Pagi yang cerah menyinari Pegunungan Mackenzie yang dingin dan putih karena tertutup salju yang cukup tebal. Gunung dan lembah itu terdengar sangat sunyi. Hampir tidak ada bunyi yang keluar di pagi itu. Yang terdengar hanyalah kicauan burung dan suara aliran sungai yang membelah lembah menjadi dua.
Sementara itu di sebuah kaki gunung yang terpencil, berdirilah sebuah kota kecil bernama Dawson yang dahulu menjadi tempat para penambang tinggal. Akan tetapi, kota itu telah ditinggalkan dan terbengkalai selama 200 tahun hingga baru - baru ini kota itu menjadi sarang ras iblis wendigo yang seharusnya punah 200 tahun yang lalu.
Di salah satu kabin di Dawson, seorang pemuda manusia terbangun dengan tubuh yang terasa segar dan ringan. Pemuda itu adalah seorang pemburu bernama Gilang Jagakota yang telah pulih dari cederanya. Ia telah menumpang bersama dengan seorang wendigo bernama Elizabeth dan putrinya, yang mana Gilang belum pernah jumpai.
Gilang merasa dirinya berhutang budi kepada Elizabeth dan memutuskan untuk tinggal di sana sementara hingga tubuhnya merasa kuat kembali untuk perjalanan jarak jauh. Selama di Dawson, Gilang melakukan pekerjaan yang bisa ia lakukan seperti memasak, mencuci baju, mengambil air di sungai, dan lain - lain.
Mengejutkan bagi Gilang, wendigo di Dawson cukup ramah kepadanya. Tidak seperti penggambaran orang - orang tentang wendigo yang identik dengan liar dan biadab. Mereka beraktivitas seperti masyarakat normal lainnya. Mereka memakai pakaian yang sama, berbicara percakapan yang normal, serta memakan hal - hal yang normal dimakan semua ras.
Sekarang, Gilang sedang dalam tugas untuk membantu seorang tukang jahit. Ia sedang membawakan sebuah keranjang penuh kapas.
"Ini kapas salju yang kau minta, Nona Riley," kata Gilang dengan keranjang penuh kapas salju di tangannya.
"Terima kasih, Tuan Jagakota," kata Nona Riley sambil tersenyum.
Gilang lalu pergi meninggalkan tukang jahit dan mendatangi seorang pembuat pupuk.
"Tuan Heston, ini kotoran kelelawar yang anda minta," kata Gilang sambil menaruh toples penuh kotoran kelelawar
"Terima kasih, Tuan Jagakota," jawab Tuan Heston yang sedang sibuk dengan pembuatan pupuk.
Gilang lalu pergi dari laboratorium pembuatan pupuk dan pergi ke Elizabeth yang ternyata adalah seorang dokter.
"Ini tanaman herbal yang kau minta, Eli," kata Gilang.
"Coba kulihat."
Elizabeth mengambil keranjang penuh tanaman herbal yang Gilang bawakan untuknya. Elizabeth tersenyum puas karena Gilang melakukan tugasnya dengan baik.
"Kerja yang bagus," puji Elizabeth, "untuk hari pertama, kerjamu bagus juga."
Gilang menghela nafas lega. Tugas dari Elizabeth adalah tugas terakhirnya hari ini. Gilang merasa cukup kelelahan dan memutuskan untuk duduk bersender di kursi.
"Kau merasa lelah?," tanya Elizabeth. Ia lalu membuka toples penuh permen dan mengambil sebuah lolipop, "kau mau? Ini rasa jeruk."
Gilang mengangguk dan mengambil permen itu, "terima kasih, aku sangat perlu gula sekarang."
Gilang membuka bungkus permen itu dan memakannya. Gilang merasa hidup kembali setelah memakan permen itu. Ia memang bukan penyuka makanan manis, tapi berhari - hari tanpa memakan sesuatu yang manis membuat hidupnya terasa tidak lengkap.
"Aku penasaran bagaimana kalian bisa mendapat permen," kata Gilang, "apa kalian membuatnya?"
"Tidak," kata Elizabeth, "permen itu dari hasil kami bertukar dengan orang kota."
KAMU SEDANG MEMBACA
This New World Is My Hunting Ground
FantasyGilang Jagakota adalah seorang pemuda yang datang ke sebuah Dunia Lain yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Karena kehidupannya yang kacau saat di dunia aslinya, ia memutuskan untuk menjadi seorang pemburu dan memulai awal yang baru. "Mangsa se...