[II] 12 : Genus Datura

705 86 7
                                    

Jongsuk terduduk dengan kacamata yang bertengger.  Ditengah malam ini dan ditemani dengan berkas-berkas yang ada, ia masih saja terjaga dan menyelesaikannya. Ini semua dipertaruhkan untuk mengeluarkan anak kandungnya dari jebakan itu.

Telfon didepannya tiba-tiba berdering. Ia menggapai telfonnya dan mendekati benda kotak itu di telinganya.

"Yeobseo?" Ucapnya.

"Tuan Lee, saya sudah meneliti sampel yang anda kirimkan saat itu. Sungguh saya membawa kabar baik hari ini." Ucap Professor bernama Park Bogum.

Jongsuk terdiam sejenak. "Apa itu?" Tanya-nya.

"Sampel obat itu memiliki zat Alkasoid, zat basa pada bunga berbahaya nomor 2 didunia. Alkasoid sering kali sangat beracun untuk manusia. terdiri dari antropin, hiosiamin dan skopolamin...." Jelasnya yang mulai membuat Jongsuk jenuh

"Ya Bogum-ssi! Bisakah langsung ke intinya?" Ucap Jongsuk kesal.

"Hahahah oke baiklah. Bunga ini bernama Genus Datura, bunga terompet paling berbahaya didunia. Di India obat ini disalahgunakan untuk membius hewan persembahan untuk para dewa. Bunga ini juga termasuk dalam zat-zat yang dimiliki pada obat-obatan Narkotika. Dalam bunga ini terdapat zat Heroin yang membuat orang-orang halusinasi. Dan juga penyebab mereka amnesia karena menyerang langsung ke sistem saraf pusat. Bahkan parahnya lagi penyebab gagal jantung. Obat atau racun ini menggunakan proses metode Ekstraksi. Sebenarnya ini adalah obat untuk orang-orang yang mempunyai riwayat asma. Tapi karena dosis yang mereka gunakan sangatlah melibihi kadar dosis pada umumnya, alhasil tumbuhan yang sebenarnya untuk menolong orang-orang, malah membunuh mereka dengan cepat." Jelas Park Bogum mengambil jeda sejenak.

Ia menarik nafasnya. Tak sadar jika Jongsuk sudah terdiam, penglihatannya seketika memburam akibat airmata yang dia bendung selama pernyataan itu berlangsung.

"Hem, ini mungkin gejala-gejala yang diterima para penghuni asrama disana. Setiap orang disuntik akan pingsan dan lemas pada tahap awalnya, dan berangsur ke tahap berikutnya Amnesia dan Halusinasi. Mungkin dia adalah orang profesional yang sangat hati-hati. Ini jelas-jelas kejahatan terbesar didunia bukan? Inspektur?" Tanya sang Professor.

Tak ada jawaban dari jongsuk.

"Inspektur? Apa anda masih disana? Dengarkan baik-baik, saya juga memiliki seorang anak sepertimu, meninggalkannya seminggu untuk berkerja di Lab saja begitu berat. Sebagai orang tua pasti menginginkan anaknya yang terbaik. Anda adalah salah satu orang tua itu." Ujar Park Bogum yang menenangkan Jongsuk.

Jongsuk melepas kacamatanya, ia mengusap kedua matanya itu dengan punggung tangannya.

"Ini mungkin balasan dari apa yang saya lakukan pada beberapa tahun yang lalu." Jongsuk tak bisa menahan dirinya.

"Ayolah itu sudah bertahun-tahun lamanya. Anda memang pembunuh berantai dimasa mudamu, anda juga sudah bertahun-tahun didalam sel dan melakukan konsultasi berkali-kali. Semua pengalaman itu anda buat sebagai pelajaran dan berpikir untuk tak mengulangi kejadian itu lagi, Tuan Jongsuk. Belajarlah dari kesalahan." Professor duduk dengan tubuh tang bersandar dikursinya.

Professor benar, ia harus belajar dari kesalahan itu. Mengingat kejadian berdarah pada beberapa tahun silam memanglah kelam.

Pada umur 18, Lee Jongsuk mulai melakukan aksinya, dimulai dari seorang gadis cantik dikelasnya. Ia membunuhnya dengan cara menusuk 12 kali dibagian dada gadis itu. Rasa ketagihan dan puas yang diperolehnya, membuatnya terus menarik kedalam aksi pembunuhan itu berkali-kali. Alhasil dia menjadi seorang pembunuh berantai dalam 2 tahun berturut-turut, dan paling dicari.

Usai terlepas dari aksi tersebut, ia akhirnya diborgol dan ditahan oleh kepolisian nasional. Saat dirinya di interogasi, dan disaksikan oleh kepala dan beberapa orang penting disana, ia berniat bernegosiasi agar kurungannya berkurang dengan imbalan dia akan membantu kepolisian untuk mengangani beberapa kasus yang belum terselesaikan. Mereka akhirnya berdiskusi dan melihat latar belakang Jongsuk yang cerdas dan memiliki banyak penghargaan di sekolahnya.

Dorm Life : Live With A Hundred PrincesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang