Curse of The Devourers (part 1)

169 22 3
                                    

Satu lagi pagi yang cerah di Kepangeranan Carniola. Walaupun kini sudah memasuki musim dingin, tapi itu tidak menghalangi warga Carniola untuk melakukan aktivitas mereka. Semua distrik sedang sibuk dalam kegiatannya masing - masing. Termasuk Distrik Moltke tempat guild berdiri.

Gilang sedang menikmati segelas coklat panas di dalam guild yang hangat dan terang. Selain dengan coklat panas, Gilang juga sedang menikmati pagi itu dengan bacaan korannya yang ia bawa dari apartemen.

"Selamat pagi, Tuan Jagakota," kata Charlotte yang sedang duduk di depannya, "sedang membaca koran?"

"Iya," kata Gilang, "membaca sambil menunggu update papan guild."

"Oh... itu sebenarnya sudah di update tadi pagi buta."

"Benarkah? Tapi papannya sama saja seperti kemarin."

"Memang," Charlotte menghela nafasnya, "sekarang sedang musim dingin dan hewan - hewan sedang berhibernasi. Jadi misi sekarang ini sedang sepi."

"Semua karena undang - undang yang melindungi hewan di musim hibernasi, kan?," kata Gilang. Ia lalu menundukan kepalanya, "Ya ampun... kalau begini terus bagaimana aku membayar uang sewa apartemen?"

"Tapi sabar saja," kata Charlotte, "mungkin ada seseorang yang akan menawarkan misi nanti."

Baru saja Charlotte mengatakan hal itu, seorang pria dengan pakaian militer berwarna biru muda, tidak seperti warna pakaian militer Carniola yang berwarna kuning, memasuki guild dan menempelkan sesuatu di papan misi. Pria itu lalu duduk di sebuah kuris yang berada di salah satu sudut guild yang gelap.

"Sepertinya kau ada pekerjaan," Charlotte berdiri dan pergi, "aku akan kembali bekerja, dah."

Gilang mengangkat tangannya. Ia lalu berdiri dan mendatangi papan tersebut. Begitu juga dengan para pemburu yang lapar akan misi seperti dirinya.

"Misi berbahaya dengan taruhan nyawa," pikir Gilang, "jika kau punya nyali untuk mendapatkan uang dalam jumlah besar dengan taruhan nyawa, maka datanglah kepada pria bermantel biru muda di pojokan."

Gilang dan beberapa pemburu lainnya mendekati pria bermantel biru muda tersebut. Mereka merasa tertarik dengan tantangan dan uang besar yang dijanjikan oleh poster tersebut.

"Hm... sepertinya kalian punya nyali untuk mengambil misi ini," kata pria bermantel biru muda tersebut, "namaku Hopkins, tanyakan apapun yang kalian mau sebelum mengisi kontrak misi."

Seorang pemburu bertanya, "berapa hadiah yang kau janjikan?"

"Akan didiskusikan," kata Hopkins.

Para pemburu menjadi bersemangat. Mereka telah lama menunggu pekerjaan di musim dingin ini dan akhirnya ada pekerjaan dengan potensi bayaran yang tinggi. Akan tetapi, Gilang dan beberapa pemburu veteran tidak terlalu senang mendengar itu. Mereka justru menaruh curiga yang cukup tinggi kepada Hopkins. Kecurigaan itu juga diperkuat dengan perilaku dan bentuk wajah Hopkins yang terlihat penuh misteri dan terkesan dipenuhi kabut kelicikan.

"Baiklah Hopkins," seorang pemburu wanita veteran mendekati Hopkins, "apa yang akan kita buru."

"Mahluk yang menyeramkan dan buas," kata Hopkins.

"Katakan dengan spesifik, sialan!"

Seorang pemburu yang lain lalu memegang pundak pemburu wanita veteran itu. Ia berusaha untuk menenangkan pemburu wanita veteran tersebut.

"Sayang, tenangkanlah dirimu. Walau kau tidak suka dia, tapi dia masih calon pelanggan kita," kata pemburu tersebut.

Pemburu wanita veteran itu menghela nafasnya, "benar, maafkan aku Tuan Hopkins."

Hopkins menganggukan kepalanya dan mengubah gaya duduknya menjadi lebih serius.

"Baiklah, sesuai permintaan Nona..."

"Nyonya, Nyonya Guderian."

"Sesuai permintaan Nyonya Guderian di sini, aku akan membuka mulut tentang apa yang akan kalian buru. Namun kuperingatkan, aku yakin hanya sedikit dari kalian yang akan punya nyali untuk menerima misi ini."

