9.Pilihan

1.8K 108 0
                                    

Update : 04/08/2019

"Aisyah,boleh kita bicara sebentar?"

"Silahkan bicara kak Ali,aku akan mendengarkanmu."

"Tidak disini,boleh kita berbicara di taman saja."

"Kenapa?"

"Ada hal penting yang ingin aku katakan."

"Baiklah,Mari."

Aisyah berjalan mendahului Ali menuju ke taman.

"Katakan kak."

"Humairah sudah mengatakan semua padaku,ia rela aku melepas khitbahku akan dirinya,dia ikhlas jika nantinya kita akan hidup bersama,Aisyah kamu mengerti akan maksudku bukan?"

"Iya aku mengerti."

"Bagaimana kalau kita terima permintaan Humairah."

"Itu bukan permintaan kak Ali,melaikan kebesaran hati,aku tidak mau menyakiti perasaan saudariku sendiri,Humairah besar dalam didikan orang tuaku,dan seperti yang engkau tau,aku besar dalam didikan tokoh agama,bukan aku ingin menunjukan kalau didikan mereka lebih baik,tapi aku ingin menunjukkan kalau didikan kedua orang tuaku pada Humairah tidak pernah salah,Humairah rela berkorban untukku,jikalau aku ada di posisinya aku akan berfikir dua kali sebelum mengambil keputusan besar seperti dia."

"Aisyah,ini bukan masalah didikan tapi masalah perasaan,aku menyukaimu sepuluh tahun yang lalu,semenjak kamu memasuki pesantren itu,aku selalu menyebut namamu dalam doa ku Aisyah,hanya kamulah wanita itu."

"Kak Ali bukankah kak Ali tau benar,kalau kak Ali tidak berjodoh dengan orang yang kak Ali sebut dalam doa,maka kak Ali akan berjodoh dengan orang yang menyebut kak Ali dalam doanya,dan maaf orang itu bukan Aisyah,maaf Aisyah tak pernah menyebut nama Kak Ali dalam doa Aisyah."

Degg!!!

"Kenapa Aisyah? Apa kamu tidak mempunyai perasaan yang sama sepertiku? Apa kamu tidak merasakan apa yang selama ini aku rasakan padamu?"

"Aisyah tidak tau,yang Aisyah tau kak Ali adalah calon suami Humairah,saudari Aisyah,itu saja,kalaulah kalian tidak berjodoh nantinya Aisyah akan berdoa kepada Allah agar tidak menjodohkan Aisyah dengan kak Ali,karena Aisyah tidak ingin menyakiti hati saudari Aisyah,Aisyah tidak mau menari di atas sakit hati orang lain."

"Aisyah,apa kamu tidak mencintaiku."

Aisyah mengalihkan pandangan saat kedua bola mata mereka beradu.

"Katakan padaku Aisyah,apa kamu tidak mencintaku?"

"Tidak,Aisyah tidak mencintai kak Ali."

"Lalu untuk apa kamu mengumpulkam semua kertas yang aku kirim di hari Jum'at itu Aisyah."

Aisyah diam membeku.

"Kak Ali,menikahlah dengan Humairah,setelah itu hiduplah dengan bahagia,dengan begitu Aisyah bisa bahagia."

"Jangan menjadi wanita munafik Aisyah,aku bisa membaca kesedihan di dalam matamu,binar matamu kini berubah menjadi teduh,kenapa Aisyah? Kenapa kamu tidak mau memperjuangkan cinta kita ke dalam hubungan yang halal,kenapa Aisyah."

"Kak Ali,sekali lagi Aisyah katakan,menikahlah dengan Humairah,setelah kalian menikah Aisyah akan minta tolong Abi untuk mencarikan ikhwan yang baik untuk menjadi pelengkap Aisyah,Aisyah pamit,Assalamualaikum."

"Aisyah tunggu!"

Aisyah menghentikan langkahnya.

"Aku akan menikah dengan Humairah setelah kamu menikah,dan itu keputusanku,sebelum itu antara aku dan Humairah tidak akan terjadi apa-apa,Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam warahmatullah."

Ali berlalu melewati Aisyah yang membeku,seakan tubuhnya tidak dapat di gerakan karena ucapan Ali.

Dua pasang mata memperhatikan mereka. Aisyah hanya memandangnya sekilas dan berlalu menuju perpustakaan.

"Apa kau mencintai pria tadi?"

Aisyah hanya menengok tanpa menjawab pertanyaan.

"Menikahlah dengannya,dia juga mencintaimu."

"Aku mencintai Allah."

"Saya yakin kalau kalian berdua saling mencintai."

"Jangan berusaha menebak hati seseorang."

"Saya dengar dia mencintaimu dan matamu juga tidak bisa bohong,kamu juga mencintai dia."

"Dia adalah calon suami saudari saya."

"Tapi hatinya ada padamu. Aisyah dengarkan saya,kita tidak bisa memaksa atau mengahalangi seseorang untuk jatuh cinta,karena cinta itu fitrah,tapi kita bisa memilih akan menjatuhkan cinta kita pada siapa,Aisyah kalau boleh aku ingin membantumu."

"Terima kasih,tapi saya tidak mau hutang budi."

"Tidak Aisyah,aku bukan seseorang yang gila akan hal itu,itu pun saya menawarkan jika kamu tidak keberatan."

"Bantuan apa yang ingin anda tawarkan?"

"Saya akan membantumu keluar dari masalah ini."

"Dengan cara?"

"Menikahlah dengan saya."

Aisyah kaget menengok kearah pria itu.

"Apa yang anda katakan! Anda tidak membantu saya,tapi anda menawarkan diri anda untuk masuk kedalam masalah saya,apa anda tidak berfikir bagaimana masa depan anda,saya bahkan belum berfikir untuk menikah."

"Kalau bukan untukmu lakukan ini untuk saudarimu."

"Lalu bagaimana dengan anda? Anda melakukan ini untuk siapa?"

"Untuk seorang wanita yang sangat saya sayangi."

Aisyah mengerutkan dahinya.

"Ibu saya." Sambung pria itu.

"Kenapa?"

"Ibu saya tervonis dengan usia yang tak lama Aisyah,permintaannya sebelum tiada adalah melihat saya menikah dengan wanita shalihah."

"Tapi anda belum tau siapa saya."

"Saya tau siapa kamu,kamu adalah Aisyah,putri dari Abdu' Farhan,kamu di lahirkan dan di besarkan di lingkungan keluarga faham agama,kamu didik oleh tokoh agama,kamu adalah wanita yang pertama kali menggetarkan hati saya saat melihat sosok asing di depan mata saya,kamu adalah Aisyah,yang ingin saya persunting menjadi istri saya,pelengkap separuh agama saya,yang kelak aka menjadi ibu dari anak-anak saya,Aisyah,maukah kamu menerima lamaran saya?"

Aisyah terpaku mendengar semua kalimat yang keluar dari bibir lelaki itu.

"Saya tak sesempurna itu,apa anda tidak takut menyesal suatu hari nanti jika menjadi suami saya?"

"Bahkan saya pun serupa,saya bukanlah lelaki yang sempurna Aisyah."

Aisyah menarik nafas panjang.

"Kalaulah niat anda benar,temui Abi Aisyah,hanya beliau yang berhak memberikan putrinya kepada lelaki yang benar-benar ingin menggantikan kewajibannya,Aisyah permisi,Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam warahmatullah."

Aisyah Humairah [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang