The Gate To Afterlife (part 5) + Ending

40 7 1
                                    

Gilang, Ise, Jean, Gojiro, dan Albany saat ini sedang menunduk hormat di depan Kaisar Kansai yang sedang duduk di tempat duduk kehormatannya. Di depan kelimanya, terdapat sebuah kotak kayu berisikan batu giok dan cermin perunggu. Setelah Kaisar mempersilahkan mereka untuk berdiri, Gilang melepas pedang kekaisaran dan menunjukannya sambil membungkuk.

"Aku melihatmu membawakan semua yang pernah hilang dari kepunyaanku," kata Kaisar Kansai.

Kaisar lalu meminta para pelayannya untuk mengambil ketiga barang tersebut, termasuk pedang kekaisaran di tangan Gilang. Gilang lalu berjalan mundur agar berdiri sejajar dengan yang lain.

Kaisar lalu melanjutkan, "perbuatan kalian adalah sebuah perbuatan yang sangat terpuji. Aku dan negeri ini sangat berterima kasih kepada kalian. Katakan, apa ada yang ingin kalian inginkan sebagai hadiah?"

Kelimanya melihat satu sama lain. Gilang lalu memberi isyarat kepada Ise untuk segera berbicara terlebih dahulu.

"Yang Mulia," kata Ise, "aku ingin Yang Mulia mengampuni seseorang."

"Siapa yang harus kuampuni?," tanya Kaisar.

"Guru Besar Kuil Agung Ise, Mirasaku Enyaku dan pengikutnya, Hirusa Ito."

"Mirasaku Enyaku... dia seorang pemberontak, benar?"

Ise mengangguk, "itu benar. Tapi dia tidak sepenuhnya bersalah. Ia terpaksa ikut memberontak agar suatu saat ia bisa memberikan cermin perunggu kekaisaran kepada Yang Mulia. Ia ikut memberontak agar cermin itu tetap bisa ia jaga sendiri."

"Nona, aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu. Para pemberontak harus dihukum dan hukuman pemberontak sangat berat."

"Aku...," Ise terlihat sedih hingga telinga serta kesembilan ekornya turun.

"Tapi, aku bisa mengasingkan mereka dari negeri ini. Mereka masih bisa hidup, tapi mereka tidak boleh lagi kembali ke Kansai. Jika mereka kembali, mereka akan digantung."

"Terima kasih, Yang Mulia," Ise membungkuk hormat.

Kaisar Kansai lalu mempersilahkan yang lainnya untuk meminta apa yang mereka inginkan. Jean mengingkan seekor kuda, Gojiro menginginkan sekotak penuh sake Istana Kamakura yang terkenal, sementara Albany menginginkan satu set lengkap mata tombak. Kini, giliran Gilang untuk meminta. Gilang sebenarnya tidak ingin apa - apa karena ia tahu Susanoo akan memberikan sesuatu yang berharga. Namun akan kasar jika tidak meminta sesuatu.

"Yang Mulia, saya tidak lebih dari pemburu sederhana. Namun, saya harap saya bisa..."

Gilang tiba - tiba merasa tubuhnya sangat sakit. Gilang yang awalnya berdiri kini berlutut sambil menahan rasa sakit yang berada di dadanya. Ise, Albany, Gojiro, dan Jean dengan cepat menghampiri Gilang untuk memeriksa kondisinya. Perilaku Gilang itu juga memancing perhatian Kaisar dan ia memerintahkan salah satu pelayannya untuk memeriksa pemburu itu.

"Guru, kau tidak apa - apa?," tanya Jean.

"Kereta...," kata Gilang yang sedang menahan rasa sakit, "aku minta kereta ke Shimane, sekarang!"

Gojiro mengangguk. Oni itu dengan cepat membungkuk ke hadapan Kaisar.

"Yang Mulia, Guruku meminta kereta langsung ke Shimane sekarang."

"Tidakah dia seharusnya dirawat?," tanya Kaisar.

Gilang memberikan tanda menolak kepada Gojiro.

"Maaf Yang Mulia, namun Guruku berkeras untuk pergi ke Shimane."

....

Gilang digotong keluar kereta ketika mereka telah mencapai Shimane. Kondisi Gilang terlihat kurang baik. Wajah Gilang memucat dan ia tampak sangat kesakitan. Perjalanan beberapa jam di kereta pasti telah menghabiskan tenaganya.

This New World Is My Hunting GroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang