Curse of The Devourers (part 3)

117 21 0
                                    

Gilang terbangun dengan kepala yang sakit. Ia sama sekali tidak bisa tidur dengan tenang semalam. Suara - suara aneh terus saja membangunkannya di tengah malam setiap kali ia memejamkan matanya. Namun, sepertinya kelima pemburu di kamarnya dapat tidur dengan nyenyak. Gilang memutuskan untuk pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahnya agar sakit kepalanya berkurang.

Sekarang jam menunjukan pukul 6.30 pagi. Setengah jam sebelum sarapan dibagikan. Seharusnya langit sudah terang sekarang, tetapi sekarang masih gelap akibat awan musim dingin yang menjatuhkan butiran - butiran salju. Butiran - butiran yang turun memang tidak besar, tapi Gilang yakin butiran - butiran itu akan mempertebal lapisan salju di bumi jika berlangsung lama.

Setelah menyegarkan kepalanya, ia turun ke dapur untuk mengambil air hangat. Ia merasa sangat haus dan air minum di kamarnya sangat dingin.

"Permisi, aku ingin air hangat," kata Gilang, "boleh aku minta segelas?,"

Ini aneh. Tidak ada seorang pun di dalam dapur. Seharusnya ada sekelompok tukang masak yang sedang memasak sarapan untuk para pemburu. Gilang menilai sesuatu yang tidak biasa sedang terjadi. Ia lalu bergegas untuk keluar dari dapur dan membangunkan para pemburu yang lain.

"Kalian, ayo bangunlah!," kata Gilang yang sedang mengetuk sebuah pintu.

Tidak ada jawaban. Gilang memutuskan untuk mengetuk pintu yang lainnya, tapi tidak ada jawaban juga. Suara ketukan Gilang membangunkan Tuan dan Nyonya Guderian, juga Nuzkov bersaudara.

"Tuan Jagakota, ada ribut - ribut apa pagi - pagi begini?," tanya Tuan Guderian.

"Tuan, ada yang tidak beres dengan mansion ini."

Gilang lalu menjelaskan apa yang sedang terjadi di mansion. Terutama dengan apa yang ia temukam di dapur. Tuan Guderian dan yang lainnya juga merasakan sesuatu yang aneh. Mereka lalu mengetuk - ngetuk setiap kamar kelompok pemburu yang lain. Namun tidak ada jawaban.

Dengan arahan Tuan Guderian, para pemburu tersebut memutuskan untuk mendobrak setiap pintu kamar. Mereka terkejut ketika melihat apa yang terjadi di dalam kamar. Para pemburu veteran, dengan kemampuan dan keahlian berburu yang sangat memumpuni, terbunuh di atas ranjang mereka masing - masing.

"Astaga...," kata Gilang ketakutan, "a... apa - apaan ini? Mayat - mayat ini..."

"Semua mayat di sini habis dimakan," kata Tuan Guderian sambil memeriksa salah satu mayat, "ada bekas gigitan di sini."

Tuan Guderian lalu meminta semua pemburu untuk berkumpul. Keadaan sekarang sangat genting dan Tuan Guderian meminta setiap pemburu yang tersisa untuk mengeluarkan pendapat tentang apa yang harus mereka lakukan sekarang.

"Baik, menurut kalian apa yang harus kita lakukan?," tanya Tuan Guderian.

"Menurutku kita harus pindah," kata  Alexandrov, "jika para wendigo menyerang tempat ini lagi, habis sudah kita."

"Memangnya kau tahu dari mana jika mereka akan menyerang lagi?"

"Jika kita masih tinggal, mereka akan merasakan aktivitas mahluk hidup dan menyerang kita lagi."

Nyonya Guderian lalu memotong pembicaraan keduanya.

"Tunggu, jika para pemburu di sini dibunuh kenapa kita tidak menjadi korban?"

"Aku juga bingung," kata Tuan Guderian, "kenapa wendigo tidak menyerang kita adalah sesuatu yang aneh."

"Mungkin ada kaitannya dengan selimut di pintu dan jendela?"

Gilang memutuskan untuk membuka mulut. Ia menceritakan pertemuannya dengan gadis penjual korek api misterius di kota dan tentang apa yang ia katakan kepada Gilang. Ia juga mengatakan bahwa menggangtung selimut di pintu dan jendela adalah perbuatannya.

This New World Is My Hunting GroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang