🍁Ustadz Akram🍁

173 16 0
                                    

Apa yang terjadi, ia menjauh seakan aku memiliki kesalahan yang sangat fatal baginya

****

Hari ini Dania mulai aktif lagi di kegiatan pesantren. Ia yang memang menjadi ketua pengurus akhwat akan sibuk dengan beberapa kegiatan yang akan ia jalani sampai ia melepaskan semua ini untuk pergi.

Walaupun sikapnya yang sedikit ceroboh tapi ia cerdas dan juga memiliki sifat pemimpin yang baik dan tegas. Kakinya melangkah menyusuri lorong-lorong pesantren, hari ini ia akan ke kantor yayasan karena ada beberapa dokumen yang harus ia stampel.

Sesampainya di sana ia melihat ustadz Akram yang sedang duduk dengan laptop yang berada di depannya. Biasanya ustadz Akram akan menyapanya walaupun dengan beberapa kata saja. Tapi hari ini ustadz Akram tak berkata apapun bahkan Dania bisa melihat kalau ustadz Akram memberikan tatapan tajam kepadanya.

Dania menyelesaikan pekerjaan dengan secepatnya ia tak ingin berlama-lama lagi di sini. Ia tak nyaman dengan tatapan yang diberikan oleh ustadz Akram. Beberapa menit kemudian ia pun akhirnya selesai dan ia pun segera pamit lalu pergi.

***

Akram pov

Pagi ini aku harus menyelesaikan beberapa dokumen yang harusnya selesai kemarin tapi karena aku nekat pergi demi menemui seseorang saya meninggalkan semua pekerjaan saya. Namun pada akhirnya aku menyesali perbuatan yang aku lakukan sendiri.

Saat aku tengah sibuk dengan laptop ku. Seseorang datang dan aku lihat dia adalah Dania, biasanya aku akan menyapanya tapi hari ini aku masih sangat kesal dengan pemandangan yang terjadi kemarin walaupun Dania tak salah dalam hal ini tapi ia telah membuatku sadar mengapa ajakan ta'aruf milikku di tolak olehnya karena ada seseorang yang telah bertahta terlebih dahulu di harinya.

Aku melihat ekspresinya yang terlihat bingung dan juga takut karena aku tak menyapanya malah memberikan dirinya tatapan tajam. Aku tersenyum samar melihat ekspresinya yang takut dan memilih menundukkan kepalanya.

Ia terlihat sangat tergesa-gesa melakukan pekerjaannya itu. Aku hanya memperhatikan dirinya lewat lirikkan mataku, setelah ia selesai ia langsung pamit dan pergi. Ku tahu ia merasa tak nyaman dengan kelakuan aku.

Aku sadar, aku dan kamu hanyalah seperti air dan minyak yang mampu berdampingan namun tak bisa bersatu.
Kamu mempunyai sebuah hati yang telah kamu berikan kepada seseorang yang telah lama bertahta dalam kalbu mu meski ia hanya memberikan kamu warna kelabu tapi kamu memberikan seluruh warna bahagia mu kepadanya.
Dia menjadi awan hitam mu tapi kamu membuat pelangi di antara celah-celahnya.
Dia segalanya bagi kamu dan hanya dia yang mampu membuat kamu jatuh cinta sejak kamu mengenal apa itu cinta.
Sedangkan aku adalah sebuah bayangan yang selalu dianggap sebagai pendukung setiap hatimu gugur dan tak mampu bertahan.

***

Dania terdiam memikirkan sesuatu yang baru saja ia alami. Dania rasa ada sesuatu yang terjadi dengan tatapan ustadz Akram yang tajam bahkan mampu membuatnya takut dan juga bingung.

Akhir-akhir ini Dania merasa kalau ustadz Akram menyukainya. Karena ia sering melihat sang ustadz selalu melihat ke arahnya dan selalu memberikan ia perhatian yang tak pernah ia tahu apa arti dari perhatiannya tersebut.

Dania merasakan perhatian itu bukan perhatian biasa seorang kakak kepada adiknya. Tapi tatapan ini adalah tatapan yang sulit ia jelaskan. Ia mengetuk-ngetuk meja sambil memikirkan kejadian-kejadian yang ia alami.

Sampai ia tak sadar ustadzah kira masuk dan memperhatikan dirinya.

"Kamu kenapa Nia?"ucap ustadzah kira

"Ah, ustadzah. Nggak ko gak ada papa."ucap Dania sadar

"Tapi ustadzah lihat kamu seperti punya masalah yang sangat berat Dania."ucap ustadzah kira

Dania menghembuskan nafas kasar, lalu ia mulai menceritakan semuanya kepada ustadzah kira.

"Ustadzah, pikir kamu tak merasakan sikap ustadz Akram yang sangat berbeda kepadamu. Sebenarnya ustadzah sudah lama memperhatikan ustadz Akram saat berbicara dengan kamu. Dia sangatlah berbeda ketika dekat dengan kamu."ucap ustadzah kira.

"Awalnya aku juga menganggap sikap ustadz Akram hanyalah sikap seorang kakak kepada adiknya tapi lama kelamaan aku merasa hal aneh. Bahkan pagi ini dia menatapku dengan tatapan tajam seolah dia sedang cemburu."ucap Dania

Ustadzah kira terkekeh pelan. Sedangkan Dania hanya terdiam dia masih sangat bingung.

"Sudahlah, jangan terlalu di pikirkan. Suatu saat nanti semua kebenaran akan terungkap dan kamu akan tahu apa yang terjadi tanpa sepengetahuan kamu."ucap ustadzah kira.

Mereka pun kembali mengecek Beberapa dokumen. Karena besok adalah akreditasi pesantren dan itu membuat seluruh pengurus dan para tenaga pengajar sibuk mempersiapkan segala sesuatunya.

Perlahan aku mulai merasakan ada sesuatu yang terjadi di belakangku.
Tapi terkadang aku masih tak yakin kalau perasaan itu menghampiri seorang yang sama sekali tak pernah aku pikirkan.
Takdir memang tidak bisa kita cegah, tapi aku tak yakin dengan apa yang terjadi.
Aku punya satu nama yang telah lama bertahta dalam hatiku mengiringi aku dalam langkah yang tak pernah berujung.
Walaupun aku tak pernah mengungkapkannya, karena aku lebih baik diam.
Dengan sejuta rasa yang tak pernah aku tahu kapan ini berakhir.
Aku salah, dan aku sadar.
Aku takut terluka tapi aku tak bisa melupakannya.
Aku takut cinta yang ku rasakan akan menjadi Boomerang bagi kehidupan ku nanti.
Walaupun saat ini aku sudah merasa akibat dari rasa yang tak seharusnya ada.
Dia telah membawaku merasakan pelangi Di Atas Mendung.
Di mana aku bisa merasakan sebuah kebahagian dan kesedihanku secara bersamaan.
Aku tak pernah bisa membencinya. Semakin aku membencinya semakin tumbuh perasaan yang kuat di dalam hatiku.
Ya Allah, bantu aku keluar dari permasalahan ini. Aku tak ingin lagi merasakan cinta kepada seseorang yang salah. Biarkanlah cinta ini tumbuh untuk seseorang yang menjadi imanku di suatu hati nanti.

***

Hari ini ustadzah kira sedang berada di cafe dekat dengan pesantren. Sebenarnya ia akan menemui keluarganya yang meminta dirinya agar menemui mereka dia cafe tersebut.

Tak lama kemudian, keluarga ustadzah kira sudah datang. Entah apa yang akan mereka bicarakan ia sendiri tak tahu apa yang akan di bicarakan oleh keluarganya.

Ustadzah kira langsung memeluk umi dan abinya. Tak segan-segan uminya langsungnya menciumi pipi ustadzah kira. Memang ustadzah kira jarang sekali pulang ke rumah. Ia akan pulang ketika tak ada santri satu di pesantren dan akan kembali lagi saat santri belum datang ke pesantren.

"Nak, umi kangen kamu sayang. Cepatlah pulang ke Aceh saudara kamu sudah merindukanmu." Ucap uminya

"Iya umi, kira pasti pulang umi bersabar yah. Setelah ini aku akan membantu Abi meneruskan pesantren milik kakek."ucap ustadzah kira.

"Kirana Larasati Abdullah, Abi mengerti dengan semua keputusan kamu tapi Abi ingin kamu segera kembali karena ada sebuah lamaran yang datang dari keluarga pesantren pula Abi ingin kamu menerima lamaran dari putra kedua pemilik  pesantren Ar-rohman."ucap Abinya.

Ustadzah kira terdiam tapi ia akhirnya menyetujui hal ini. Walaupun ia tak pernah tahu siapa orang tersebut tapi ia bertekad ingin membahagiakan Abi dan uminya.

Setelah pertemuan dengan Abi dan uminya. Ia masih duduk terdiam dalam pikiran yang sangat kacau balau sekali menurutnya. Namun, ada satu hal yang membuatnya terkejut.

Ia melihat dia.....

Pelangi Di Atas MendungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang