#20

24 5 15
                                    

WC dan Vincent

******

Cecep terlihat tidak bersemangat hari itu. Bahkan saat belajar biologi, dia tidak ikut heboh bersama yang lain. Sebenarnya hari itu mereka tidak belajar biologi, tapi ya sudahlah, itulah gambaran bagaimana Cecep benar-benar sedih hari itu.

Alasannya? Dia diputusin Andin, dan tidak ada yang tahu kapan mereka pacaran tiba-tiba saja putus. Cecep sudah berusaha membujuk Andin agar mengurungkan niatnya. Andin menolak karena Cecep selingkuh katanya, padahal tidak. Andin terus saja menolak Cecep kemudian meninggalkan Cecep saat jam istirahat pertama.

Saat istirahat kedua, Cecep tidak pergi ke mushalla bersama yang lainnya. Cecep malah pergi ke tempat yang cukup sepi. WC cowok, di depan WC itu ada pendopo tempat Rio dan para mantan Kunyang bertengkar beberapa waktu lalu. Namun Cecep tidak sendiri, dia ditemani oleh pisau silet dalam kantong celananya.

Andin yang dari tadi menguntit Cecep nampak tersenyum.

'Temanmu akan mati di sini, Amaneth!'
Batin Andin

Memang, bel istirahat baru berbunyi sekitar 5 menit lalu. Ya, murid yang beragama Islam pergi shalat zhuhur di mushalla sekolah dan yang tidak, mereka memakan bekal atau makan di kantin. Jadi sekolah cukup sepi pada menit-menit pertama bel berbunyi.

Silet itu memantulkan sinar matahari seolah ingin memberitahu Cecep bahwa dirinya bisa melukai Cecep.
Dan itulah yang diinginkan Cecep, tidak.. lebih dari itu..
Cecep ingin bunuh diri.

Tiba-tiba..

Tap!

Seseorang datang dan menahan Cecep yang hampir menggores tangannya sendiri dengan pisau silet itu.

'Dari mana dia datang? Kenapa aku tidak sadar?'
Batin Andin terkejut

"Kau tidak akan benar-benar bunuh diri bukan?"
Kata Jang yang menahan tangan Cecep

"Kau tidak akan benar-benar tertipu bukan?"
Cecep kemudian berdiri

Andin kesal karena rencananya gagal. Yura pasti kecewa.

"Hal yang bodoh jika kita bunuh diri"
Perkataan Cecep itu membuat Andin heran, apa maksudnya itu?

Andin masih mengintai di sekitar sana mencoba memahami apa yang telah terjadi.

"Mantanmu itu namanya Andin bukan? Orangnya yang mana?"
Jang

"Lihat ini!"
Cecep melemparkan pisau siletnya ke tempat Andin sedang mengintai.

Melihat ada sebuah pisau silet yang terbang dan mendarat tepat di samping kaki kirinya, membuat Andin cemas kalau dia sudah ketahuan.

Baru saja berbalik badan, sudah ada Amaneth yang berdiri di hadapannya.
Amaneth segera menahan Andin agar tidak pergi, Jang dan Cecep menghampiri Amaneth.

Andin menatap Cecep penuh marah.
Cecep hanya tersenyum.

"Cecep, kau belum shalat bukan?"
Jang

"Oh iya! Terima kasih sudah mengingatkanku, Jang!"
Cecep berlari menuju mushalla.

"Apa yang kalian inginkan dariku?"
Andin memandang benci kepada Amaneth

"Apa benar kau adalah Kunyang?"
Amaneth mencekik Andin

"Ya, mantannya Hans, Albert, Samson, Casimo, dan yang lainnya"
Jang menambah

"I-iya, itu adalah aku!"
Andin

"Baiklah"
Amaneth melepaskan Andin

Andin pun segera pergi dari sana, meskipun dia tidak mengerti mengapa begitu mudahnya dia dilepaskan, tapi ya sudahlah.

My Classmates Are StealthsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang