Magic for Idiots

46 8 0
                                    

Kepala Gilang terasa sangat berat saat sinar mentari membangunkannya. Hal itu dikarenakan Gilang tidur jam tiga pagi semalam setalah ia selesai berburu Mantikora. Pertarungan yang sangat menegangkan, tapi Gilang bersyukur semuanya telah berakhir. Kini ia bisa pergi berburu seperti biasa dan tidak perlu berpatroli malam.

Perut Gilang tiba - tiba berbunyi karena lapar. Rasa lapar itu mendorongnya untuk bangkit dari kursinya dan keluar untuk mencari sarapan di dapur. Gilang mengharapkan suasana ramai di meja makan di mana penghuni apartemen masih makan sarapan mereka. Namun, Gilang tidak mendapati siapapun di meja makan dan hanya menemukan sebuah catatan.

_______________________________________

Gilangku tersayang,

Aku pergi ke pasar sebentar sambil menemani Gojiro pergi ke kantor pos. Jika kau bangun dan lapar, ada sup jamur di dalam kuali. Kalau kau ingin makan yang lain, makan apa saja yang ada di laci.

P.S: aku membuat daging bakar manis pedas kesukaanmu malam ini.
_______________________________________

Setelah membaca surat itu, Gilang langsung memeriksa kuali yang masih berada di atas kompor. Gilang lalu membuka penutup kompor dan memeriksa keadaan sup di dalamnya. Sup yang tersisa hanya cukup untuk satu penyajian dan sudah tidak terlalu panas lagi. Sebenarnya masih ada beberapa makanan dalam kaleng di laci dapur yang hanya perlu dipanaskan, namun itu akan memakan banyak waktu.

"Sup yang enak... aku penasaran apa yang Dia gunakan di dalam sup ini?"

Tidak perlu waktu lama bagi Gilang yang kelaparan untuk menghabiskan sup tersebut. Gilang lalu mengangkat mangkuk kotor yang telah ia gunakan dan memasukannya ke bak pencuci. Ia hendak mencuci mangkuk dan sendok yang ia gunakan untuk makan. Namun kehendaknya itu terhenti oleh suara ketukan pintu depan.

"Dia dan Gojiro sudah pulang, kah?," tanya Gilang dalam hati.

Ketika Gilang membuka pintu depan, Gilang terkejut karena yang berada di depannya sekarang bukanlah Dia maupun Gojiro. Namun seorang gadis muda bertopi caping dengan tiga orang perwira berdiru di belakangnya. Salah satunya adalah Perwira Ackner.

"Um... selamat siang," sambut Gilang.

"Selamat siang juga, Tuan Jagakota," kata gadis bercaping itu.

"Oh, aku mengenalmu. Kau penyihir yang kemarin membantuku, benar?"

Penyihir itu mengangguk, "benar, namaku adalah Putri Ryoko dari Westphalia."

"Oh, maafkan kelancanganku," Gilang menunduk kecil, "aku tidak tahu kalau anda seorang bangsawan."

"Tidak apa."

"Apa yang anda lakukan di apartemen ini?"

"Perwira Ackner memberitahuku kalau kau membawaku ke kantor polisi."

"Ah... aku tidak tahu anda tinggal di mana atau siapa anda waktu itu, jadi aku membawa anda ke kantor polisi."

"Bisa kumengerti," kata Putri Ryoko, "oh, aku ke sini untuk memberikan hadiah atas jasamu kepada Kepangeranan."

"Hadiah? Aku... tersanjaung."

"Jadi, katakan hadiah apa yang anda inginkan. Selama Kepangeranan Carniola dapat menyanggupinya, maka kakakku... maksudku Pangeran Kanemoto akan mengabulkannya."

"Kalau begitu, aku mau..."

....

Dia dan Gojiro sedang di dalam perjalanan kembali ke apartemen. Dia membawa keranjang berisikan bahan - bahan makanan yang akan ia masak nanti, terutama daging dan kecap yang akan ia gunakan untuk memasak makanan kesukaan Gilang. Sementara itu, Gojiro membawa beberapa barang lainnya di dalam tasnya.

This New World Is My Hunting GroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang