When Darkness Fall Upon Visayas (part 2)

19 6 2
                                    

Visayas adalah daerah kepulauan sekaligus nama kota yang berada di bagian tengah Koloni Maharlika. Mayoritas penduduk Visayas adalah ras iblis berjenis aswang. Aswang adalah jenis iblis yang cukup kuat baik dari segi kekuatan maupun dari pengaruhnya di pemerintahan Koloni Maharlika. Saat Kerajaan Iberia menginvasi wilayah Visayas, hanya para aswang yang berpihak pada Iberia dari awal hingga akhir, sehingga pemerintahan wilayah Visayas dipercayakan kepada mereka.

Seperti yang penulis katakan sebelumnya, aswang adalah jenis iblis yang kuat. Mereka pada dasarnya adalah vampir, namun dengan sedikit perbedaan. Aswang mampu berubah wujud menjadi berbagai macam hewan. Seperti kebanyakan vampir, aswang juga lemah terhadap sinar matahari. Namun sinar matahari tidak membunuh mereka.

Secara fisik, di siang hari aswang sendiri mirip dengan manusia. Mereka memiliki kaki, tangan, telinga, dan fitur kemanusiaan lainnya. Yang membedakan hanyalah deretan gigi mereka yang tajam serta lidah mereka yang sangat panjang. Namun saat malam, para aswang menumbuhkan sepasang sayap serta kuku - kuku mereka. Mereka lalu pergi ke hutan untuk mencari makan dan kembali ke rumah mereka saat pagi menjelang.

"Visayas...," pikir Gilang saat ia dan murid - muridnya mencapai Kota Visayas, "tempat yang sangat sepi."

"Guru," kata Ise, "apa kita benar - benar ditugaskan di sini?"

"Benar Guru," Jan mendukung Ise, "di sini seperti kota mati. Apa klien kita salah?"

"Ini tugas resmi kerajaan jadi klien kita tidak mungkin salah," kata Gilang, "sekarang kita perlu bertemu dengan walikota Visayas. Ikut aku."

Dengan sebuah peta, Gilang mengajak murid - muridnya menyusuri Kota berarsitektur Iberia yang sepi itu. Hampir semua jendela dan toko ditutup. Hanya beberapa penjual makanan pinggir jalan saja yang terlihat di jalan. Itu juga yang berjualan adalah manusia dan demi human. Ketiganya lalu berhenti di sebuah toko kopi di mana mereka akan bertemu dengan walikota Visayas.

"Permisi," tegur Gilang kepada satu - satunya pelanggan kedai kopi itu, "apa Tuan adalah walikota Visayas?"

Perlu waktu yang cukup lama bagi orang itu untuk merespon pertanyaan Gilang, "ah ya, itu aku. A... apa kau pemburu yang Gubernur de Legapiz kirim?"

"Ya," Gilang lalu menawarkan tangannya, "namaku Gilang Jagakota dan ini anak buahku, Ise dan Jan."

"Silahkan duduk," kata walikota sebelum ia menguap.

Gilang, Jan, dan Ise lalu duduk di depan walikota. Walikota kemudian menguap kembali. Ia mengambil segelas kopi di sampingnya dan meminum habis kopi itu dalam sekali teguk.

"Namaku Juan Illoris, Walikota Kota Visayas," Tuan Illoris kembali menguap, "maafkan kondisiku yang sekarang. Aku tidak tidur dari kemarin siang karena aku mengawasi kau, Tuan Jagakota."

"Anda mengawasiku?," tanya Gilang penasaran.

"Ya, Tuan bahkan melihatku saat di kamarmu."

"Tunggu, Tuan adalah kucing itu?"

Tuan Illoris mengangguk, "aku tahu aku tidak sopan, tapi sebagai walikota Visayas, saya harus selalu melindungi perjalanan anda dan tim anda ini."

"Kenapa kami harus dilindungi?"

"Semuanya bermula ketika beberapa tetua kami mengalami... katakan saja kegilaan."

"Kegilaan?"

Tuan Illoris kembali mengangguk, "tidak ada yang tahu detailnya. Beberapa malam yang lalu para tetua kami menghilang dan saat hari kedua, mereka datang dari hutan dan menghisap darah siapa saja yang mereka temui."

This New World Is My Hunting GroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang