Satu lagi malam yang sibuk di Visayas yang saat ini telah menjadi zona perang antara penduduk Visayas dengan para manananggal. Ise dan Jan kembali tepat waktu dari pemukiman pendeta untuk bergabung dengan para prajurit dan relawan dalam melindungi kota.
Pertempuran malam ini tidak seperti pertempuran malam - malam lainnya, tidak semudah malam - malam sebelumnya. Para manananggal sepertinya semakin kuat setiap kali mereka datang ke Visayas. Saat ini mereka tampaknya tidak takut lagi dengan cahaya obor. Selain itu, kecepatan terbang para manananggal bertambah cukup drastis.
"Apa - apaan mereka ini?!," kata Jan setelah ia mengusir seorang manananggal, "bagaimana mereka menjadi sangat kuat?"
"Jangan pikirkan itu sekarang. Tetap fokus dan jangan..."
"Ise, menunduk!"
Ise menundukan kepalanya dengan cepat sebelum Jan melempar tombaknya ke arahnya. Tombak itu mengenai seorang manananggal dan menancap di ususnya yang berjuntai. Ise dapat mendengar suara rintihan monster itu. Ia kemudian berputar dan mengayunkan naginata miliknya dalam sebuah gerakan. Dalam serangan itu, Ise berhasil memenggal kepala manananggal.
Ise menghela nafasnya. Ia kemudian bersandar di sebuah dinding dan menancapkan ujung naginata-nya ke tanah, "terima kasih, Jan."
"Kapan saja," balas Jan.
"Baik, satu mati. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Kita bantu pasukan penjaga. Mahluk ini terlalu kuat untuk dilawan berdua dalam waktu yang lama."
Tiba - tiba, keduanya mendengar seorang wanita berteriak dari dalam sebuah rumah. Keduanya berlari mendatangi sumber suara tersebut. Teriakan itu berasal dari sebuah rumah yang berada tidak jauh dari posisi mereka sebelumnya. Jan menendang pintu rumah tersebut sementara Ise masuk dengan merusak jendela rumah.
"Siapapun tolong!," suara teriakan itu terdengar lagi.
"Nyonya, bertahanlah!," teriak Ise, "Jan, kau periksa di atas. Aku akan memeriksa bawah."
Suara teriakan kembali terdengar. Suara itu datang dari lantai kedua rumah. Jan dan Ise memutuskan untuk naik bersama untuk menyelamatkan wanita yang memerlukan bantuan tersebut. Jan mencoba membuka pintu kamar yang menjadi sumber suara. Akan tetapi pintu itu terkunci dari sisi lain. Jan lalu mengambil langkah mundur sebelum mendobrak pintu tersebut.
Ise dan Jan melihat seorang wanita hamil terpojok oleh seorang manananggalan di salah satu sudut kamar tidurnya. Manananggal itu mengeluarkan lidahnya yang panjang hingga menyentuh lantai. Lidah mahluk itu kelihatannya mengincar bagian bawah wanita itu seperti hendak melakukan hal cabul kepada wanita tersebut.
Ise mengambil sebuah pot bunga di sampingnya. Ia kemudian melempar pot bunga tersebut ke arah manananggal tersebut. Lemparan pot itu meleset, namun berhasil menarik perhatian manananggal. Mahluk itu mencoba menyerang keduanya, namun Jan membuat gestur mengusir dengan mendorong tombaknya beberapa kali. Manananggal itu tiba - tiba berteriak dengan suara yang membuat telinga nyeri sebelum ia terbang keluar dari jendela yang telah rusak.
"Nyonya, kau tidak apa - apa?," tanya Jan saat ia dan Ise mendekati wanita tersebut.
"Iya, terima kasih," kata wanita hamil itu dengan anggukan.
"Apa yang monster itu ingin lakukan denganmu?"
"Aku tidak tahu. Tapi apapun yang ia inginkan ada kaitannya dengan bagian vitalku," kata wanita itu, "ia terus menatap bagian itu soalnya."
"Nyonya, apa ada yang menjagamu?," tanya Ise, "suami mungkin?"
"Suamiku tentara. Dia sedang keluar untuk menjaga kota."
KAMU SEDANG MEMBACA
This New World Is My Hunting Ground
FantasyGilang Jagakota adalah seorang pemuda yang datang ke sebuah Dunia Lain yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Karena kehidupannya yang kacau saat di dunia aslinya, ia memutuskan untuk menjadi seorang pemburu dan memulai awal yang baru. "Mangsa se...