🍁Pulang🍁

156 12 2
                                    

"Aku kembali, untuk mengingat semua kenangan yang ada dalam masa lalu yang terkubur sendiri tanpa aku ketahui"

****

Pesawat mendarat dengan lancar di lapangan bandara internasional Soekarno-Hatta seorang gadis dengan hijab pashmina simpel berwarna biru muda hidungnya menghirup udara segar kota kelahirannya tiga tahun sudah ia pergi tanpa terasa semuanya telah berubah di sini.

Dania berjalan menuruni anak tangga sambil menyeret koper besar miliknya. Sesampainya di terminal bandara ia duduk di cafe yang ada di sana sambil menunggu abangnya menjemputnya.

Tak lama kemudian abangnya datang dengan seorang wanita cantik di sampingnya dan juga anak perempuan berusia dua tahun.

Mereka adalah abangnya Zaky dan juga kakak iparnya Nadjla serta putri pertama mereka bernama Ashilla Ayunda. Dania menyambut mereka dengan senyuman yang indah di kedua bibirnya.

Nadjla memeluk tubuh Dania ketika sampai di depan Dania ia rindu dengan sahabat sekaligus adik iparnya ini dan ia juga sudah tahu apa yang terjadi kepada adik iparnya.

Mereka lalu segera keluar dari cafe menuju parkiran bandara, Dania tak sabar untuk segera kembali ke rumahnya dan ia juga tak sabar untuk mengingat kembali semua kenangan itu.

Di dalam mobil Ashilla tak henti-hentinya mengajak Dania bercanda, tawa mereka mengisi perjalan singkat mereka ini.

Sesampainya di rumah, Dania sudah di sambut oleh para keluarga besarnya yang memang sengaja datang untuk menemuinya. Kepulangannya ini membuat semua orang bahagia walaupun mereka sangat kasihan melihat kondisi Dania yang tak mengingat mereka sama sekali.

Peristiwa kecelakaan itu merenggut ingatan Dania seluruhnya bahkan Dania yang hampir di nyatakan meninggal karena luka yang di alaminya sangatlah parah.

Canda dan tawa menghiasi keluarga besarnya tak ada yang berani mengungkit masalah kenangan karena mereka tahu itu akan menjadi beban bagi Dania. Sebenarnya kepulangannya ini untuk mengingat segalanya tapi karena kedua orangtuanya menyuruh semua orang untuk diam maka dari itu tak ada yang berani.

***

"Abi, umi dengar kalau Dania sudah kembali ke Indonesia tadi Zaky telpon kalau besok pagi Dania akan kembali ke pesantren."ucap umi saat sedang berbicara dengan Abi di ruang keluarga.

"Benarkah, kalau begitu umi siapkan kamar untuk dia di gedung pengurus atau gak di kamar tamu saja."ucap Abi.

"Kalau Umi lebih setuju Nia di kamar tamu Abi, Abi kan tahu kalau Dania lupa ingatan dia cuma bisa ingat sama kita tapi tidak dengan yang lainnya."ucap Umi.

"Ya sudah, Abi setuju kalau gitu persiapkan segalanya sekarang."ucap Abi yang di angguki oleh Umi.

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang mendengarkan pembicaraan mereka. Dia adalah ustadz Akram yang tadinya akan meminta saran ke Abi masalah peraturan pesantren namun, belum sampai ia masuk ia mendengarkan semua perkataan dari Abi dan Umi masalah Dania.

Ia mengurungkan niatnya dan kembali ke pesantren. Dua tahun lalu istrinya meninggal dan hal itu membuatnya sedikit terpukul karena ia tak bisa membahagiakan gadis itu.

Gadis yang telah memberikan dirinya seorang putra bernama Aditiya Zaydan Hidayatullah yang saat ini berusia dua tahun. Ustadz Akram sangat menyayangi putranya walaupun dirinya tak bisa memberikan putranya itu kasih sayang seorang ibu.

Ada sedikit kebahagian yang muncul di hatinya, akankah kisah itu kembali bersemi di pesantren ini ataukah ia akan kembali pergi meninggalkan cinta yang masih sama untuk dirinya.

***

Pagi ini sangat cerah, burung-burung berterbangan memenuhi langit nan biru. Suara kebisingan terdengar dari rumah-rumah yang sedang melakukan kegiatan masak untuk sarapan pagi.

Dania sudah terbangun pada saat adzan subuh berkumandang ia kembali mengulang semua hafalan ia bertekad untuk kembali ke pesantren untuk menemukan kepingan ingatan yang hilang dan Dania merasa kalau kepingan itu berada di sana.

Dania menyelesaikan hafalannya lalu ia segera turun ke ruang makan karena pagi ini ia akan berangkat ke pesantren dan tinggal dengan orangtua angkatnya yang kebetulan mereka adalah pemilik pesantren tersebut.

Di sana sudah berkumpul papah, mamah, Abang, kakak ipar dan juga anaknya Ashilla. Dania menyapa mereka lalu mengambil makanan yang sudah tersedia.

"Adek berangkat jam berapa?"tanya papah

"Jam sepuluh pah,"ucap Dania

"Nanti kamu di anterin sama Abang yah."ucap mamahnya

"Iya mah,"ucap Dania

Setelah itu semuanya, melanjutkan makannya dengan tenang hanya ada suara dentingan Senduk yang berada dengan piring.

***

Dania kembali ke balkon kamarnya ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling lingkungan rumahnya hanya ada keheningan dan beberapa pegawai yang memang bekerja di sekitar perumahan mewah ini.

Dania menatap langit yang masih pagi dan tak lupa ia memasang earphone di kedua telinganya ia menikmati udara pagi yang begitu segar walaupun ia tinggal di kota yang penuh dengan polusi.

Dania duduk di sofa sambil menyandarkan kepalanya di bantalan sofa tak terasa matanya terpejam menikmati  alunan musik yang ada di earphone.

"Aku mohon maaf ustadz, Dania gak bisa terima semua itu Dania akan pergi mewujudkan cita-cita Dania yang sudah lama terpendam."

"Kenapa kamu menolaknya lagi. Kita bisa mewujudkan cita-cita yang kamu mimpikan sejak kecil."

"Maaf ustadz, aku masih ingin menikmati kesendirian aku di waktu remaja."

"Aku akan membebaskan kamu melakukan apapun."

"Tetap saja ustadz jika aku telah menjadi seorang istri aku harus menjaga perasaan suamiku jika suatu saat nanti aku dekat dengan seorang pria itu akan membuatnya bersedih dengan sikapku."

Dania terbangun dari tidurnya mimpi yang alami kembali lagi Dania bingung dengan laki-laki yang ada dalam mimpinya.

Mimpi yang selalu datang belakangan ini seperti mengharuskan Dania untuk mengingat wajah dan nama pria itu dan mimpi ini juga yang membuat Dania harus kembali ke pesantren demi mengumpulkan kepingan kisah itu.

Kisah cinta itu seakan belum selesai dan membuat Dania harus mengingat kisah cinta yang sama sekali tak pernah ia ingat setelah kecelakaan itu.

Dania melihat jam di pergelangan tangannya ia sangat terkejut karena jam menunjukkan pukul sembilan lewat lima belas menit. Ia pun segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap-siap pergi ke pesantren.

Walaupun Dania tak akan lama di pesantren tapi setidaknya dia bisa mengingat laki-laki yang ada dalam mimpinya walaupun ia tak bisa melihatnya dengan jelas tapi ia yakin kalau laki-laki itu adalah orang yang membuat dirinya menjauh.

Dania turun dengan membawa koper besar berwarna pink dan beberapa barang yang akan dia gunakan selama tinggal di sana.

Bang Zaky sudah siap dan telah menunggu dirinya di dalam mobil. Setelah mencium tangan mamahnya dan kakak iparnya Dania segera masuk ke dalam mobil dan pergi ke Pesantren yang akan di tempati oleh dirinya.

Pelangi Di Atas MendungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang