Saat musim semi telah tiba di Kota Casa del Sol, Gilang memutuskan untuk mulai melatih ketiga pemburu liar yang ia bebaskan. Sebelumnya Gilang telah mengenalkan ketiga pemburu tersebut kepada warga kota agar pandangan mereka kepada ketiga bekas pemburu liar itu menjadi lebih baik. Awalnya mereka memang tidak diterima dengan baik, terutama di kalangan prajurit. Namun pada akhirnya warga Casa del Sol bersedia menerima mereka. Ketiga murid baru Gilang memiliki latar belakang dan asal - usul yang berbeda. Namun tujuan mereka saat menjadi pemburu liar sama, yaitu uang.
Jean Roccheau adalah yang tertua di antara para rekrutan baru, sekitar 17 tahun. Pemuda Normandia berambut karamel pendek itu dulunya hanyalah petani biasa. Namun sejak pajak per orang di Normandia naik, Jean yang miskin memutuskan untuk menjadi pemburu liar demi membuat rumah dan membeli lahan baru di sekitar Breitagne Timur.
Yamada Ise pernah menjadi seorang biarawati di kampung halamannya di Echigo, Kansai bagian utara. Akan tetapi wanita kitsune berambut jingga dikepang itu dinilai terlalu duniawi serta sangat berorientasi pada uang, sehingga ia ditendang keluar dari kuil tempat ia berbakti. Sempat bergonta - ganti pekerjaan, Ise akhirnya menjadi pemburu liar karena keuntungan yang didapat cukup banyak.
Yang terakhir adalah Jan Laffey. Dahulu ia adalah seorang pelaut dari Hornn, sebuah negeri di bagian utara Breitagne Timur yang dipenuhi oleh kincir angin dan tulip. Jan adalah seorang darah biru. Namun ibunya hanya seorang gundik, sehingga ia tidak diakui sebagai anggota keluarga kerajaan. Setelah ia dipecat dari perusahaan dagang tempat ia bekerja dulu, Jan akhirnya memutuskan untuk kabur dan menjadi seorang pemburu liar."
"Baik, mulai hari ini kita akan mulai berlatih teknik dasar cara berburu yang efektif," kata Gilang, "ada pertanyaan?"
Ise lalu mengangkat tangannya, "apa menjadi pemburu legal menghasilkan banyak uang?"
"Tentu," jawab Gilang, "aku seorang pemburu legal dan aku bisa membuat kastil seperti ini. Asalkan kalian rajin menabung dan tidak menghabiskan uang untuk sesuatu yang tidak penting, kalian bisa memiliki banyak uang."
Jan lalu mengangkat tangannya, "berapa uang yang kita dapat per bulannya?"
"Per bulan? Tentu saja tidak. Kalian dibayar sesuai tugas yang kalian kerjakan," kata Gilang, "memangnya pemburu liar dibayar per bulan?"
"Kami hanya anak buah, jadi kami dibayar per bulan."
Gilang lalu memperhatikan Jean. Jean sepertinya adalah seorang yang tidak banyak bicara atau mungkin tidak pernah bicara jika tidak diajak berbicara terlebih dahulu.
"Jean, ada pertanyaan?," tanya Gilang.
"Ti... tidak ada," kata Jean sedikit kaget.
"Jangan takut jika ingin mengatakan sesuatu. Aku orang yang cukup terbuka."
Jean mengangguk. Gilang lalu menyuruh ketiga murid barunya itu untuk mengambil busur beserta anak panah mereka untuk memeriksa seberapa ahli mereka dalam memanah. Gilang yakin mereka sudah bisa memanah mengingat mereka adalah bekas pemburu liar. Namun...
"Kalian...," Gilang menghela nafasnya sambil memijat dahinya, "kalian tidak bisa memanah ya?"
Di luar dugaan Gilang, ketiganya sangat payah dalam memanah. Anak panah Jan dan Ise malah mendarat di depan kaki mereka. Kondisi ini mengingatkannya pada Gojiro. Bedanya dia dapat melakukannya dengan lebih baik walaupun dia jarang berburu sebelum menjadi murid Gilang. Ketiga pemburu itu hanya tersenyum dan tertawa canggung melihat ekspresi guru mereka.
"Apa kalian bisa memakai senjata?," tanya Gilang.
"Ah... aku lebih baik dalam melempar harfun dan tombak," kata Jan.
KAMU SEDANG MEMBACA
This New World Is My Hunting Ground
FantasyGilang Jagakota adalah seorang pemuda yang datang ke sebuah Dunia Lain yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Karena kehidupannya yang kacau saat di dunia aslinya, ia memutuskan untuk menjadi seorang pemburu dan memulai awal yang baru. "Mangsa se...