Selama satu minggu, semua seniman dan tukang kayu disibukan oleh tugas yang diberikan oleh Valencia kepada mereka. Berbagai macam perabotan seperti kursi, meja, ranjang tidur, dan lain - lainnya datang silih berganti dari Casa del Sol menuju Castillo de Marbella.
Don Cazador sendiri menyediakan prajurit sihirnya untuk menjaga rombongan seniman dan tukang kayu yang mengantar barang - barang mereka. Selain itu, Don Cazador juga mengatur sendiri tata letak perabotan baru yang akan mengisi kastilnya.
"Ini barang terakhir, Don Cazador," kata seorang pengrajin.
Pengrajin itu memberikan sebuah bendera kebangsaan Iberia kepada Don Cazador. Don Cazador lalu mengizinkan pengrajin itu untuk meninggalkan kastilnya. Pria bertudung itu lalu menaiki sebuah tangga yang langsung menuju bagian atas kastil. Setelah itu, ia menaikan bendera tersebut dan bendera triwarna Iberia berkibar dengan megah di atas kastil.
"Akhirnya kastil ini selesai juga," pikir Don Cazador, "tapi apa ini benar - benar yang kuinginkan? Apa yang sebenarnya kulakukan sekarang?"
Don Cazador, atau mungkin penulis harus ungkap sebagai Gilang Jagakota, sebenarnya tidak mengerti mengapa ia memiliki dorongan untuk memperbaiki Castillo de Marbella. Tidak pernah terpikir baginya untuk menghamburkan uang yang cukup banyak untuk memperbaiki Castillo de Marbella. Ia lalu melihat tangannya yang pucat, yang sama seperti warna kulitnya yang lain.
"Kekuatan ini memberikan apa yang aku impikan dan inginkan, tapi kekuatan ini perlahan mempengaruhi pikiranku. Mengapa aku seperti ini?"
Gilang lalu melihat ke arah Casa del Sol. Sebuah kota yang indah tempat pujaan hatinya berada. Ingin sekali ia kembali ke sana. Akan tetapi hatinya, atau mungkin kekuatan barunya itu, melarangnya untuk pergi. Seolah ia berkata bahwa sekarang bukanlah saat yang tepat untuk melakukannya.
"Huh... aku semakin benci dengan kekuatan ini," pikir Gilang sambil meremas tangannya.
Gilang lalu mendapatkan sebuah ide. Ia kemudian memanggil seorang pelayan sihirnya untuk datang.
"Pelayan setiamu, Diego, telah datang. Saya siap melayanimu, Tuanku," kata pelayan bernama Diego tersebut sambil menunduk.
"Diego, pergi ke Casa del Sol. Temui seorang demi human bernama Dia Idenberg yang tinggal di alun - alun kota," kata Gilang sambil terus melihat ke Casa del Sol, "katakan kepadanya bahwa Don Cazador mengundangnya untuk makan malam di Castillo de Marbella."
"Baik, Tuanku."
Diego lalu menghilang seperti tertiup angin. Selain Diego, Gilang masih memiliki sekitar 15 orang pelayan sihir yang siap melayaninya kapan saja. Itu belum termasuk puluhan prajurit sihir yang selalu menjaga kastilnya. Gilang mampu membuat dan menjaga keberadaan mereka dengan kekuatan sihir yang ia miliki sekarang. Bahkan jika ia kehabisan tenaga sihir, mereka masih akan tetap ada. Keberadaan mereka tentu sangat membantu keseharian Gilang di kastilnya.
"Sepertinya kekuatan ini tidak seburuk yang selama ini kupikirkan."
Gilang lalu menuruni menara sebelum ia pergi ke kamarnya untuk membaca buku sambil menunggu kabar dari Diego. Hanya perlu sekitar 15 menit bagi Diego untuk kembali ke Castillo de Marbella dengan membawa jawaban dari Dia.
"Tuan, aku membawa kabar yang tidak enak," kata Diego.
"Apa itu?!," tanya Gilang sedikit panik.
"Dia Idenberg menolak undangan anda."
"Oh, hanya itu?," Gilang menjadi lega karena hanya itu kabar buruk yang ia terima, "Diego, siapkan kudaku untuk nanti malam. Sepertinya aku ingin melakukan 'kunjungan malam' nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
This New World Is My Hunting Ground
FantasyGilang Jagakota adalah seorang pemuda yang datang ke sebuah Dunia Lain yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Karena kehidupannya yang kacau saat di dunia aslinya, ia memutuskan untuk menjadi seorang pemburu dan memulai awal yang baru. "Mangsa se...