Chapter ini sedang proses revisi, silahkan langsung lanjut ke bab selanjutnya dan bisa dibaca kembali setelah selesai direvisi.
***
Tepat pada pukul 7 pagi Ara baru saja tiba di sekolah. Kedua mata yang masih sayup akibat mengantuk, membuat Ara sedikit sempoyongan ketika berjalan. Rasanya dia ingin sekali bolos hari ini, tetapi mengingat bahwa dia sudah kelas 12, tidak memungkinkan dia harus melakukan hal buruk itu lagi.
Tiba-tiba saja di pertengahan koridor, langkah Ara mendadak berhenti. Sekarang, didepannya sudah ada dua pemuda yang sedang berdiri menghalangi jalannya. Karena posisi Ara yang masih mengantuk, alhasil dia memaksakan untuk membuka matanya lebar-lebar supaya bisa melihat orang tersebut. Setelah memastikannya, seketika Ara terkejut.
Mereka adalah Bara dan Anta. Teman Arga. Entah ada urusan apa sampai mereka berani menghadang jalan Ara, seperti ada sesuatu yang ingin mereka katakan padanya. Di tambah dengan tatapan mereka berdua yang seperti memicing tajam ke arah Ara.
"Ada apa, sih? Kalian mau malakin gue?" tanya Ara dengan nada ketus, masalahnya setiap pagi mood Ara tidak seratus persen baik. Terlebih lagi, matanya yang masih sedikit sayup karena mengantuk. "Gue lagi nggak punya uang buat di palakin, jadi—"
"Semalam Arga kasih lo cincin, kan?" potong Bara yang langsung melemparkan pertanyaan pada intinya.
"Cincin? Ah, itu. Kenapa, lo mau merebut cincinnya lagi?"
"Lo bener-bener merasa cincin itu milik Arga sendiri?"
"What do you mean?"
"Karena lo adalah satu-satunya cewek sekaligus orang asing yang berani pakai cincin itu, berarti lo harus bisa jaga cincin itu dengan baik. Jangan sampai lecet sedikitpun."
"Orang asing?" Ara tertawa sinis. Mendengar hal tersebut, langsung membuat kantuk Ara hilang. "Memang, sih, gue orang asing. Tapi, ucapan lo itu lebih mengarah ke sarkastik. Memangnya tujuan dia kasih cincin ini sama gue untuk apa, sih?" Ara mengangkat tangan sebelah kiri, sambil menunjukkan cincin tersebut yang melingkar di jari manisnya.
"Lho, Arga nggak kasih tahu semuanya?"
"Dia cuman bilang cincin ini akan jagain gue dari bahaya manapun. Dan gue berpikir cincin ini adalah jimat, right?"
Anta tertawa kecil mendengar penuturan Ara. Mana ada cincin yang terlihat bagus dan mewah itu bisa menjadi cincin jimat? Mungkin hanya orang bodoh yang menganggap seperti itu, termasuk gadis yang ada di depannya sekarang.
"Otak lo cetek banget, ya? Lo tau nggak harga cincinnya berapa?" ujar Anta.
"Enggak tau dan nggak mau tau," balas Ara tengil.
"Ngeselin juga, nih, cewek." pandangan Anta beralih pada Bara. "Lo yakin cincin itu bakal aman sama cewek ngeselin ini, Bar?" lanjutnya.
"Kalau dia berani ngilangin, dia harus bisa terima resiko," kata Bara yang terdengar tidak main-main.
"Kalian berdua, tuh, aneh." Ara melipat kedua tangannya di depan dada, dia jadi penasaran tentang makna cincin ini sebenarnya. "Bisa jelasin maksud dari semuanya?" lanjut Ara berbicara.
"Gue akan kasih sedikit spoiler. Cowok yang kasih lo kalung kemarin adalah temannya Arga, ah, ralat—musuh lebih tepatnya. Dan lo harus berhati-hati sama orang seperti dia, karena dia bisa melakukan hal nekat apapun tanpa perduliin apapun."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA [END]
Roman pour AdolescentsArga Rajendra adalah sosok laki-laki berhati dingin, angkuh dan tak perduli pada siapapun, selain keluarga dan teman dekatnya sendiri. Ada rumor yang mengatakan, bahwa siapapun orang yang berani mengusik kehidupan Arga, akan menanggung resiko besar...