The Gate to Afterlife (part 4)

26 5 1
                                    

Sebuah kereta uap melaju dengan cepat di atas relnya pada suatu pagi yang cukup berawan. Kereta itu menuju Provinsi Mie. Kereta uap itu membawa para penumpang yang tidak biasa. Sebagian besar dari para penumpang adalah para prajurit. Ada ashigaru, prajurit ringan dengan tombak dan topi caping, dan samurai, prajurit elit dengan katana dan baju besi lengkap. Selain mereka, ada juga tenaga medis dan teknisi. Kereta ini adalah satu - satunya kereta yang menuju ke sana dan dikhususkan untuk militer.

Demi keberlangsungan tugas, Gilang dan rombongannya, Ise, Gojiro, Jean, dan Albany, diharuskan untuk menyamar.

"Ise, Provinsi Mie itu kampungmu halamanmu, kan?," bisik Gilang yang menyamar menjadi teknisi, "apa yang terjadi di sana? Kenapa banyak prajurit yang dikirim ke sana?"

"Aku tidak tahu," Ise mengangkat bahunya, "tapi aku takut ini ada kaitannya dengan kuilku yang dulu."

"Kuilmu yang dulu?," tanya Gilang.

Ise mengangguk, "aku yakin ada kaitannya dengan itu."

"Bisa kau ceritakan?"

Ise melihat ke sekelilingnya. Ia lalu melihat seorang prajurit ashigaru mendekati kursi mereka. Ise langsung menurunkan topi capingnya.

"Permisi," kata prajurit itu, "boleh aku memeriksa surat identitas kalian berdua?"

"Maaf, aku tidak mempunyai surat identitas Kansai," kata Gilang.

"Oh, aku tahu..."

Prajurit itu menatap Gilang dengan tatapan curiga. Gilang khawatir penyamarannya terbongkar, namun ia tetap bisa memasang gestur tenang.

"Kau... kau dari Resimen Nanban, kan?," tanya prajurit itu, "pantas saja kau tidak punya surat identitas. Kau orang asing."

"Benar, aku dari Resimen Nanban," kata Gilang.

"Resimen Nanban seharusnya berada di gerbong belakang."

"Benarkah? Oh, bodohnya aku."

Prajurit itu lalu memperhatikan Ise, "prajurit itu sepertinya dari Kansai. Bisa kau bangunkan dia? Aku ingin memeriksa suratnya."

"Ah... dia sedang sakit. Aku tidak enak membangunkannya."

"Baik, kau berdirilah dan pindah ke gerbong belakang. Aku yang akan membangunkannya."

Gilang mengangguk dengan rasa agak cemas. Ia lalu berdiri dan mempersilahkan prajurit itu untuk mendekati Ise. Gilang khawatir identitas Ise sebagai wanita terungkap. Tidak ada prajurit ashigaru yang berkelamin wanita. Gilang mungkin harus menggunakan sedikit kekerasan untuk membuat prajurit itu pingsan.

Prajurit itu mendekati Ise dan ia lalu mengangkat caping Ise. Prajurit itu terdiam beberapa saat setelah melihat wajah Ise. Ise membuka matanya. Ia lalu mengambil sebuah pisau dan mengarahkannya ke perut prajurit itu.

"Kau...!," kata prajurit itu.

"Ito-san, kau lebih baik tidak berteriak atau aku akan merobek perutmu," bisik Ise mengancam dengan bahasa Kansai, "aku serius!"

"Jadi, si rubah mesum sudah kembali ke sarangnya, huh?," kata prajurit bernama Ito itu dalam bahasa Kansai, "aku yakin Enyaku-sama akan sangat terkejut."

"Kau masih melayani orang licik seperti dia? Orang yang berniat untuk mengkhianati kaisar?"

"Kau dan idealisme kunomu, Ise-san. Jika kau membuka pikiranmu dengan apa yang Enyaku-sama katakan, aku yakin kau akan mengerti dan mendukungnya."

"Aku sudah menetapkan pikiranku, Ito-san. Dan aku berpikir, Enyaku-sama pasti sudah gila."

"Hmph... keras kepala. Itulah Ise-san yang kukenal."

This New World Is My Hunting GroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang