Gilang kini sedang berdiri di kantor pos dengan gagang telepon yang menempel di telinganya. Pemburu berkemeja hitam itu tidak sabar menunggu teleponnya diangkat oleh penerima telepon. Akhirnya setelah tiga kali mencoba, panggilan telepon Gilang dijawab.
"Halo?," kata penerima telepon, "siapa ini?"
"Dia!"
"Gilang, kau kah itu?," Dia menggoyangkan ekornya karena ia senang mendengar suara Gilang.
"Iya, ini aku," kata Gilang yang juga senang mendengar suara kekasihnya itu, "bagaimana kabar di rumah?"
"Itu..."
Gilang dapat mendengar suara berisik di telepon. Suaranya seperti seseorang sedang menghancurkan bangunan atau semacamnya. Selain itu, Gilang juga dapat mendengar suara mengeram yang mengerikan.
"Dia, apa kau baik - baik saja?," tanya Gilang, "apa yang terjadi? Haruskah aku pulang?"
"Oh tidak, itu tidak perlu," kata Dia, "ini... di rumah sedang ada pemasangan kabel untuk lampu listrik."
"Lampu listrik?"
Dia mengangguk, "seluruh rumah dan toko di Carniola dipasangi lampu listrik sekarang."
"Aku juga mendengar suara mengeram," kata Gilang, "apa itu?"
"Oh, mereka teknisi yang dikirim dari Westphalia. Mereka mayat hidup, jadi kadang mereka mengeram," kata Dia. Ia lalu berbisik, "mereka agak mengerikan, kalau boleh jujur."
"Kau yakin aku tidak perlu pulang?"
"Tidak perlu, aku yakin semua akan baik - baik saja."
Gilang diam beberapa waktu sebelum ia kembali berbicara. Ia terdiam karena apa yang akan ia katakan adalah sesuatu yang penting dan juga agak pribadi.
"Um... Dia," kata Gilang.
"Iya?"
"Apa kau hamil?"
"Hamil?," Dia memegang dan meraba perutnya yang masih rata seperti papan, "sepertinya belum."
"Begitu ya...," Gilang terdengar agak khawatir dengan sesuatu.
"Tenang saja, Gilang. Memang sedikit sulit bagi manusia dan demi human untuk memiliki anak."
"Dia, Me... menurutmu aku mandul?," Gilang mulai ketakutan sendiri.
"Apa?! Tentu saja tidak. Gilang, kau tenanglah. Jangan berpikir yang aneh - aneh. Aku dan Liam dulu harus menunggu empat tahun hingga punya anak. Santai saja."
Seorang pemburu lalu memanggil Gilang dari kejauhan. Gilang berbalik dan memberikan tanda bahwa ia akan menghampirinya sebentar lagi. Setelah itu, ia kembali ke telepon.
"Dia, aku ada urusan," kata Gilang, "aku akan menelepon lagi besok."
"Baik, aku tunggu," balas Dia.
"Aku mencintaimu."
"Aku juga," Dia lalu berbisik, "jangan lupa rencana kita saat kau pulang, ya..."
Gilang tersenyum dengan wajah yang memerah, "tentu saja. Tidak mungkin aku lupa."
Gilang menutup telepon itu dengan perasaan senang karena keadaan di rumah baik - baik saja. Yang membuatnya lebih senang lagi adalah karena ia bisa mendengar suara Dia walaupun hanya dari telepon. Suara kekasihnya itu membuat Gilang kembali bersemangat dalam melakukan perburuan.
"Gojiro," panggil Gilang, "kau sudah selesai menulis surat untuk orangtuamu?"
"Sebentar, bos," Gojiro terlihat sedang merogoh koceknya dalam - dalam, "aku yakin ada uang kecil di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
This New World Is My Hunting Ground
FantasiaGilang Jagakota adalah seorang pemuda yang datang ke sebuah Dunia Lain yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Karena kehidupannya yang kacau saat di dunia aslinya, ia memutuskan untuk menjadi seorang pemburu dan memulai awal yang baru. "Mangsa se...