Bakekujira (part 5)

66 12 0
                                    

Hujan turun dengan deras di Shimane. Seluruh kota hingga desa terlihat sangat gelap. Tidak ada lentera atau lampu yang menerangi Shimane, hanya lampu gas di jalan - jalan kota yang berjumlah sedikit yang mampu bertahan untuk menerangi sore berawan gelap itu. Para penduduk yang ketakutan tidak berani untuk keluar dan memilih untuk mengunci jendalas serta pintu rumah mereka.

Tidak seperti kebanyakan penduduk yang tidak berani keluar di tengah badai yang ganas itu, terdapat sekelompok kecil nelayan dengan kapal pemburu paus yang memutuskan untuk melaut dan berburu ikan paus yang mereka cari - cari. Di antara para nelayan itu, terdapat tiga orang pemburu, dua pemburu veteran dan seorang pemburu biasa, yang ikut dalam perburuan ikan paus tersebut.

"Baik semuanya," kata Tuan Yamazaki yang berbicara kepada regu berisi lima orangnya, "kita akan turun dari kapal ini dengan sampan. Bakekujira hanya memiliki tulang. Jika sampan kita sudah dekat dengannya, lempar pengait kalian ke ikan paus itu. Setelah itu ambil kapak di punggung kalian dan hancurkan tulang - tulangnya."

Kelima anggota kelompok Tuan Yamazaki mengangguk paham. Tidak lama kemudian, seorang awak kapal berteriak dan menunjuk ke arah sebuah ikan paus berwarna putih yang dikelilingi oleh burung - burung yang berterbangan di atasnya.

"Kalian cepatlah naik ke sampan," kata Tuan Yamazaki, "perburuan akan segera di mulai."

Tuan Yamazaki beserta timnya menaiki sebuah sampan. Beberapa awak kapal lalu menurunkan sampan tersebut. Setelah sampan itu turun, dua orang pemburu ikan paus yang menjadi anggota tim Tuan Yamazaki mendayung sampan mereka di tengah ombak yang naik dan turun dengan ganas. Begitu juga dengan empat sampan yang masing - masing berisikan enam orang.

"Apa itu yang namanya bakekujira?," kata Tuan Guderian sambil menunjuk seekor ikan paus dari kejauhan, "dia paus yang besar, ya?"

"Tuan Guderian," kata Gilang, "apa kau pernah berburu ikan paus sebelumnya?"

"Tentu pernah," kata Tuan Guderian, "aku dulu bekerja di perusahaan penangkap ikan paus, jadi aku tahu seperti apa rasanya menangkap ikan paus."

"Bagaimana denganmu, Nyonya Guderian?," tanya Gilang, "kau pernah menangkap ikan paus?"

"Belum," jawab Nyonya Guderian, "tapi karena Ryker bilang akan seru, aku putuskan untuk ikut."

Sampan mereka perlahan mendekati bakekujira. Semakin dekat, semakin jelas juga bahwa bakekujira hanyalah seekor ikan paus yang terbuat dari tulang belulang ikan paus.

Burung - burung yang aneh semakin lama semakin banyak berterbangan di atas mereka. Burung - burung itu tidak memiliki kaki dan sayap mereka bukan sayap bulu, namun lebih mirip sayap kelelewar. Selain itu, kepala burung - burung itu sangat aneh dengan leher yang panjang seperti ular. Selain kedua keanehan itu, ekor burung itu memiliki ujung seperti anak panah.

Tidak hanya burung - burung aneh, ikan - ikan aneh juga melompat - lompat dalam jumlah banyak dari permukaan air. Ikan - ikan itu memiliki badan yang mirip seperti ikan biasa. Tapi, ikan - ikan itu memiliki sirip berupa tiga buah duri yang tajam dan besar. Mata ikan ini juga besar serta berwarna kuning menyela. Hal yang paling aneh dari ikan ini adalah ikan ini memiliki hidung berupa dua buah lubang yang mirip dengan lubang hidung sebuah tengkorak.

"Semakin dekat, semakin aneh keadaannya," kata Tuan Guderian, "apa mereka akan menyerang kita?"

"Tidak, abaikan saja mereka," Tuan Yamazaki lalu mengambil sebuah tali pengait di pinggangnya setelah melihat rusuk bakekujira, "keluarkan tali kalian sekarang."

Semua orang di seluruh sampan mengeluarkan tali pengait mereka dan melemparnya. Sampan mereka tidak bisa lagi mendekati ikan paus itu karena ikan paus tersebut terus mengayunkan ekornya dan berpotensi untuk menghancurkan sampan mereka. Sehingga, seluruh pemburu paus akhirnya harus menceburkan diri mereka ke permukaaan laut.

This New World Is My Hunting GroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang