apakah Khanza bisa mengerti perkatannya atau tidak. Khanza memeluk Salman yang langsung membalas pelukannya.
“Sasa janji ya selalu disini bersama Mas?” Khanza mengangguk saja, ia tak paham dengan apa yang dimaksud kakaknya. Bukankah ia bersama kakaknya sekarang?
Khanza melepas pelukannya, ia menyodorkan botol susu yang masih hangat pada Salman agar kakaknya itu berhenti menangis, seperti dia yang berhenti menangis karena minum susu.
Salman tertawa melihat adiknya, tangannya terulur mencubit kedua pipi gembul yang tampak menggemaskan itu. Setidaknya saat ini. “Mas sudah tidak sedih lagi karena ada Sasa.” Salman mengusap kedua mata Khanza yang berair.
“Mas sayang sekali dengan Adek Sasa. Adek Sasa sayang Mas?”
Cup
Khanza mengecup pipi Salman membuat senyuman putra pertama Zalumin dan Zafian itu menampakkan gummy smilenya.
Salman sangat bersyukur pada Allah SWT karena telah memberikan dua adik yang lucu untuk menemaninya bermain. Ia sangat menyayangi adik perempuannya ini walau sering Khanza membuatnya kesal karena mengganggunya. Salman juga menyayangi Musa, terlebih saat melihat senyuman kedua orang tuanya. Salman selalu berdo’a setiap hari, semoga kedua orang tuanya tidak pernah lagi menangis karena kehilangan.
“Dek Sasa mau tidur?” Khanza mengangguk.
“Ayo, tidur dengan Mas disini.”Salman membantu Khanza naik ke tempat tidurnya, mereka berbaring bersebelahan. Khanza langsung menyedot susunya begitu matanya memandang langit-langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zalumin & Zafian Season 2
RomanceZalumin & Zafian Marriage Story Kulakukan apapun untuk membuatnya bahagia. -Adnan Basyar Zalumin- Sepertinya, ambisiku datang disaat yang tidak tepat. -Zafian Ruqayyah Imran- Manman tayang Mma, tayang Abi uga! Tayang teeemuanyaa. -Salman Furqo...