🍁 Akhir dari Segalanya🍁

201 13 0
                                    

"Segala sesuatunya harus berubah saat semuanya telah memiliki kisah sendiri yang membuat kita harus memilih keputusan secara dewasa"

***

Akhtar kembali ke rumah neneknya ia masuk ke dalam ruang tamu dan melihat Silvia menangis di sofa ruang tamu. Sekarang ia menyadari kalau selama ini ia menyakiti hati seorang wanita yang sama sekali tak pernah tahu masalah apa yang di alami dirinya.

Akhtar berjalan mendekati Silvia, Silvia mendongakkan kepalanya saat Akhtar berada di sampingnya yang masih berdiri.

"Mas, aku pengin kita segera bercerai."ucap Silvia.

Akhtar menggelengkan kepalanya,Silvia menatap mata Akhtar tidak percaya bukankah ini yang diinginkan Akhtar tapi kenapa saat Silvia memintanya dia menolak untuk menceraikan dirinya.

"Kenapa mas?."tanya Silvia masih dengan air mata yang terus menerus berjatuhan.

"Aku sadar kalau aku mulai mencintai kamu."ucap Akhtar dengan pelupuk mata yang mulai basah.

Silvia tak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh Akhtar ia semakin yakin kalau Akhtar hanya akan menjadikan dirinya pelampiasan cinta yang tak pernah terbalaskan.

"Aku tak ingin cinta yang penuh dengan kebohongan aku tahu kamu mencintai dirinya, jadi tinggalkan aku dan kejarlah dirinya tak perlu kamu menahan aku dengan mengucapkan kata yang tak pernah keluar dari kedua bibirmu itu."ucap Silvia.

"Aku tak berbohong Silvia, walaupun saat ini aku memang belum bisa melupakan dirinya dalam kenangan memori yang tersimpan jauh di dalam sana, tapi kamu harus tahu aku mulai mencintai kamu jadi, bantu aku untuk melupakan dirinya dan mencintai kamu seutuhnya."ucap Akhtar tersenyum lalu memeluk erat tubuh Silvia, Silvia yang terkejut pun hanya terdiam ini pertama kalinya Akhtar memeluk tubuhnya.

"Apa kamu bisa membuktikan hal itu."ucap Silvia, Akhtar menganggukkan kepalanya, Silvia membalas pelukan Akhtar sama eratnya ia merindukan pelukan ini pelukan yang selama ini dia inginkan dari suami dinginnya Akhtar.

***

Dania pov

Kisah aku dan Akhtar akhirnya berakhir, aku bahagia karena dia sedikit demi sedikit mau melupakan apa yang pernah terjadi di antara aku dan dirinya. Ingatan aku pun sudah kembali sepenuhnya, Abi dan umi pun sudah mengetahui hal ini dan mereka bahagia dengan hal ini begitu pula keluarga ku.

Tapi entah kenapa langit kembali mendung tertutupi oleh awan hitam membuat sinar mentari tak bisa aku nikmati pagi ini, burung-burung berterbangan dari satu pohon ke pohon lainnya semuanya berganti tempat menghiasi langit yang mendung.

Daun-daun kering berjatuhan ketika angin pagi berhembus kencang. Suara bising terdengar dari asrama putri yang memang sangat dekat dengan ndalem. Aku keluar kamar menuju balkon kamar tepat di depan ndalem adlah rumah umi Salamah.

Umi Salamah adalah orangtua dari umi Jihan dan juga orangtua ustadz Akram. Saat mata ini memandangi sekeliling lingkungan rumahnya itu. Mataku tak sengaja menatap seorang pria yang sedang duduk bersama dengan anak laki-laki yang sangatlah tampan.

Aditiya Zaydan Hidayatullah, nama anak laki-laki itu dia adalah putra tunggal dari ustadz Akram, Aditiya tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu karena ibunya meninggal saat melahirkan dirinya. Aku tahu perasaan Aditiya pasti saat dewasa nanti ia akan merindukan sosok bunda di sampingnya.

***

Musim telah berganti cinta mulai bersemi di hati yang keras seperti batu telah di luluhkan dengan bunga sakura yang cantik. Hari demi hari Akhtar semakin manja kepada Silvia dan hal itu membuat Silvia kewalahan menghadapi Akhtar.

Pagi ini Silvia merasa perutnya tidak enak ia terus saja bolak-balik kamar mandi dan muntah berkali-kali, Akhtar sangatlah khawatir dan ia langsung membawa Silvia ke rumah sakit terdekat.

"Bagaimana keadaan istri saya?."tanya Akhtar

"Selamat yah pak, istri anda sedang hamil usia kandungannya baru saja satu minggu. Jadi bapak harus lebih hati-hati lagi yah menjaga istri bapak."ucap sang dokter

Akhtar tersenyum lalu ia memeluk erat tubuh Silvia ia akhirnya di karuniai seorang anak dalam kehidupannya. Walaupun cintanya dahulu bukan untuk Silvia tapi sekarang dia tak ingin mengecewakan Silvia dan akan terus menjaga Silvia dengan adanya anak di antara cinta dirinya dan Silvia hal ini akan memperkuat perasaan di antara mereka.

Setelah kembali dari rumah sakit, Akhtar langsung mengajak Silvia pindah ke suatu tempat yang telah ia persiapkan sudah lama sebelum dirinya benar-benar mencintai Silvia.

Mereka akan memulai kehidupan mereka yang baru masa lalu biarkan mengalir seperti sungai dan terlupakan oleh waktu kini hanya akan ada cinta di antara mereka untuk anak mereka untuk buah hati mereka.

Awal kisah mereka akan di mulai, awan yang mendung akan memudar dan tergantikan oleh awan putih yang menghiasi langit yang biru.

***

Dania mendekati seorang anak laki-laki yang sedang duduk sendirian. Anak laki-laki yang berusia sekitar tiga tahun bernama Aditiya. Dania duduk di samping Aditiya namun tanpa aba-aba Aditiya langsung memeluk erat tubuh Dania dan berulang kali mengucapkan kata mamah.

Aditiya menangis dan hal itu membuat Dania mau tak mau harus memeluknya juga untuk sekedar menenangkan Aditiya yang sedang menangis.

"Adit, ini tante Nia bukan mamah."ucap Dania. Aditiya mendongakkan kepalanya lalu ia menjauh dari pelukan Dania.

Aditiya hanya diam saja karena ia tak berani menatap mata Dania. Ia malu karena ia mengira itu mamahnya yang kembali, nyatanya itu adalah tante Nia.

Dania tahu kebungkaman Aditiya, dan ia berinisiatif untuk mengajak Aditiya keluar untuk main di luar lingkungan pesantren.

Aditiya tersenyum manis ke arah Dania, sore itu mereka habiskan untuk berjalan-jalan sambil tertawa kecil saat melihat hal yang menurut mereka lucu.

Di sisi lain, ustadz Akram mencoba mencari keberadaan Aditiya yang tak tahu ada di mana, akhirnya ia coba untuk mencari putranya itu di rumah kakaknya.

"Assalamu'alaikum mbak."ucap ustadz Akram

"Wa'alaikumsalam ada apa Akram."ucap umi Jihan.

"Mbak, ada Aditiya di sini?."tanya ustadz Akram dengan gelisah, umi Jihan tersenyum lalu mendekat ke ustadz Akram yang sedang berdiri di depan pintu.

"Maaf ya Akram, mbak lupa kasih tahu kalau Aditiya sedang pergi dengan Dania siang tadi."ucap umi Jihan

Ustadz Akram terdiam namun, akhirnya ia mengerti mungkin setelah ia memarahi putra tunggalnya itu. Aditiya merasa sedih dan mungkin ia bercerita kepada Dania atau Aditiya hanya bungkam saja.

Ustadz Akram pun memutuskan untuk kembali ke rumah dan menunggu kepulangan Aditiya, ia akan lebih hati-hati lagi dalam mengurus putranya itu.

Tanpa adanya seorang ibu di sisi Aditiya membuat Aditiya selalu saja nampak sedih walaupun ia selalu memperlihatkan senyuman yang begitu manis tapi tepat di lubuk hatinya ia merasakan kesedihan yang mendalam.

Pelangi Di Atas MendungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang