Bagian 6

65.2K 4.5K 230
                                    

***

Ara memandangi wajahnya ke arah cermin. Otaknya kembali mengingat tentang kejadian ia melawan Arga kala itu. Ah, mungkin jikalau ia tidak melawan Arga, tidak akan berakhir seperti sekarang. Sudahlah. Mau di sesali pun juga tidak ada guna nya. Semua telah terjadi. Apapun tindakan yang Ara lakukan, harus bisa menerima semua konsekuensi dari tindakannya.

Tiinnn

Suara bunyi klakson mobil yang berada di luar apartemen membuyarkan semua lamunan Ara. Ara mendengus sebal, pasti itu adalah Arga. Ia berdecak pelan, lalu merapihkan sedikit rambutnya. Kalau ia berlama-lama di sini, sudah pasti laki-laki itu akan mengancamnya dengan pistol sampahnya itu. Cih, menyebalkan.

Sesampainya di luar. Ponsel Ara tiba-tiba berdering, disana sudah tertera nomor tidak di kenal. Meski begitu, Ara tetap mengangkat nya.

"Hallo," ucap Ara kepada sang penelfon.

Arga yang sekarang berada di sebelah Ara, refleks dia ikut menoleh dan memberhentikan langkahnya juga.

"Siapa?" Ara kembali melanjutkan ucapannya karena tidak ada jawaban apapun dari sana. "Kalau lo masih nggak mau—"

"Ara."

Seketika tubuh Ara menegang. Suara yang memanggil namanya terdengar familiar. Ara sangat mengenali suara ini. Jantung Ara bahkan sampai berdegup kencang.

Ayah. Ini adalah suara Ayahnya.

Tanpa menjawab panggilan itu lagi, Ara langsung mematikan sambungan telepon secara sepihak. Kenapa Ayahnya harus menghubungi Ara pagi-pagi seperti ini? Karena hal ini, mendadak mood Ara jadi turun. Rasanya ia ingin menangis, namun berusaha mungkin untuk menahan itu semua.

Arga yang sadar dengan perubahan raut wajah Ara, dia memegang lengan Ara.

"Kenapa?" tanya Arga.

"Bukan urusan lo," jawab Ara dingin.

"Oke."

Mereka pun masuk ke dalam mobil, seperti biasa Ara yang membawa mobil itu. Sebenarnya ada untung nya juga dia menjadi supir pribadi Arga, selain tidak repot-repot untuk mengeluarkan uang bensin, Ara juga bisa mendapatkan tebengan gratis setiap harinya. Meskipun minusnya adalah melihat wajah Arga yang menyebalkan itu setiap harinya.

30menit kemudian.

Mereka berdua sudah sampai tepat di gerbang sekolah, biasanya Arga selalu membutuhkan waktu 40 menit untuk sampai kesekolah, tetapi kali ini berbeda dan lebih cepat.

Baru saja mobil Arga masuk ke perkarangan sekolah, seluruh siswi langsung keluar dan berteriak memanggil namanya dengan begitu histeris. menyebalkan. belum jadi Artis saja sudah heboh seperti ini, bagaimana kalau Arga sunguh-sungguh menjadi seorang Artis, bisa-bisa di setiap sudut selalu ada mereka dimanapun.

"ARGAAA!"

"HUAAA! PACAR GUE UDAH DATENG!"

"ARGAAA! CALON MASA DEPAN GUE!"

"AYO DONG KELUAR, KANGEN NIH GUE NGGAK LIHAT MUKA LO SATU HARI"

"ANDAI DIDALAM MOBIL ITU ADA GUE!"

ARGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang