Pelangi di atas mendung adalah hal yang aku rasakan saat aku mulai mengenal kata cinta, ini bukan tentang kisah cinta di atas kesedihan orang lain tapi kisah itu adalah kisah yang terjadi kepada ku di mana aku merasakan cinta di atas kesedihan yang aku alami karena keegoisan banyak pihak. Ada banyak orang yang mencegah aku untuk berada pada kondisi itu.
Tapi sayangnya, semua telah terjadi kebahagiaan yang aku rasakan adalah awal dari kesedihan aku yang paling mendalam. Aku tak bisa menjelaskan secara detail bagiamana aku merasakan semuanya.
Aku pernah terjatuh, terluka, bangkit kembali, kebahagiaan, runtuh, hancur, terluka kembali dan tak tahu kemana lagi aku melangkah dengan semburat kekecewaan yang tak akan pernah bisa aku lupakan.
Kisah cinta yang terjadi saat aku berada pada tingkat sekolah menengah atas, membuat aku mengerti apa yang aku rasakan saat itu walaupun aku tak bisa menjelaskan apa yang aku rasakan saat itu.
Awalnya aku merasa kalau hal ini adalah kisah cinta monyet yang datang dan akan pergi terkikis oleh waktu.
Namun, tak pernah aku menyangka kisah itu bertahan walaupun sudah berkali-kali melewati waktu yang tak sedikit.Saat hujan aku ingin ada pelangi yang indah menghiasi hariku namun, saat mendung aku tak ingin ada hujan karena di saat itu mengalami kesedihan yang sulit aku jelaskan.
***
Dania pov
Angin segar setelah hujan adalah suatu hal yang membuat aku merasa kenyamanan tersendiri dalam ruang hatiku yang terdalam, aku lihat langit yang biru serta awan putih dan juga hitam berpadu menjadi satu.
Sisa-sisa air hujan membasahi daun-daun pohon, tak sengaja mataku melihat lengkungan warna-warni yang tersusun rapih di atas sana yang masih tertutupi oleh awan-awan hitam yang mulai memudar.
Pelangi itu menunjukkan seakan inilah akhir dari kisah cinta yang selama ini menjadi beban untuk banyak orang yang berada di sekitarnya.
Kisah baru akan di mulai berjalan beriringan bersama dengan waktu, langkah ku ini akan di sambut oleh seseorang yang telah menungguku untuk membuatku mekar bagaikan bunga yang sangat indah.
Aku percaya suatu saat nanti, aku bisa memutuskan segalanya sendiri. Kebahagiaan sudah menunggu diriku untuk merasakan hal itu.
Tapi akan ada satu hal yang harus aku selesaikan sebelum aku pergi dari masa lalu dan melupakan semua kenangan itu. Kisah cinta ustadz Akram yang masih akan ada bukan karena aku tak mencintai dirinya tapi Aditiya harus mendapatkan sosok seorang ibu yang sangat menyayangi Aditiya seperti putra sendiri.
Kebahagiaan orang sekitarnya lebih penting di bandingkan dengan diriku mulai saat ini aku akan fokus pada perkembangan pesantren dan kisah baru yang akan aku hadapi ke depannya.
Sore ini aku akan kembali menemui dirinya dan aku akan bicarakan semua hal ini dengan dirinya. Aku bukan yang terbaik untuk dirinya dia terlalu sempurna untukku gapai dan untuk ku genggam.
Kisah ini harus selesai dan tak ada lagi kisah cinta yang menyelimuti hati satu sama lain.
***
Dania duduk di sofa ruang kerjanya di pesantren ini, ia sedang membuat desain baru untuk gedung baru yang akan di bangun konsep yang akan ia terapkan untuk pesantren ini.
Suara ketukan pintu terdengar dari luar pintu, Dania berjalan membukakan pintu tersebut dan melihat orang yang memang sudah ia tunggu kehadirannya berada tepat di depan matanya.
Ia memang tak pernah berubah, dia masih saja tampan walaupun sudah bertahun-tahun ia tak melihat keberadaan pria tampan yang telah memiliki seorang putra itu.
""Ustadz Akram, silahkan masuk."kata Dania, ustadz Akram pun tersenyum lalu ia masuk ke dalam ruang kerja Dania.
"Ada yang bisa saya bantu?,"tanya ustadz Akram.
"Tidak ustadz, saya memang sengaja memanggil ustadz kesini karena ada satu hal yang ingin aku bicarakan kepada ustadz."ucap Dania, ustadz Akram pun hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Ustadz, Nia tahu ustadz masih memiliki perasaan kepada Nia tapi jawaban Nia masih sama seperti waktu itu, ada seseorang yang telah lama menyukai ustadz di bandingkan dengan saya, dan Nia rasa dia pantas jadi ibu sambungnya Aditiya."ucap Dania
"Siapa?."tanya ustadz Akram, Dania tersenyum lalu menunjukan sebuah foto seorang gadis cantik dengan gamis berwarna hitam dan kerudung berwarna abu-abu.
Gadis itu memperlihatkan senyuman manis yang sangat indah, dan ia sangat terlihat anggun. Dia adalah Asyifa Az-Zahra ustadzah pengganti ustadzah Kira yang resign beberapa tahun lalu, ustadzah Syifa memiliki kepribadian yang baik dan juga sifat sosok keibuannya yang sangat menonjol.
"Ustadzah Syifa?!"ucap ustadz Akram agak terkejut.
"Iya ustadz, ustadzah Syifa pantas menjadi ibu sambung dari Aditiya sifat keibuannya akan membuat Aditiya merasakan keberadaan seorang ibu."kata Dania
"Apa kamu yakin?."ucap ustadz Akram.
"Aku sangat yakin, kita tak perlu egois mempertahankan perasaan kita satu sama lain kita sudah sama-sama dewasa dan mengerti keadaan ini adalah jalan terbaik ustadz."kata Dania.
Terdengar desahan kasar dari ustadz Akram, keduanya saling terdiam dan saling memikirkan banyak hal.
Tanpa mereka sadari umi Jihan melihat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka berdua. Ia sangat bangga kepada Dania karena ia mampu memutuskan segalanya sendiri walaupun hal itu melukai perasaannya tapi lebih baik terluka di awal daripada tetap egois dan akan menyesal di kemudian hari.
Aku adalah seorang wanita yang sama seperti yang lainnya, hatiku akan patah dengan mudah seperti ranting pohon, aku tak sekuat besi dan baja yang sangat kokoh aku bisa saja tumbang kapan saja saat aku sudah tak tahu bagaimana lagi aku melangkah dan aku berdiri.
***
Ustadz Akram berjalan mendekati putranya yang sedang bermain dengan ustadzah Syifa, melihat sang ayah mendekati dirinya Aditiya langsung berlari memeluk erat tubuh ayahnya.
Ustadzah Syifa yang melihat ustadz Akram berada tepat di depan matanya langsung menundukkan pandangannya ia tak berani menatap wajah itu secara dekat.
Ustadzah Syifa berniat untuk pergi namun ustadz Akram mencegah dirinya untuk pergi ia menyuruh ustadzah Syifa untuk duduk kembali. Ustadz Akram duduk bersebrangan dengan ustadzah Syifa.
"Ada hal yang ingin aku bicarakan kepada kamu."ucap ustadz Akram
"Perihal apa ustadz?."tanya ustadzah Syifa.
"Apa kamu siap untuk jadi ibu sambungnya Aditiya."kata ustadz Akram. Ustadzah Syifa sangat terkejut dengan apa yang baru saja di katakan oleh ustadz Akram.
Tanpa sadar air mata turun begitu saja dari kedua mata indah ustadzah Syifa.
"Bagaimana?."tanya ustadz Akram. Tanpa sadar juga Dania langsung menganggukkan kepalanya karena kebahagiaan yang ia rasakan saat ini.
Ustadz Akram tersenyum lalu menyuruh menulis nomor telepon kedua orangtuanya di handphone milik ustadz Akram ia as kan menghubungi kedua orangtua ustadzah Syifa dan dalam waktu dekat mereka akan menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Di Atas Mendung
Teen FictionCinta pernah membuat aku lupa dengan apa yang harusnya aku jalani tapi dia membuatku sadar karena cinta tak harus memiliki dan bersatu