Bagian 25

55.7K 4.1K 699
                                    


***

Kini Arga telah berada tepat di depan pintu apartemen Ara. Sudah sekitar 10 menit dia berdiri disitu tanpa mengetuk pintu sama sekali, dia sengaja tidak mau mengetuk pintu itu karena otaknya masih berfikir akan sesuatu. Setelah melihat Ara pulang bersama lelaki lain membuat hati dia memanas.

Tanpa gadis itu ketahui, Arga mengikuti motor mereka dari belakang. Setelah mereka sampai di apartemen Ara, dan Ara mulai memasuki apartemennya, tidak lama kemudian Arga juga ikut menyusul dari belakang. Dia tidak bisa membiarkan gadis itu pulang bersama lelaki lain selain dirinya sendiri, sangat munafik jika dia setuju akan hal itu.

Arga mengambil nafas dalam-dalam, untuk memberanikan diri mengetuk pintunya. Dengan perasaan ragu, Arga mulai mengetuk pintu itu pelan hingga berkali-kali. Tanpa menunggu lama, pintu pun terbuka.

Terlihat jelas sekali ekspresi kaget dari Ara. Tidak ada ucapan apapun yang dikeluarkan dari mereka berdua, justru Ara malah ingin menutup kembali pintunya namun dengan cepat Arga menahannya.

"Enggak usah di tutup,"

"Lo ngapain, sih, disini?"

"Kenapa harus dia?" mendengar pertanyaan Arga, Ara cuma bisa menaikan kedua alisnya karena bingung. "Kenapa harus pulang bareng dia?"

"Salah kalau gue melakukan itu?" tanya Ara masih tak mengerti.

"Iya."

"Urusan gue sama lo sudah selesai. Gue juga udah bilang, setelah ini gue nggak akan ganggu kehidupan lo lagi. Jadi lebih baik lo pergi sekarang juga."

"Lo tau kenapa selama ini gue nggak pernah deket sama cewek?" pertanyaan mendadak yang dilontarkan oleh Arga membuat Ara tertawa sinis, menurut Ara lelaki itu pasti akan mengeluarkan kata-kata buaya atau manipulatif seperti kebanyakan lelaki lainnya.

"Apapun alesannya, gue nggak perduli," jawab Ara acuh.

"Karena gue takut mereka nggak akan bisa nerima gue."

"Mending lo-"

"Dari awal gue nggak pernah bisa punya keberanian buat deketin mereka, siapapun itu. Ketakutan gue kalau mereka deket sama gue adalah they can't accept the real me. Mereka yang selalu berusaha buat deketin gue, dan gue sama sekali nggak merespon itu semua, because I know as time goes by they will be far away. Dan pastinya mereka akan menganggap gue sebagai monster yang mengerikan."

Ara mendadak terdiam mendengar penuturan Arga. Dia sengaja tidak menjawab apapun karena ingin mendengar kelanjutan ucapan darinya.

"Dan ternyata itu semua beneran kejadian," lanjut Arga yang diakhiri senyuman tipis penuh makna. "Lo tau kenapa gue selalu melarang lo untuk deket-deket sama gue, Ra? Karena gue nggak mau ketakutan itu terjadi. Tapi lo tetap nekat dan keras kepala. Akhirnya mau nggak mau gue harus bisa terima lo di dalam kehidupan gue, dan setelah lo masuk kemudian tau semua tentang diri gue yang sebenarnya, lo langsung mau menjauh." Arga menatap lekat-lekat kedua mata Ara. "Ra, gue nggak sepantes itu buat diterima dengan baik?"

Deg. Jantung Ara langsung berpacu dengan cepat. Pertanyaan yang dilontarkan oleh Arga mampu membuat hatinya tersentuh. "Arga...,"

ARGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang