34.Kesepakatan

1.5K 112 9
                                    

Hasan berlari bersama Safina langkah mereka sangat terburu-buru setelah mendapat telfon.

"Sus,Pasien bernama Aisyah An-Najwa."

"Nyonya Aisyah sedang di ruang pemulihan Pak dia akan segera di pindahkan kamar."

"Pemulihan?"

"Iya,pasien baru saja melakukan operasi beberapa jam yang lalu."

Tanpa pikir panjang Hasan berlari menuju ruang pemulihan.

Ia dari jauh ia melihat Abi,Nenek dan Azhar yang sedang berdiri disana,dilihatnya pula dua orang yang keluar dari ruang pemulihan menuju kamar rawat.

"Dok apa saya boleh masuk?" Tanya Azhar.

"Silahkan Pak tapi cukup satu-satu saja ya karena kondisi pasien belum menungkinkan untuk di jenguk."

"Baik dok."

"Kamu lihat Aisyah,biar Abi lihat Umi mu ya nak,Salimah tolong jagakan nenek ya." Ucap Abi.

Salimah mengangguk lalu merangkul pundak nenek untuk menguatkannya.
.
.
.
Tak lama kemudian mereka keluar dari kamar pasien.

Hasan melangkahkan kaki menuju kamar rawat Aisyah namun berhasil di hadang Azhar.

"Untuk apa kamu kesini?" Tanya Azhar.

"Saya ingin melihat kondisi istri saya."

"Bersama dengan wanita ini?" Tunjuk Azhar kepada Safina.

"Dia tidak salah apa-apa dan saya juga tidak merasa melakukan kesalahan kepada Aisyah,saya tidak tau kalau Aisyah sakit."

"Memangnya apa yang kamu tau tentang dia? Kamu pun menikahi adikku hanya untuk kebahagiaan keluargamu."

"Apa maksud Mas Azhar berkata seperti itu?"

"Aisyah menceritakan semua kesedihannya kepada Salimah,hari ini adalah jadwal Aisyah terapi ia mengabaikannya karena acaramu,setelah maghrib Aisyah menelfon Salimah..."

"Assalamualaikum Salimah,tolong jemput aku di gang rumah."

"Waalaikumussalam Aisyah,memangnya kenapa?"

"Antarkan aku ke rumah sakit,aku tidak kuat."

"...setelah itu Salimah menghubungiku,kami semua ke rumah sakit dan dr.Wulan mengatakan kalau Aisyah menderita leukimia,dia harus segera mendapat donor sum-sum tulang belakang."

"Astaghfirullahaladzim." Hasan mengusap wajahnya kasar.

"Kamu lihat siapa wanita yang ada di kamar itu? Dua wanita yang sangat aku cintai,adikku dan ibuku. Umi mendonorkan tulang sum-sumnya untuk Aisyah."

"Mas maafkan saya,saya sama sekali tidak tau kalau Aisyah sakit,Aisyah tidak pernah memberitahu saya."

"Kamu tau kenapa Aisyah tidak memberitahumu?"

Hasan hanya menggeleng tak mengerti.

"Salimah,jelaskan pada padanya."

"Aisyah tidak memberitahu Dosen Hasan karena Aisyah tau kalau Dosen Hasan sangat mencintai mbak Safina,Aisyah menutupi penyakitnya dari kita semua,aku lah orang yang selalu menemani Aisyah untuk terapi dengan dr.Wulan,Aisyah melarangku untuk memberitahu siapapun dan Aisyah mengajari mbak Safina beberapa kebiasaan rumah,agar saat Aisyah tidak ada mbak Safina bisa menggantikan posisinya." Ucap Salimah dengan air mata yang mengalir.

"Konyol." Azhar menggelengkan kepala.

"Aisyah sangat sedih saat dia tau kalau dia menjadi orang ketiga dalam hubungan Dosen Hasan dan mbak Safina sementara mbak Safina adalah wanita yang baik,Aisyah juga paham benar akan posisinya,bahwa Dosen Hasan menjadikan dia istri karena permintaan ibu Dosen Hasan."

"Pemikiran macam apa itu?" Tanya Hasan tak percaya.

"Fakta Aisyah menikah dengan Dosen Hasan karena ia ingin Humairah berbahagia dengan kak Ali,sebenarnya Aisyah sangat mencintai Kak Ali tapi ia tidak mau menyakiti hati Humairah,sebab itulah ia menerima khitbah Dosen Hasan dengan harapan kelak ia bisa mencintai Dosen Hasan,dan kini Aisyah mulai mencintai Dosen Hasan."

"Aisyah mencintaiku?" Tanya Hasan tak percaya.

"Iya,aku yang menasihati Aisyah untuk melupakan kak Ali dan berusaha mencintai suaminya,dia mendengarkan nasihatku,tapi inilah kesalahan terbesarku,aku malah menjerumuskan sahabatku dalam masalah,aku tidak tau kalau suaminya ternyata masih mencintai masa lalunya,dia masih hidup di masa lalu."

"Itu tidak mungkin Salimah."

"Tapi inilah kebenarannya Dosen Hasan,tidak ada orang yang mengenal Aisyah dengan baik selain aku,ia selalu membagi keluh kesahnya denganku,kami hidup bertahun-tahun di pesantren,kamu bukan hanya sahabat tapi sudah seperti saudara."

"Aisyahhh..." Hasan menangis lalu berjalan masuk kamar rawat.

"Tunggu Hasan!" Abi Farhan yang sedari tadi diam sekarang pun angkat bicara.

"Setelah Aisyah sembuh,aku harap kamu bisa melepaskannya."

"Apa maksud Abi?"

"Kamu bisa mengenggem dua tangan,tapi tidak dengan dua wanita,aku tidak mau putriku hidup dalam kebohongan."

"Saya tidak akan melepaskan Aisyah."

"Hasan,keputusan ku mutlak."

"Tapi Abi,Aisyah adalah amanah Ibu yang harus Hasan jaga."

"Aku bangga dengan baktimu,tapi biarkan Aisyah juga menunjukkan baktinya untukku."

"Abi,izinkan saya menebus kesalahan saya kepada Aisyah karena telah menyakiti hatinya."

"Setelah kesembuhannya,Aisyah akan ku kirimkan ke luar kota untuk menempuh pendidikannya,dia akan menetap sampai kelulusannya,jika kamu bisa maka tunggulah dia sampai dia benar-benar siap menjadi istri dan kamu siap menjadi suami yang baik untuk dia,tapi jika kamu tidak bisa aku tidak memaksa."

"Tapi Abi..."

"Dan tidak sekali pun kamu boleh menemuinya,aku harap itu sudah cukup untuk menebus kesalahanmu,dan iya Hasan tidak ada lagi penawaran,keputusanku adalah perintah."

Hasan memejamkan matanya menahan pedasnya air mata.

"Kamu hanya boleh melihatnya,bukan menemuinya,jadi kamu bisa lihat dari jendela,saya harap permintaan saya bisa kamu sanggupi." Tambah Azhar.

"Kalau itu cara saya menebus dosa,maka saya menyanggupinya." Ucap Hasan dengan yakin lalu ia pergi meninggalkan mereka semua.

Keluar dari rumah sakit dengan langkah tegap,Hasan tak menyangka kalau ada rahasia besar di balik sosok Aisyah,kenapa Aisyah bisa berfikiran seperti itu,kenapa ia bisa merahasiakan sakitnya dan selalu tersenyum di depan Hasan?

Hasan menatap bulan yang kini berbentuk sabit. Cekungan itu sangat mirip dengan senyum manis Aisyah yang perlahan harus ia ikhlaskan.

"Aisyah,aku akan menunggumu untuk kembali padaku." Ucap Hasan.

Empat tahun bukan waktu yang panjang,namun bukan pula waktu yang singkat untuk sebuah penantian.

Aisyah Humairah [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang