Gilang masih terjaga di dalam kamarnya sambil mengasah senjata -senjatanya. Semua senjata itu masih baru dipakai dalam satu tugas, namun Gilang tidak percaya dengan ketajaman senjata setelah satu misi. Sehingga ia akan mengasah senajatanya jika ia kebetulan membawa asahan atau sesuatu untuk menajamkan kembali senjatanya.
"Perjodohan ya...," pikir Gilang saat ia mengasah senjatanya, "sepertinya aku harus menarik lagi perkataanku tentang kehidupan anak daimyo yang enak."
Gilang lalu melihat ke sekelilingnya. Ia melihat kamar bagus yang ia tempati dengan pintu geser dari kertas bermotifkan gambar burung bangau dan sebuah gunung yang sangat indah. Ia juga melihat ke arah jendela yang terbuka dengan pemandangan kota yang indah bermandikan cahaya lampion dan lampu gas.
"Setelah dipikir lagi, kurasa aku akan menahan perkataanku," Gilang tertawa dalam hati.
Gilang kembali mengasah senjatanya dengan tenang dan fokus. Di saat itulah, ia mendengar suara kepakan sayap di jendela kamarnya yang berada di lantai ke empat.
"Pssst, Gilang," panggil Suzuka dari jendela itu.
"Suzuka?," Gilang berhenti mengasah senjata, "apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku bosan sekali di kamarku," kata Suzuka, "ingin jalan - jalan ke kota? Kota masih cukup hidup, kau tahu?"
"Orang - orang kastil tidak apa - apa kau keluar malam?"
Suzuka tertawa kecil dan pendek, "kalau mereka tidak tahu, mereka tidak akan melarang."
Gilang juga sebenarnya merasa sangat bosan di dalam kamarnya. Ia juga merasa belum mengantuk dan cukup enerjik. Gilang merasa tidak apa - apa bagi dirinya untuk tetap terjaga dan berjalan - jalan di kota, hitung - hitung menjaga Suzuka.
"Baik, aku ikut," Gilang bangkit dari duduk bersilanya, "tunggu aku di bawah."
"Tidak perlu."
Suzuka meraih tangan Gilang dan menariknya hingga Gilang terjatuh dari jendela. Untungnya, Suzuka masih memegang tangannya dan menurunkan Gilang secara perlahan.
"Kau tidak takut?," tanya Suzuka.
"Aku pernah jatuh lebih tinggi dari ini," kata Gilang, "aku tidak takut lagi jatuh dari ketinggian."
"Bagus, kuharap kau tidak takut menyelinap dari lubang tembok."
"Tunggu, di mana Nyonya Idenberg?"
"Dia sudah tertidur pulas."
....
Suasana kota cukup ramai malam ini, terutama di distrik hiburan. Di distrik ini terdapat beberapa kedai minum, klub dewasa, dan kasino yang masih membuka usahanya. Sungguh aneh Suzuka membawanya ke sini. Pada akhirnya mereka memasuki sebuah kedai minum yang tidak terlalu ramai.
"Nekoro, aku pesan sake besar," kata Suzuka kepada seorang pelayan.
"Kau sudah kembali?," tanya pelayan demi human kucing bernama Nekoro itu, "kupikir kau tidak suka berada di sini."
Suzuka mengambil botol sake yang Nekoro berikan dan meminumnya langsung dari botolnya, bukan menggunakan gelas khusus seperti pengunjung lainnya, "ayahku memintaku datang, jadi aku datang."
Nekoro lalu melihat ke arah Gilang dan berbicara dengan bahasa yang Gilang ketahui.
Ingin minum sesuatu, tampan?," tanya Nekoro.
"Tidak, terima kasih," kata Gilang, "tapi aku ingin kacang rebus."
"Baik, segera datang."
Suzuka menghabiskan botol sake pertamanya kurang dari satu menit dan memesan botol sake berikutnya. Nekoro kembali dengan sepiring kacang rebus dan botol sake untuk kedua pelanggannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
This New World Is My Hunting Ground
FantasiGilang Jagakota adalah seorang pemuda yang datang ke sebuah Dunia Lain yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Karena kehidupannya yang kacau saat di dunia aslinya, ia memutuskan untuk menjadi seorang pemburu dan memulai awal yang baru. "Mangsa se...