51 : Pilihanku

1K 144 3
                                    

Hingga efek obat itu hilang saat mereka terlelap dari tidur. Sayangnya beberapa dari mereka tak bisa tertidur karena memikirkan apa mereka bisa sembuh? Atau memikirkan hal lainnya.

Pagi hari, suara merdunya burung-burung yang bertengger di dahan pohon membuat mereka terbangun. Sampai saat itu mereka hanya bisa melakukan aktivitas seperti biasannya, dan melupakan segalanya. Hanya saya mereka terdiam saat kamu datang, anak kos hanya sibuk dengan pikiran masing. Beberapa ada yang berusaha menjauh darimu.

"Pagi semua." Sapamu sebari tersenyum seperti biasa. Tapi tak ada jawab sama sekali dari mereka. Kamu hanya bisa diam dan memasuki dapur. Kini giliranmu yang memasak sarapan untuk mereka.

Kamu lantas membawa makanan itu ke meja makan. Tak ada yang menggubris bahkan menyempatkan diri memandangimu sedikit saja. Kamu dianggap tak ada bagi mereka, bagaikan hembusan angin.

Sampai akhirnya kamu memutuskan untuk tak ikut sarapan dengan mereka dan berlalu pergi begitu saja ke sekolah tanpa mengatakan sepatah katapun.

"Kamu mau kemana (Y/n)? Ada masalah?" Tanya Jungkook yang menghentikanmu. Kamu akhirnya berhenti, sejenak kamu terdiam dan menoleh.

"Eumm gapapa. Maaf aku berangkat duluan, aku mau baca buku diperpustakaan sebelum ujian." Jelasmu yang langsung melangkah dan menutup pintu dengan rapat.

"Mereka masih sempat mengasihaniku walaupun aku ini seorang penghianat diantara mereka. Maafkan aku teman-teman, aku terpaksa melakukan ini agar aku mendapatkan teman-teman...."

Sesampainya kamu disekolah, kamu lalu berterimakasih kepada supir pribadi ayahmu. Yeah, hari ini kamu tertolong dengan sang supir pribadi Yunho. Kalau tidak, kamu akan pergi berjalan kaki hingga menemukan dimana halte berada.

Kamu menghembuskan nafasmu. "Memulai hidup seperti awal aku di LA. Berjuang walaupun tetap sendiri..."

Kamu lalu memasang earphonemu, menyupal kedua telingamu dengan musik-musik yang membuatmu tenang hari ini.

Jika dikisahkan. Dulu, saat kamu menginjak dibangku SMP, kamu adalah salah satu murid yang terpopuler disekolahmu. Pintar, kaya raya, cantik dan gadis yang paling sopan. Tapi sayangnya tak ada seorangpun yang bisa menjadikanmu teman. Tak ada satupun sampai saat itu. Hingga pada saat itu seorang kakak kelasmu yang berani mendekatimu dan mengajarimu banyak hal. Dia adalah teman awal yang terakhirmu. Sesuatu hal buruk terjadi, beberapa hari kemudian pria itu tak kunjung datang padahal kau begitu menantikan kedatangannya dan membuatkannya secangkir teh hijau kesukaannya. Berkali pula kamu kesepian. Hingga kau menghampirinya di sebuah lorong sempit dimana tempatnya dia tinggal. Dan ternyata temanmu itu dipukul habis-habisan oleh beberpaa ini pria tinggi yang memalak paksa temanmu itu. Mata hijau dan tubuh dengan sisik seperti ular adalah dirimu yang kini menyerang pria-pria itu dengan ganasnya. Mereka semua teracuni. Dan tatapan temanmu yang kini ketakutan itu berlari kencang. Inilah alasan kenapa kamu dijauhi temanmu dan diejek teman-teman manusia ular. Dan dari itu kamu disebut sebagai titisan medusa.

Tapi hal itu terjadi karena sang ayah yang membuatmu seperti ini. Dia mengujimu sebagaimana seperti menguji kelinci percobaan dengan ramuannya.

"Kamu sendirian aja." Ucap seseorang yang mendekatimu dan duduk didepanmu.

Kamu hanya terdiam.

"Tumben banget. Si anak curut-curut gue kemana ye? Biasanya disebelah (Y/n) terus? Lagi pundungan (ngambek) ye?" Tanya Hyungseob.

Kamu menggelengkan kepalamu. Hyungseob tambah menatapmu dengan tajam. Ia yakin apa yang diucapkannya.

"Oh bener berarti yaudah deh gak usah nanya lagi nanti malah kepikiran masalahnya." Ucap Hyungseob yang malah terfokuskan pada tabletnya.

Dorm Life : Live With A Hundred PrincesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang