🍁Sakit🍁

571 26 0
                                    

Dania mulai membuka matanya badannya terasa sakit semua ia menghela nafas panjang tempat yang sangat ia hindari tapi mau bagaimana lagi tubuh ia terlalu lemah untuk mengatakan kalau ia kuat bau obat-obatan yang begitu menusuk dan ruangan serba putih benar-benar membuatnya muak dalam sebulan ini ia sudah dua kali masuk ruangan ini. Ia pun mengedarkan pandangan dan terlihat di sana duduk seorang ustadz yang ia ketahui itu adalah sahabat dari kakaknya yakni ustadz Akram namun ia tak mau ustadz Akram melihat kearahnya ia terlalu takut untuk menatapnya tak ia sangatlah haus dan tangannya masih sangat lemah

Tak lama kemudian pintu ruangan terbuka menampilkan seorang pria yang sedang Dania tunggu pria itu adalah kakaknya ustadz Zaky. Dania mencoba menggerakkan bibirnya namun agak sulit karena bibirnya kering dan tenggorokannya terasa sakit Dania pun mencoba cara lain yakni dengan menggerakkan tangannya yang lemah sambil ia memaksakan agar suaranya keluar

"Bang"ucap Dania pelan. Ustadz Zaky pun menoleh lalu segera mendekati Dania

"Kamu sudah bangun dek, "ucap ustadz Zaky s lalu ia meraih gelas air yang berada di nakas lalu memberikannya kepada Dania" besok pagi, kamu sudah diperbolehkan pulang tapi untuk saat ini kamu harus banyak istirahat" ucap ustadz Zaky dan Dania pun hanya menganggukkan kepalanya setelah itu tak ada pembicaraan lagi ustadz Zaky dan ustadz Akram sibuk dengan beberapa berkas yang ada di depannya sedangkan Dania memilih memainkan handphone milik abangnya itu

***

Keesokan harinya Dania di perkenankan oleh dokter untuk pulang dan itu membuat senyum Dania berkembang ia tak sabar ingin menggangu sahabatnya dan mendengar ocehan dari sahabatnya itu. Sesampainya di pesantren ustadz Zaky segera mengantarnya ke asrama di mana kedua sahabatnya itu sudah menunggunya

Terlihat dua gadis dengan mengenakan hijab berwarna merah dan hitam sedang tersenyum ke arahnya mereka langsung berlari memeluk Dania

" Dan, kau tak apa?aku khawatir loh sama kamu"ucap Zahra"iyalah Dan, aku juga rindu kamu soalnya gak ada yang gangguin aku kalau lagi make up"timbal Kahla sedangkan Dania memilih untuk diam mendengarkan ocehan dari kedua sahabatnya itu sedangkan ustadz Zaky sendiri sudah pusing mendengarkan ocehan dari dua gadis itu

"Udah, kalian masuk antarkan adekku ke kamar gak usah pada drama deh baru aja di tinggal semalam udah pada alay kaya gini. Abang pergi dulu ya dek"ucap ustadz Zaky sambil mengusap kepala Dania yang ditutupi oleh hijab lalu ia pun pergi ke asrama santriwan dimana ia dan tenaga pengajar lainnya tinggal. Sedangkan Dania sudah berada di dalam kamarnya dan membereskan beberapa pakaian yang dia pakai saat sakit.

"Dania, saat kamu pingsan yang bawa kamu ke rumah sakit itu bukan Abang kamu loh"ucap Kahla sambil tersenyum samar

"Hah, siapa?"ucap Dania. Kahla dan Zahra saling pandang lalu Kahla angkat bicara"ustadz Akram" Dania terkejut dengan ucapan Kahla ia pun menatap Zahra dan Zahra pun mengangguk tanda apa yang diucapkan oleh Kahla adalah sebuah kebenaran

"Waktu itu kita panik pas banget ustadz Akram lewat dan kita pun memanggilnya untuk menyuruh membawamu ke rumah sakit dan dia pun menggendong kamu ke mobilnya lalu membawa kamu ke rumah sakit tadinya aku sama Zahra mau ikut tapi ustadz Akram melarang dan menyuruh aku dan Zahra kembali ke asrama"ucap Kahla

"Tapi kau tak perlu cemas Dan, orang-orang tau kamu dibawa oleh salah satu kerabat yang tinggal di dekat pesantren"ucap Zahra membuat Dania agak sedikit tenang

"Ya sudah, habis ini aku akan mengucapkan terima kasih kepada ustadz Akram"ucap Dania dan di angguki oleh kedua sahabatnya itu

****

Suara adzan berkumandang membuat beberapa Santriwan-Santriwati bergegas menuju mesjid pesantren yang sudah dipadati oleh Santriwan-Santriwati lainnya yang akan melaksanakan sholat Maghrib berjamaah

Dania kali ini sedang berhalangan jadi ia tak melakukan sholat dan mengaji ia sekarang berada di rooftop asrama pengurus di mana di sana adalah tempat para pengurus dan ustadzah berkumpul karena memang gedung ini ada tiga lantai dimana di lantai pertama itu adalah asrama milik ustadzah berserta kamar mandi yang tersedia di kamar mereka masing-masing, di lantai dua adalah asrama pengurus di mana perkamar diisi oleh tiga orang dan kamar di sini ada tujuh yang artinya ada sekitar dua puluh satu pengurus dengan masing-masing bagian sedangkan di lantai tiga itu adalah tempat mencuci dan jemuran dan ada sebuah ruang istirahat khusus yang sering dijadikan ruang rapat apabila malas untuk pergi ke kantor yayasan yang berada cukup jauh dan terakhir adalah rooftop dimana terdapat sofa dan meja yang cukup untuk beberapa orang dan dari sini dia bisa melihat pemandangan diluar sana

Entah mengapa sejak pertemuannya dengan ustadz Akram hati ia tak tenang padahal ia sering berjumpa ketika rapat tapi entah kenapa hatinya semakin gelisah apalagi saat tau bahwa ustadz Akram lah yang membawanya ke rumah sakit. Ia menarik nafas panjang lalu menghembuskan dengan kasar ia lelah dengan apa yang ia alami saat ini apalagi saat pandangan mereka bertemu hatinya makin tak tenang

Ia melihat senja yang berangsur menghilang tergantikan oleh petang dan sinar bulan yang menyinari malamnya itu ia teringat pada seseorang yang beberapa bulan ini ia tak bisa melihatnya lagi pria yang telah menaklukan hatinya dan membuat cinta dalam hatinya

"Kau selalu ingin tau apa arti dari Pelangi di atas mendung tapi aku tak bisa menjelaskan pada karena aku takut setelah apa yang kamu lakukan ini adalah kesalahan terbesar dalam hidupku yang terjebak akan pesona dan keteguhan hatimu membuatku lupa akan sang pemilik cinta yang sesungguhnya aku tak ingin rasa ini terus bertahan tapi apalah diri ini walau kamu sudah tancapkan belati rasa ini urung selesai dan bahkan masih sangat melekat pada hati dan jiwaku. Perasaan yang ku bangun sendiri adalah musuh terbesar dari seorang Adifa Dania Khanza yang selama ini membuat sebuah hati bertaut padamu dan melupakan apa yang harus ia lakukan ini adalah kesalahan besarku dan aku tak ingin rasa ini terus membelengguku"ucap Dania dengan air mata yang membasahi pipinya




Pelangi Di Atas MendungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang