When Darkness Fall Upon Visayas (part 1)

28 7 2
                                    

Sebuah koran pagi dengan halaman utama yang menggemparkan massa terbit di salah satu pagi hari yang sedikit mendung di Iberia bagian selatan. Halaman pertama koran itu menuliskan tentang sebuah berita di mana terjadi kematian tidak wajar dengan mayat korbannya kering seperti kehabisan darah.

"Huh... berita dari daerah koloni yang aneh," kata Gilang saat ia makan di ruang makan pribadinya yang berada di lantai dua, "koran Iberia memang aneh."

"Yah... begitulah koran di sini," kata Dia saat ia menuangkan teh ke gelas Gilang, "tidak banyak yang terjadi di Iberia, sehingga berita - berita dari koloni Iberia sering dimuat di sana."

Dia meletakan kembali teko teh yang ia gunakan sebelumnya. Gilang lalu melirik ke arah Dia. Ia kemudian menggenggam lengan Dia dengan kuat dan menariknya, sehingga Dia kini duduk di pangkuan Gilang. Wajah keduanya kini sangat dekat. Dia bahkan bisa merasakan nafas Gilang berhembus di mukanya.

"Gi... Gilang," Dia terkejut dengan aksi Gilang itu.

"Hey Nyonya Sekretaris, aku belum puas semalam, kau tahu?," kata Gilang dengan nada mesum.

Wajah Dia memerah karena malu. Gilang lalu mencium Dia dan memaksa demi human itu untuk memakai lidahnya dalam berciuman. Sambil terus mencium sekretatisnya itu, Gilang membuka dua buah kancing kemeja Dia sehingga belahan dada Dia terlihat dengan cukup jelas. Melihat tingkah laku Gilang, Dia tahu Gilang ingin melakukan apa terhadapnya.

"Gilang," kata Dia malu - malu setelah Gilang melepas ciumannya, "kita tidak bisa melakukannya... uhn~"

"Kau bicara apa?," kata Gilang yang mulai menjilati leher Dia dengan lembut, "kita sudah menikah dua hari yang lalu, kan?"

Ucapan Gilang benar. Keduanya kini telah menikah yang bisa dilihat dari cincin kawin di jari manis keduanya. Pernikahan mereka sekarang sama seperti pernikahan pasangan muda lainnya, penuh kebahagian dan cinta. Keduanya sangat suka bermesraan ketika tidak ada orang di sekitar mereka. Terutama Gilang yang tidak perlu lagi menahan dirinya untuk tidak melakukan hal - hal mesum terhadap Dia. Dia di sisi lain terlihat selalu menolak perlakuan mesum Gilang selain di dalam kamar mereka, tapi sebenarnya Dia suka dimesumi oleh Gilang.

"Dia, kau sebenarnya juga sangat ingin melakukannya sekarang, kan?," tanya Gilang.

"Aku sebenarnya mau, tapi ruangan ini nanti baunya akan seperti... kau tahu...," wajah Dia semakin memerah.

"Itu diurus nanti saja. Sekarang biarkan aku membuka..."

Tiba - tiba pintu kantor diketuk dari luar. Keduanya melompat kaget. Dia dengan cepat kembali ke mejanya yang berada di dekat pintu kantor dan berpura - pura mencatat sesuatu yang penting sekaligus mengancingi lagi kancing bajunya yang sempat dilepas Gilang. Sementara itu Gilang mengatur posisi duduknya sebelum mempersilahkan pengetuk pintu untuk masuk.

"Masuk," kata Gilang sedikit lantang.

Ise lalu memasuki ruangan. Kitsune itu menunduk hormat kepada Dia sebelum ia duduk di depan Gilang setelah Gilang mengizinkan.

"Guru, ada surat merah dari Menteri Kolonial," kata Ise sebelum ia memberikan surat tersebut ke gurunya, "pasti sesuatu yang penting."

"Menteri Kolonial, hm?," Gilang mengangkat sebelah alisnya, "ada apa kira - kira?"

Ise mengangkat pundaknya tanda ia tidak tahu. Gilang memutuskan untuk membuka surat itu sendiri dan mencari apa yang Menteri Kolonial inginkan darinya. Gilang yakin itu sesuatu yang penting mengingat surat itu beramplop merah. Gilang lalu membaca surat itu. Di bagian terakhir Gilang membelalakan matanya.

"Guru, ada apa?," tanya Ise agak keras yang tentu saja menarik perhatian Dia.

"Ise, katakan pada... Jan kita akan berangkat ke Koloni Maharlika besok."

This New World Is My Hunting GroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang