Aku yang terluka saat itu dan kamu kembali dengan luka yang masih ada dalam hatiku. Pergilah aku bukan untukmu kita berdua tak akan bisa menyatu bagaimana pun karena takdir kita berbeda.
****
Semilir angin berhembus kencang membuat pepohonan bergoyang seperti sedang menari. Waktu seakan cepat berlalu tanpa bisa dicegah agar berhenti sejenak untuk mengobati luka yang belum kunjung mendapatkan obatnya.
Dania tengah duduk di bangku taman sendirian, ia mengingat kejadian yang belum lama ini terjadi, keputusan ustadz Akram menikah dengan wanita itu adalah dirinya. Ia merasa sangat bersalah kepada gadis itu yang menjadi pelampiasan ustadz Akram.
Kerudung pashmina miliknya bergerak mengikuti angin sedang dirinya sendiri terus saja melamun, ucapan Akhtar malam itu masih melekat di hatinya.
Flashback on
Akhtar menemui Dania di Jakarta ia sengaja datang ke rumah Dania, ia ingin mengutarakan semua perasaan yang selama ini ia rasakan kepada Dania.
Akthar dan Dania membicarakan semua hal termasuk keberangkatan dirinya sebentar lagi. Akthar menghabiskan waktu bersama Dania ia tak mau melewatkan kesempatan ini.
"Nia, aku pengen bicara sesuatu sama kamu."ucap Akhtar
"Silahkan thar,"ujar Dania
"Nia, aku sayang sama kamu. Aku akan melamar kamu setelah kamu pulang dari Amerika."ucap Akhtar
Dania sangat terkejut bahkan gelas yang berisi air hangat miliknya jatuh dari genggamannya. Dania tak menyangka Akhtar akan mengatakan hal itu walaupun Dania memang mencintai Akhtar tapi ia tak mau luka itu kembali dalam hidupnya.
Dania benar-benar syok dan tak sadar kalau pecahan kaca dari gelas itu mengenai kakinya hingga darah mengalir begitu saja dari kakinya. Akhtar melihat darah itu langsung panik dan ia menyuruh pembantu rumah Dania untuk mengambil kotak p3k dan membersihkan pecahan kaca tersebut.
Akhtar mengobati Dania dengan hati-hati walaupun Dania sedikit meringis saat ia menyentuh luka itu tapi Dania membiarkan Akhtar melakukan hal tersebut.
"Akhtar, maafkan aku. Aku tidak bisa menerima kamu kembali dalam hidup ku. Aku masih mengingat jelas semua luka yang pernah kamu berikan kepadaku."ucap Dania tanpa terasa air mata keluar dengan sendirinya.
Akthar juga tak mampu menahan tangisnya, ia sangat menyesal dengan apa yang pernah terjadi di masa itu.
"Pergilah thar, tanpa melihat aku lagi melangkah lebih jauh tanpa ada aku di samping kamu. Aku yakin satu hari nanti kamu akan mendapatkan seorang wanita yang mampu selalu ada untukmu."ucap Dania
"Aku tahu kamu Nia, dan mungkin perkataan kamu benar. Aku tahu luka yang aku berikan saat itu masih berbekas dalam hati kamu. Aku akan pergi sesuai dengan apa yang kamu inginkan."ucap Akthar
Akthar pun bangkit dari tempat duduknya, dan ia perlahan pun pergi dari hadapan Dania dengan air mata yang membasahi sudut matanya. Sedangkan Dania saat Akhtar sudah menghilang dari pandangannya ia bergegas masuk ke dalam kamarnya.
Flashback end
Tangis Dania pecah kala itu juga ia tak mampu menghadapi dua laki-laki yang pernah ada dalam hatinya jujur Dania sebenarnya mulai suka dengan ustadz Akram tapi di sisi lain ia tak ingin ustadz Akram tahu walaupun Dania tahu kalau ustadz Akram menyukainya.
Kedua masa lalunya yang belum bisa ia lupakan kembali dengan perasaan yang sama dan memberikan hatinya untuk di miliki oleh Dania. Maka dari itu Dania lebih memilih untuk tidak memilih keduanya ia telah memutuskan kepergian dirinya tak boleh di ketahui oleh ustadz Akram, Akhtar dan semua orang.
Maka dari itu keberangkatan dirinya di percepat besok pagi, dan itu tak di ketahui oleh seorang orang kecuali keluarganya.
***
Dania pov
Sesampainya aku di rumah, mamah sedang menyiapkan segalanya untuk kepergian aku yang di percepat dari waktu yang seharusnya di tentukan. Aku berjalan ke arah kamar ku terdapat dua koper yang sudah siap untuk di bawa pergi.
Aku duduk di tepi kasur dan melihat sekeliling kamar ku yang tak pernah berubah dari dulu. Aku melihat sebuah foto berisikan aku, bang Zaky, ustadz Akram, ustadz Alhaq dan ustadz Nadif saat acara di pesantren.
Aku mengambil foto tersebut dan kembali duduk ke tepi kasur ku. Besok pagi aku akan wisuda dan setelah itu aku akan langsung pergi ke Amerika untuk beberapa tahun. Aku sengaja tak mengabari Kahla dan Zahra tentang kepergian aku ini.
Aku memasukkan foto tersebut ke dalam koper ku tak lupa semua buku diary milikku juga aku masukkan ke dalam koper. Semua akan berakhir dan aku akan kembali saat hatiku siap dengan semua kenyataan yang ada saat ini.
Malam ini aku akan berangkat dan akan menginap di hotel dekat dengan pesantren dan aku sedang bersiap agar aku tetap fit dengan jadwal ku besok yang cukup padat serta perjalanan aku ke Amerika yang akan memakan waktu yang begitu lama.
***
Ustadz Akram pov
Setelah pernikahan aku dan kepergian Dania. Aku selalu bersikap diam dan dingin kepada setiap orang entah kenapa aku juga sering menghindar dari Caca istri ku bahkan aku tak pernah mengajaknya untuk berbicara.
Caca dia memang gadis baik tapi aku tak belum bisa untuk mencintainya dia juga terkadang tertekan dengan sikapku kepadanya.
Sore itu aku sedang duduk di bangku taman yang biasanya menjadi tempat favorit Dania saat ia masih di pesantren. Aku melihat langit yang mulai berwarna kuning karena sinar mentari yang akan tenggelam.
Caca menghampiri aku dengan secangkir kopi di tangannya dan ia duduk di samping ku.
"Apa yang kamu pikirkan mas?."tanya Caca
Aku hanya diam saja, Caca tahu aku tidak akan bercerita apa-apa tapi saat dia hendak pergi aku menahannya agar kembali duduk bersama denganku.
"Aku akan menceritakan sesuatu kepada kamu. Dan aku harap kamu akan mengerti dengan keadaan aku."ucap ku
Aku mulai menceritakan semua kisah cintaku dan Dania walaupun cintaku ini bertepuk sebelah tangan tapi aku merasa Dania juga mencintai ku. Di balik cadarnya aku tahu dia menahan tangisnya karena aku mengatakan kalau aku masih mencintainya walaupun aku sudah memiliki dirinya tapi aku berjanji kepadanya akan mencoba untuk membuka hati ku untuk dirinya.
Sore itu aku habiskan waktu ku bersamanya, aku menceritakan berbagai hal yang pernah aku alami dan dia menjadi seseorang pendengar yang baik. Ia terkadang tertawa dan tersenyum saat aku menceritakan hal lucu kepadanya dan saat aku membicarakan kesedihan di bersikap perihatin kepadaku.
Aku bahagia bisa memiliki dia walaupun belum ada kata cinta di antara kita tapi aku yakin cinta akan tumbuh dengan seiringnya waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Di Atas Mendung
JugendliteraturCinta pernah membuat aku lupa dengan apa yang harusnya aku jalani tapi dia membuatku sadar karena cinta tak harus memiliki dan bersatu