"Semua puzzle mulai tersusun membentuk kepingan ingatan yang perlahan mulai mengisi kehilangan yang pernah aku rasakan"
***
Dania pov
Hari demi hari telah aku lewati dengan beban ingatan yang tak pernah bisa aku gambarkan dengan jelas. Namun aku mulai sedikit demi sedikit mencari tahu kebenaran apa yang akan terjadi saat aku mengingat semuanya.
Sore ini senja yang indah bagiku, aku merasa aku pernah ada dalam fase ini tapi aku tak tahu kapan dan di mana itu terjadi. Beberapa hari lagi aku akan kembali ke Indonesia dan aku harus bisa mengingatnya sebelum aku kembali.
Aku seperti memiliki janji terhadap seseorang namun aku tak tahu siapa orang yang telah aku janjikan. Hubunganku dan Akhtar mulai membaik dan aku memang merasa bahwa Akhtar adalah seseorang yang pernah ada di masa lalu aku walaupun aku tak bisa mengingatnya dengan jelas tapi aku terkadang bisa melihat wajah Akhtar yang menghiasi hariku.
Jari jemari tangan ini mulai menari-nari di atas keyboard laptop yang di lapisi dengan plastik penutup keyboard. Aku mencoba membuka akun sosial media yang aku miliki terdahulu.
Dan di sana aku lihat banyak sekali foto dua gadis yang masih menjadi pertanyaan besar dalam pikiranku. Namun, aku mengerti bahwa mereka adalah sahabat aku di masa lalu. Saat aku membuka foto di bagian akhir.
Aku melihat seorang wanita paruh baya yang sangat cantik dengan gamis berwarna abu-abu dan kerudungnya yang senada dengan bajunya. Aku melihat ia memelukku dengan erat dan saat itu aku baru saja lulus dari SMA dengan dress panjang berwarna abu-abu.
Tak terasa air mataku jatuh, aku sedikit mengingatkan siapa wanita tersebut dan aku ingat kalau wanita itu adalah umi yang sangat menyayangi aku saat aku berada di pesantren dulu.
Tanpa pikir panjang aku menelpon Akhtar, dan Akhtar juga mengangkat telpon dari aku tak lama. Aku menahan tangis ku agar tak pecah ketika aku berbicara.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Iya ada apa Dania?."
"Aku boleh minta sesuatu gak sama kamu?."
"Apa."
"Aku bisa minta nomor telepon umi."
"Apa kamu mengingat umi. Jawab aku Nia."
"Iya, aku ingat tapi belum semua aku ingat hanya aku ingat Umi dan Abi."
"Baiklah aku akan memberikan nomor Umi. Kamu jangan sampai terlalu keras dalam berpikir. Aku takut kamu akan jatuh sakit lagi seperti hari itu."
"Iya, aku mengerti."
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Setelah menutup telepon, tak berapa lama suara notifikasi masuk ke ponsel milikku aku segera membukanya dan menyimpan nomor tersebut aku juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Akhtar.
***
Akhtar POV
Sore ini aku sedang bekerja di perusahaan milik ayahku. Dengan berkas-berkas yang sangat menumpuk membuat aku lelah melihat tumpukan itu walaupun aku belum membukanya.
Saat aku mulai berkutat dengan berkas-berkas itu ponsel aku berdering dan aku segera menjawab panggilan telepon tersebut. Dan ternyata itu adalah Dania suaranya agak parau seperti ia akan menangis dan dia mencoba untuk menahan tangisnya saat berbicara dengan diriku.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Iya ada apa Dania?."
"Aku boleh minta sesuatu gak sama kamu?."
"Apa."
"Aku bisa minta nomor telepon umi."
"Apa kamu mengingat umi. Jawab aku Nia."
"Iya, aku ingat tapi belum semua aku ingat hanya aku ingat Umi dan Abi."
"Baiklah aku akan memberikan nomor Umi. Kamu jangan sampai terlalu keras dalam berpikir. Aku takut kamu akan jatuh sakit lagi seperti hari itu."
"Iya, aku mengerti."
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Jujur saja aku sangat bahagia karena Dania mulai mengingat Abi dan Umi. Aku pun segera mengirimkan nomor ponsel umi yang aku minta sebelum aku pergi ke negeri ini.
***
Dering telepon terdengar menggema di sudut rumah yang biasa di sebut dengan ndalem yakni rumah Abi dan Umi. Seorang mbak santriwati langsung menghampiri dan mencari sumber dari suara tersebut karena ia di suruh oleh umi untuk mengambilkan ponselnya di ndalem.
Saat ia menemukan ponsel tersebut ia tak berani untuk mengangkatnya karena nomor telepon itu juga bukan terlihat nomor telepon dari dalam negara ia takut ini telepon yang amat sangat penting jadi ia segera membawanya untuk di berikan kepada Umi.
"Umi, ini ada yang menelpon tapi nomor teleponnya seperti bukan dari Indonesia."ucap mbak santri
"Oh ya neng,"ucap umi lalu mengambil ponsel tersebut.
Saat umi mengangkatnya sempat terjadi keheningan dari sebrang sana tapi Umi tak menutup sambungan telepon itu.
"Assalamu'alaikum Umi."
"Wa'alaikumsalam,"
"Ini Dania Umi, apa Umi masih mengingat Nia."
Umi terkejut bukan main karena orang yang menelpon dirinya adalah orang yang selama ini di cari keberadaannya tapi tak pernah di ketahui oleh orang-orang.
"Owalah neng, kamu ke mana saja Umi kangen sama kamu neng."
"Nia ada di Amerika Umi, Nia gak bisa ngehubungi umi karena ponsel Dania hancur saat Nia kecelakaan tiga tahun yang lalu. Dan Nia juga lupa ingatan karena benturan keras yang Nia alami."
Air mata Umi pecah saat mendengar pernyataan yang keluar dari sebrang sana begitu pula dengan Dania saat ia mendengar umi yang menangis ia tak mampu untuk menhan tangisnya.
"Ya Allah, Nia anak Umi. Umi tidak tahu apa yang terjadi sama kamu. Kamu sekarang ingat sama Umi kan Umi."
"Ingat Umi walaupun Nia gak bisa ingat semuanya tapi Nia ingat Umi."
"Umi akan doain kamu semoga kamu cepat sembuh dan kembali ke Indonesia umi sangat menyayangi kamu Nia. Kembalilah ke pesantren Umi menunggu kamu sayang."
"Iya Umi."
Air mata meluncur dengan sangat deras lagi tak mampu Umi mendengar kabar buruk itu. Mbak-mbak santri yang berada di tempat itu bingung dengan umi yang menangis saat menerima telepon dan bahkan sesudahnya.
Abi datang dan menghampiri Umi karena ia mendengar dari mbak santri kalau Umi sedang menangis. Umi memeluk erat tubuh Abi dan Umi mulai bercerita tentang apa yang baru saja terjadi.
Abi juga terkejut mendengar cerita Umi ia tak percaya selama ini anak angkatnya tak ada kabar itu karena kecelakaan yang terjadi tiga tahun lalu.
***
Dania menangis terisak setelah ia menelpon seseorang yang amat sangat ia rindukan walaupun dia hanya bisa mengingat sedikit namun saat ia dengar suara itu ia merasa sangat dekat dan bahkan ada ikatan batin tersendiri yang tercipta seperti ikatan ibu dan anak namun kali ini orang tersebut bukanlah ibu kandungnya.
Perlahan ia turun dari atas ranjangnya dan mengambil sebuah album yang ternyata tersimpan banyak foto di masa lalunya yang berada dalam koper dan itu membuat Dania merasa yakin dia akan kembali secepatnya walaupun dia tak mengingat siapa mereka tapi Dania yakin mereka semua adalah orang yang menghiasai hari-harinya saat di Indonesia.
Kepingan ingatan mulai tersusun membentuk sebuah memori yang hilang di telan dari masa ke masa. Tak mudah mengingat semuanya dan menyusun puzzle yang acak bahkan terdapat puzzle yang hilang karena ingatan itu tak ingin di kenang dan menciptakan memori utuh di masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Di Atas Mendung
Teen FictionCinta pernah membuat aku lupa dengan apa yang harusnya aku jalani tapi dia membuatku sadar karena cinta tak harus memiliki dan bersatu