18.Rasa Yang Rumit

1.6K 103 4
                                    

"Aisyah,sepertinya sebentar lagi akan turun hujan,sebaiknya kita kembali ke rumah saja."

"Baiklah dosen Hasan."

Belum sampai lima langkah hujan sudah mengguyur tubuh mereka.

"Aisyah,pakai ini untuk menutupi kepalamu."

Hasan melepas jaketnya.

"Tapi dosen Hasan,bagaimana...."

"Aisyah,jangan mengajakku diskusi,kamu bisa sakit nanti."

Aisyah menuruti perintah Hasan,sebenarnya ia tak enak hati karena Hasan terguyur hujan yang sangat deras.

Di tengah hujan yang deras Aisyah mencoba berbicara dengan Hasan.

"Dosen Hasan,bagaimana kalau kita mencari tempat berteduh,jarak kita ke rumah masih sangat jauh,lagi pula ini hujan deras,tidak baik berkendara dalam situasi ini."

"Baiklah,kalau begitu kita kesana."

Hasan menunjuk halte untuk berteduh. Tidak banyak hanya sekitar tiga orang yang sedang berteduh disana.

Aisyah menggosok-gosokkan dan meniup telapak tangannya yang kedinginan.

"Sini kan tanganmu." Perintah Hasan.

"Ha?"

"Berikan tanganmu padaku."

Dengan sedikit ragu Aisyah mengulurkan tangannya kepada Hasan.

Hasan menggosok tangan Aisyah menggunakan kedua tangannya dan meniup-niupnya.

Aisyah melihat sikap Hasan yang begitu manis baginya,tanpa sadar bibirnya mengukir senyum.

***

"Humairah,kapan hujannya akan reda?"

"Bastian,mana aku tau,tunggu saja."

"Humairah,aku ini lapar."

"Bastian,hujan sederas ini dan kamu masih menuruti kata perutmu? Lagian kita baru saja makan,terbuat dari apa perutmu itu?"

"Humairah mengertilah,aku ini walaupun kurus tapi banyak makan,percayalah sehari aku bisa makan ya minimal empat kali."

Humairah melirik Bastian heran,bagaimana bisa makannya banyak tapi badannya kurus,sulit di percaya.

"Kenapa? Kamu nggak percaya kalau aku makan banyak?"

"Bas,ini hujan,lagian kita mau cari makanan dimana? Jarak kita dengan kantin juga jauh."

"Humairah kenapa hari ini kamu tidak membawa bekal? Kalo kamu bawa aku bisa makan bekalmu."

"Bas,duduk dan diamlah,lalu tunggu hujannya berhenti."

Humairah melangkah melihat hujan dari atas balkon gedung fakultas.

Hujan adalah Rahmat Allah yang harus kita syukuri,karena hujan memberikan makhluk kehidupan.

Bastian menatap Humairah yang terlihat tenang. Ditatapnya gadis yang baru beberapa hari ini menjadi temannya,senyum manis dan binar mata yang jernih.

"Hmm...cantik." puji Bastian tanpa sadar.

***

"Ada apa suster Maria? Kenapa di depan jendela? Anda seperti menunggu seseorang."

"Oh..tidak bu Sarah,saya hanya memandang hujan."

"Hmm,baiklah,oh iya apa boleh kita bicara?"

"Tentu saja."

"Kemarilah,duduk bersamaku."

Aisyah Humairah [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang