Suara desihan panci yang sedang menggoreng terdengar dari dapur sebuah aparteman yang berdiri di Distrik von Below. Seseorang sedang memasak sesuatu di pagi hari yang indah itu. Wangi makanan yang lezat tercium hingga keluar oleh orang - orang yang sekedar melewati apartemen itu. Wangi masakan tersebut juga menarik perhatian dua penghuni lainnya untuk bangun dan menghampiri asal bau.
"Ah... kalian sudah bangun?," sambut Gilang, seorang pemuda yang sedang memasak itu, "selamat pagi."
"Selamat pagi juga," kata Nyonya Tanah apartemen, "Tuan Jagakota."
Sementara itu, seorang demi human bersayap hitam menguap dan menyapa Gilang, "ohayogozaimasu, Gilang-san."
Kedua wanita itu duduk di meja makan. Mereka baru bangun tidur lengkap dengan piyama mereka, sehingga mata keduanya masih setengah terbuka dan rambut mereka masih acak - acakan. Berbeda dengan Gilang yang sudah segar dan berpakaian rapih ala pemburu.
"Silahkan," kata Gilang saat ia meletakan sarapan kedua wanita tersebut, "Nyonya Idenberg, Suzuka."
Gilang meletakan dua porsi sarapan untuk kedua wanita tersebut. Sarapan buatan Gilang terlihat sangat enak. Keduanya lalu memakan sarapan mereka dengan lahap. Sementara itu, Gilang menuangkan teh untuk dirinya dan duduk di depan mereka sambil membaca koran.
"Arigato, Gilang-san!," kata Suzuka seusai menghabiskan sarapannya.
"Suzuka, aku tidak mengerti bahasa Kansai," kata Gilang setelah meminum tehnya, "bicaralah seperti biasa."
"Maaf," Suzuka sedikit tertawa, "aku sudah lama tidak pulang ke Kansai. Aku takut aku lupa beberapa kata saat aku pulang ke sana nanti."
"Oh, pulang kampung?," kata Nyonya Idenberg yang juga baru menyelesaikan sarapannya.
Suzuka mengangguk, "orangtuaku menulis surat dan aku harus kembali sebelum musim panas."
"Begitu ya," Gilang mengusap dagunya, "kapan kau pulang?"
"Itu dia masalahnya," kata Suzuka, "aku harus pulang dengan seorang penjaga."
"Orangtuamu protective sekali."
"Tentu saja," kata Suzuka. Ia lalu menghela nafasnya, "aku malas mengatakannya, tapi ayahku adalah Inoue no Masakado."
Gilang terdiam. Nyonya Idenberg juga terdiam. Keduanya tidak tahu menahu siapa ayah Suzuka tersebut.
"Um... siapa?," tanya Gilang.
"Kalian tidak kenal?," tanya Suzuka.
"Apa dia orang penting?," tanya Nyonya Idenberg.
Suzuka mengangguk, "dia seorang Perwira Tinggi Kekaisaran Kansai dan penguasa Provinsi Shimane."
"Berarti kau anak seorang daimyo?"
"Iya, itu aku."
"Astaga, menjadi anak daimyo pasti enak. Kau tidak perlu melakukan apapun dan segala keinginanmu bisa terwujud."
"Tidak, itu mengerikan!," kata Suzuka dengan nada sedikit tegas.
"Huh, kenapa?"
"Menjadi anak seorang daimyo sangat membosankan. Belajar matematika, puisi, tata krama, upacara minum teh, itu sangat membosankan," kata Suzuka, "itu alasan kenapa aku kabur ke Carniola."
"Lalu bagaimana orangtuamu mengirim surat kepadamu?"
"Sepertinya novel yang kubuat sampai ke Kansai," tebak Suzuka, "aku sangat bodoh karena tidak pakai nama pena."
KAMU SEDANG MEMBACA
This New World Is My Hunting Ground
FantasyGilang Jagakota adalah seorang pemuda yang datang ke sebuah Dunia Lain yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Karena kehidupannya yang kacau saat di dunia aslinya, ia memutuskan untuk menjadi seorang pemburu dan memulai awal yang baru. "Mangsa se...