Hunter In Black

725 45 2
                                    

Suara langkah kaki terdengar di tengah sebuah hutan yang gelap dan lebat. Seseorang sedang mengendap - endap di sana. Dia adalah seorang pemburu bernama Gilang Jagakota. Dia kini sedang memburu sesuatu. Dapat dilihat dari busur serta anak panah yang berada di punggungnya.

"Huft... dingin sekali," kata Gilang dari balik masker hitamnya, "semua demi seekor rusa."

Gilang meminum sebotol air panas dan kembali melanjutkan perburuannya. Keadaan hutan sangat gelap sekarang. Tidak ada bulan dan langit sedang mendung. Namun, Gilang dapat melihat semuanya dengan jelas. Seolah ia sedang berada hutan di siang hari yang sangat cerah.

Sudah lima tahun ia menjadi pemburu dan keadaan seperti ini sudah sangat biasa baginya. Ia dapat melihat segalanya dengan jelas, bahkan lebih baik seperti ini daripada memakai lentera. Menurutnya, lentera hanyalah beban karena hewan - hewan akan melihatnya.

"Rusa Bulan... rusa itu seharusnya keluar saat tidak ada bulan, kan?," pikir Gilang, "apa info di papan salah?"

Rusa Bulan adalah seekor rusa berwarna putih yang cukup sulit diburu. Rusa itu hanya keluar saat tidak ada bulan di langit. Baik karena posisi bulan maupun karena mendung. Gilang tahu rusa itu hewan langka dan tidak akan mudah mencarinya. Namun ia sudah mulai tidak sabar karena telah mencari selama tiga jam di malam musim gugur yang dingin.

Gilang memutuskan untuk masuk lebih dalam ke dalam hutan. Semakin ke dalam, berarti ia harus mendaki dan semakin dingin pula udaranya. Gilang tidak ingin menyerah sekarang. Ia sudah sangat lelah dan tidak ingin waktu dan tenaga yang ia keluarkan sia - sia.

"Mungkin aku harus ke puncak tebing itu," pikir Gilang, "rusa itu berwarna putih. Seharusnya dia mencolok di sini."

Gilang memutuskan untuk mendaki ke atas tebing dan melihat ke daerah hutan di bawahnya. Ia menemukan sesuatu yang berwarna putih di antara pepohonan. Gilang tersenyum lebar. Ia lalu menyiapkan busur serta anak panahnya dan membidik rusa tersebut.

"Baiklah, ini dia," kata Gilang.

Gilang melepas anak panahnya dan anak panah itu meluncur dengan cepat. Anak panah itu menancap di kaki rusa itu dan rusa itu berlari lebih dalam ke hutan. Akan tetapi, Gilang yakin tidak akan terlalu lama bagi dirinya untuk menemukan rusa itu. Rusa itu sudah terluka dan jalannya pincang, sehingga jalannya tidak akan jauh. Rusa itu juga mengeluarkan darah yang dapat dijadikan petunjuk pencarian.

Gilang turun dari tebing dan mulai mencari keberadaan buruannya itu. Ia mengikuti jejak darah yang berada di rerumputan dan akhirnya menemukan buruannya itu telah mati kehabisan darah. Gilang lalu menarik buruannya itu ke lapangan terbuka. Ia kemudian mengeluarkan sebuah pisau dan bersiap untuk menguliti buruannya itu.

Akan tetapi, Gilang tidak bisa melakukan urusannya dengan tenang. Sekelompok serigala abu - abu, berjumlah lima ekor, memandang Gilang dan buruannya itu. Mereka seperti mencium bau darah dari rusa bulan itu.

"Kalian tidak suka melihat orang senang, ya?," Gilang lalu berdiri dan mengeluarkan sebilah pedang, "maju kalian."

Seekor serigala mendekati Gilang dan menyerangnya. Gilang meluncurkan dirinya di atas rerumputan dan menusuk tenggorokan serigala itu. Serigala kedua menyerang. Gilang hampir saja diterkam oleh serigala itu jika ia tidak berdiri dan melompat ke belakang. Dengan cepat, Gilang mendorong pedangnya dan pedang itu menembus tengkorak serigala itu.

Ketiga serigala lainnya sadar mereka tidak akan bisa mengalahkan Gilang jika menyerang sendiri - sendiri. Ketiga serigala itu lalu menyerang bersamaan. Gilang mengambil pisaunya dan maju mendekati ketiga serigala itu.

Seekor serigala menerjangnya terlebih dahulu dan Gilang mengayunkan pedangnya sehingga serigala itu tewas. Serigala yang lainnya menyerang Gilang saat pedang Gilang masih menghadap ke bawah. Gilang lalu mendorong pisaunya ke atas dan menusuk leher serigala itu.

This New World Is My Hunting GroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang