Gilang tidak hanya mengambil pekerjaan dari guild saja. Nama Gilang telah tenar sebagai seorang pemburu yang ahli dalam memburu apa saja. Bahkan di telinga para petani, nama Gilang telah menjadi langganan mereka dalam menangani hama yang mengganggu kebun mereka.
Seperti saat ini. Kepala desa sebuah desa bernama Desa Weimar memanggil Gilang untuk membasmi sarang marmut merah raksasa yang mengganggu ladang mereka dan merusak perkebunan. Gilang telah melihat sendiri kerusakan yang ditimbulkan marmut - marmut itu dan ikut perihatin karena itu.
"Tuan Jagakota, apakah anda mau menangani serangan hama ini?," tanya kepala desa.
"Berapa bayaranku?," tanya Gilang.
"2.000 Gulden."
"Simpan 1.000 Gulden kalian untuk memperbaiki desa ini. Aku akam melakukannya untuk 1.000 Gulden."
"Anda baik sekali," kepala desa itu berterima kasih.
"Tapi, aku perlu informasi tentang serangan hama ini."
"Hm... kita bisa bicara di rumahku. Istriku sedang memasak sup labu Saxonia yang lezat. Sangat baik untuk cuaca dingin seperti sekarang."
Gilang setuju dan keduanya berjalan menuju rumah kepala desa. Gilang biasanya adalah orang yang hanya ingin melakukan sebuah perburuan yang sesuai dengan uang yang ia dapat. Terlebih lagi ia tahu seperti apa marmut merah raksasa, sifat mereka yang nokturnal, pelari yang cepat, serta ukuran mereka yang sebesar kuda poni.
Namun, Gilang memiliki sisi kemanusiaan tersendiri. Ia sadar desa ini hanyalah desa petani biasa yang untuk hidup saja warganya sudah pas - pasan. Akan tetapi, Gilang tetap dalam perinsipnya untuk melakukan perburuan yang sesuai bayaran. Sehingga Gilang hanya meminta separuh yang kepala desa tawarkan.
Setelah berjalan cukup lama, kedua orang itu, bersama keluarga kepala desa, menikmati semangkuk sup labu yang telah dibuat oleh istri kepala desa. Sup itu terasa agak hambar, namun masih enak jika diberikan roti yang telah dilumuri mentega.
"Jadi, sudah berapa lama hama - hama itu menyerang desa ini?," tanya Gilang.
"Sudah cukup lama, Tuan Jagakota," kata kepala desa, "mereka datang tiba - tiba saat malam hari beberapa minggu belakangan ini. Mereka juga sangat cepat dan beberapa bahkan bisa menggali ke dalam tanah."
"Apa warga desa melakukan sesuatu sebelum kedatanganku?"
"Ya, kami melakukan patroli rutin setiap malam. Tapi tetap saja kami gagal. Sembilan orang bahkan tewas karena serangan marmut itu."
"Marmut - marmut itu menjadi ganas?!"
"Iya. Ini tidak wajar. Kami dulu sering mengusir hama seperti ini setiap tahun. Tapi karena mereka menjadi ganas, kami akhirnya kewalahan."
Gilang berpikir bahwa perburuan kali ini akan menjadi perburuan yang berbahaya. Jika marmut - marmut itu telah membunuh orang, berarti mereka tidak akan ragu membunuhnya jika mereka bertemu. Tugas Gilang adalah menghancurkan sarang marmut - marmut itu. Akan tetapi menyerang sekarang akan berbahaya karena jumlah mereka masih banyak.
Namun, Gilang sudah memikirkan strateginya.
"Kepala desa," kata Gilang, "aku ingin desa ini meminjamkanku tali, kayu, dan perkakas sebelum jam satu siang."
....
Malam hari telah tiba dan keadaan desa telah sunyi. Seluruh penduduk desa mematikan apapun yang mengeluarkan cahaya dan berdiam diri di dalam rumah. Tapi, jika mereka melihat ke langit, bintang - bintang masih bercahaya dengan indah. Mereka melakukan itu karena kepala desa berkata bahwa Gilang ingin semua warga berada di dalam rumah dan kegelapan yang total.
KAMU SEDANG MEMBACA
This New World Is My Hunting Ground
FantasyGilang Jagakota adalah seorang pemuda yang datang ke sebuah Dunia Lain yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Karena kehidupannya yang kacau saat di dunia aslinya, ia memutuskan untuk menjadi seorang pemburu dan memulai awal yang baru. "Mangsa se...