Hopkins lalu mencondongkan badannya ke arah para pemburu dan memasang tatapan yang serius. Ia lalu mulai bercerita.

"Apa kalian pernah mendengar tentang wendigo?," tanya Hopkins.

"Ya, itu hanya mitos di antara kami para pemburu agar kami tidak memburu hewan saat musim hibernasi."

"Ah... di situ kau salah, Nyonya Guderian. Mitos itu nyata dan militer negaraku, Yorkshire, sedang menghadapai monster ini. Laporan orang hilang di pegunungan sangat banyak dan para pemburu kami mulai kelelahan. Selain itu, saksi mata juga sudah banyak."

Wendigo adalah ras iblis yang telah punah sejak ratusan tahun yang lalu. Tidak seperti kebanyak ras iblis yang pandai serta berakal sehat, wendigo adalah iblis pemakan daging yang buas dan tidak berakal. Mereka memakan daging manusia dan demi human yang melintas ke wilayah mereka saat musim dingin. Tidak jarang mereka juga memakan sesama iblis. Selain memakan daging ketiga ras, gigitan mereka juga mampu mengubah siapapun menjadi wendigo. Wendigo pada akhirnya diburu hingga punah sekitar 200 tahun yang lalu.

Setelah mendengar penjelasan dari Hopkins, para pemburu mulai tidak tertarik dengan misi yang diberikan Hopkins. Antara mereka ketakutan atau merasa bahwa misi yang diberikan oleh Hopkins adalah hal yang tidak masuk akal. 'Bagaimana mungkin sebuah ras yang telah musnah bisa muncul kembali?' Itulah yang ada di pikiran mereka yang berpikir logis.

"Pada menyerah, ya?," Hopkins tertawa dan mulai menghisap cerutu.

Ketika semuanya beranjak pergi, Gilang masih berdiri di depan Hopkins yang sedang merokok dengan santainya. Hopkins membuka sebelah matanya dan menurunkan kakinya dari meja agar terlihat lebih sopan.

"Kau tidak pergi, nak?," kata Hopkins, "kau tidak ketakutan?"

"Aku tidak takut dengan misi ini," kata Gilang dingin, "aku hanya takut jika bayaran misi ini tidak sebanyak yang kupikirkan."

"Bayaran ya... apa 10.000 Gulden per kepala hewan itu cukup untukmu?"

"Kau bercanda, ya? Kau pikir aku pemburu amatir yang tidak tahu seperti apa wendigo yang sebenarnya?"

"Baiklah Tuan Pemburu Profesional," Hopkins menggunakan nada yang sarkastik, "aku akan memberikanmu 12.000 Gulden per kepala."

"15.000 dan kita sepekat."

"Hah! aku bahkan tidak tahu sehebat apa dirimu dan kau sok jual mahal. Lupakan saja."

"Kau tidak tahu?," kata Gilang. Ia lalu melihat Charlotte yang sedang membawa bekas makanan, "Charlotte, bisa kau bawakan kill list buruanku?"

"Sebentar ya."

Tidak lama kemudian, Charlotte membawakan sebuah buku yang berisikan kill list setiap pemburu resmi yang terdaftar di guild. Charlotte lalu membuka kill list Gilang dan menunjukannya kepada Hopkins serta Gilang.

"Gilang Jagakota telah bergabung menjadi pemburu di guild ini selama tiga tahun dan telah membunuh sekitar 623 hewan sesuai permintaan di papan misi guild," jelas Charlotte.

Hopkins melihat kill list Gilang dan terlihat puas. Hopkins sepertinya menilai Gilang sebagai pemburu yang kompeten dan berpengalaman. Ia akhirnya mengangguk dan mengeluarkan kertas kontrak. Ia lalu menulis namanya dan jumlah uang yang keduanya telah mereka setujui.

"15.000 per kepala sesuai keinginanmu, Tuan Jagakota," kata Hopkins sambil menyerahkan kertas kontrak kepada Gilang, "silahkan ditanda tangani."

Gilang mengambil kertas kontrak tersebut dan menulis nama serta tanda tangannya dengan senyum kepuasan yang lebar. Setelah selesai, Hopkins mengambil kembali surat itu memasukannya kembali ke mantelnya.

"Temui aku dua hari lagi di sini. Kita akan berangkat saat hari itu," kata Hopkins.

This New World Is My Hunting GroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang